"Apa Robert sudah disana?" tanya Sean dengan gaya angkuhnya pada salah seorang bodyguard yang tengah berada bersamanya. Kali ini ia hanya di dampingi oleh beberapa bodyguard saja. Ia tak ingin wanitanya merasa risih dengan kehadiran para pria bertubuh kekar itu.
Salah seorang bodyguard dengan warna kulit hitam pekat buka suara, "Sudah tuan beberapa jam yang lalu setelah menemui anda di ruangan."
Sean mengagguk, tak lama ia melihat kedatangan Lyora dengan di dampingi oleh Rachel— sekertarisnya.
"Kamu lama sekali sayang," ucap Sean sembari merangkul pinggang Lyora romantis.
Lyora hanya tersenyum kikuk sesekali melirik Rachel yang tengah menatapnya dengan tatapan menggoda. Ya, beberapa saat setelah satu jam Sean mengistirahatkan diri pria itu menyuruh Lyora untuk langsung bersiap.
"Rachel, terimakasih atas bantuan mu," bisik Lyora. Rachel hanya mengancungkan jempolnya sebagai jawaban dengan senyum yang tampak tercetak jelas di wajah cantiknya.
Lyora memang meminta bantuan pada Rachel karena ada sesuatu yang harus ia beli. Ia melupakan tanggal penting setiap bulannya, untung saja ada Rachel yang mau berbaik hati padanya dengan memberikan sesuatu itu padanya.
Sean mengernyitkan dahinya bingung, tentu ia mendengar apa yang Lyora katakan, "Apa yang kamu lakukan hm?"
Tak ada jawaban, Lyora tampak terus berjalan menghiraukan tatapan bertanya dari Sean. Mana bisa ia memberitahu pria itu, tentu saja dirinya akan merasa sangat malu.
"Sayang," bujuk Sean.
Lyora menatap Sean dengan tatapan tajam, "Apa!?"
Pria itu tampak menghembuskan nafasnya kasar, ia harus lebih sabar menghadapi wanita yang terkadang selalu membuatnya merasa takut dan khawatir secara bersamaan. Tidak— Sean tidak takut pada wanita, hanya saja ia lebih menghormati wanitanya itu, ingat! Hanya wanitanya.
Keduanya berjalan memasuki lift dengan beberapa bodyguard pula yang ikut memasuki lift bersama mereka. Keadaan begitu hening, entah Sean maupun Lyora mereka sama-sama terdiam dalam keheningan.
Ting!
Pintu lift terbuka saat setelah beberapa saat mereka menunggu, suara gemuruh baling-baling helikopter menyapa indera pendengaran mereka termasuk Lyora. Wanita itu membelakan matanya tak percaya, menatap takjub pada helikopter pribadi milik Sean yang sudah melandasi heliped di rooftop gedung L&S Technologi Company.
Tangan pria itu bergerak mengikat rambut Lyora dengan ikat rambut yang ia bawa di saku jas nya. Ikat rambut berwarna ungu dengan dihiasi tulisan 'Bolenciaga' berwarna perak. Ikat rambut yang terbuat dari 100 persen kulit domba dan dibuat langsung di Italia itu mampu membuat barang kecil tersebut terasa sangat istimewa. Jangan tanya berapa harga yang tertera pada setiap itemnya, jelas bukan Rp.10.000 seperti yang telah pedagang kaki lima tawarkan. Sean akan selalu memberi yang terbaik untuk wanitanya, memanjakan wanitanya tak akan membuat pria itu jatuh miskin, bahkan dengan senang hati Sean rela jatuh miskin demi sang pujaan hati, dia memang sudah gila.
"Ayo," ajaknya mengulurkan tangan pada Lyora dan dengan senang hati wanita itu menerima uluran tangannya.
Dengan perasaan gembira, mereka berjalan beriringan menuju helikopter yang akan membawa mereka ke suatu tempat.
"Aku yang akan membawanya sendiri," kata Sean pada salah seorang bodyguard yang dapat diangguki oleh bawahannya itu.
Lyora masih terpaku dengan apa yang ada didepan matanya, terasa nyata dan— entahlah. Ini bahkan jauh dari kata menyenangkan, ia tak tau harus mengatakan apa lagi, ia sungguh terkesan.
Sean memasangkan sabuk pengaman pada Lyora, "Jangan terlalu terpesona sayang."
Lyora tersontak, lidahnya terasa kelu. Apa yang ia lakukan?
Kemudian, Sean memasangkan headphones pada telinganya, setelah itu ia membantu Lyora memasangkan headphones pula.
"N1234 siap terbang, disini Sean O'Pry!" instruksi Sean.
"Diterima, Sean O'Pry!"
"Penerbangan mu dari Jakarta menuju Bali sudah siap!" sambung seseorang disebrang sana.
Lyora tersenyum senang, ada banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Sean, namun dengan kebahagiaan yang terus berada di puncaknya membuat Lyora terpaksa bungkam, ingatkan Lyora jika wanita itu tak ingin merusak kebahagiaannya sendiri.
Apa Sean sungguh dapat menerbangkan helikopternya itu?
Dan mengapa mereka pergi ke Bali?
Apa yang akan Sean lakukan padanya?
Heli yang mereka tumpangi tampak mulai terbang. Jantung Lyora berdebar ulah rasa senang, menatap langit malam dengan gedung pencakar langit yang terlihat amat besar jika di lihat dari tempat mereka berada. Jalanan kota dengan berbagai transfortasi yang tengah berlalu lalang terlihat begitu kecil, jangan lupakan senyum bahagia yang Lyora pancarkan membuat Sean sesekali melirik ke arah sang pujaan hati, hatinya menghangat kala ia melihat wanitanya tersenyum bahagia, ada sensasi tersendiri yang ia rasakan saat bersama Lyora.