Lyora Pov
Satu minggu kemudian...
Mengurung diri, sendiri di dalam kamar sebesar ini. Entah apa yang bisa aku lakukan. Hanya memandang lurus kedepan. Menikmati indahnya pemandangan di balik kaca besar. Sean-- pria itu dengan terpaksa harus pergi mengurus perusahannya yang tengah bermasalah. Tentu saja, dia bahkan menelantarkan perusahaanya beberapa hari dengan alasan tak ingin meninggalkan ku dan malah membuat ku bosan.
Marcel mengatakan jika dulu, Sean merupakan pria penggila kerja, ia tak pernah meninggalkan perusahannya barang sejenak. Apapun dan dimanapun dirinya berada pekerjaan akan selalu di nomor satukan. Tak ada cuti tahunan, tak ada libur panjang namun gaji karyawan dan bonus bulanan selalu memuaskan, itulah Sean.
Seingatku, semenjak aku masuk ke dalam kehidupannya. Sean itu tetap pemalas, sering menunda-nunda pekerjaan dan gemar tinggal di dalam mansion- bersama ku tentunya. Apa aku membawa dampak buruk untuknya? Ku pikir bukan aku, seringkali aku membangunkannya di pagi hari, membujuknya agar mau pergi bekerja namun jawabannya tetap sama, "Aku bos nya."
Waktu menunjukan pukul sebelas, sebentar lagi waktu makan siang. Aku membalikan tubuh ku, berjalan ke arah di mana pintu berada. Siang ini aku akan pergi ke perusahaan L&S, memberi kejutan kepada Sean. Tentu aku tak memberitahu pria itu terlebih dahulu. Masa bodo jika nanti pria itu marah, aku yang akan membujuknya sendiri.
Memasak? Tidak! Karena sampai kapan pun Sean tak akan membiarkan aku menyentuh perabotan dapur bersama bahan-bahan masakan lainnya. Ia akan marah besar, bukan pada ku melainkan pada seluruh maid yang ada di mansion ini.
Sangan posesif!
"Apa semuanya sudah selesai, Mary?" tanya ku padanya. Mary adalah lady's maid-- seorang pelayan yang di tugaskan untuk melayani ku pribadi.
Mary membungkukan tubuhnya hormat, "Sudah Nona. Seperti permintaan anda, valet dan saya sendiri yang mengurusnya."
Valet adalah seorang pria yang memiliki tugas melayani tuan rumah. Pria paruh baya yang mencintai keluarganya. Susah payah Sean mencari seseorang yang akan menjadi valet nya karena tak ingin aku terpikat atau pria itu memikat diriku, bukankah itu gila? Lupakan saja, dia memang posesif.
Aku sengaja memerintahkan Mary agar hanya dirinya dan Joshua-- seorang valet yang ikut turun tangan dalam masakan kali ini. Aku tidak menginginkan koki pribadi, entahlah.
Berjalan menuju dapur yang sialnya sangat jauh membuat ku merasa malas saja. Namun bagaimana pun juga aku tak semalas itu, aku masih memiliki rasa antusias untuk calon suami ku itu. Semakin hari aku semakin mencintainya.
Mencoba mencicipi berbagai menu yang ada dalam piring, meski bagian untuk ku bawa dan ku berikan pada Sean sudah mereka pisahkan di dalam kotak makan siang.
"Sempurna," puji ku membuat mereka senang dibuatnya.
Aku menatap mereka dan para maid yang sudah berbaris rapi, peraturan yang sulit dihilangkan.
Para bodyguard? Tidak! Mereka hanya berjaga di luar mansion saja, alasannya cukup singkat. Itu karena Sean tak ingin membuat ku bertatapan langsung dengan para pria.
"Apa semuanya pula berjalan sesuai permintaan ku, Mary?"
Lagi-lagi Mary mengagguk, "Saya pastikan diantara kita semua tak ada yang memberi tahu Tuan O'Pry, Nona."
"Terimakasih," ucapku tulus.
"Tidak perlu sungkan, Nona."
Aku kembali berjalan menuju pintu keluar dengan paper bag di tangan kanan ku dan tas yang bertengger manis di pundak ku.
Dress mahal yang melekat di tubuhku dengan haigheels seharga ratusan juta mampu membuat ku terkesan elegan. Rambut lurus dengan curly di bagian bawah saja dan jangan lupakan make up tipis yang menambah kesan kecantikan natural ku bertambah.
"Robert," bisik ku di di ambang pintu berharap Robert-- salah satu bodyguard yang ku kenal mendengar apa yang aku katakan.
Robert-- pria itu berbalik menatap ku, tanpa senyum, tanpa kata dan tanpa aba-aba dia berjalan ke arah ku dengan tegas.
Ia membungkuk hormat padaku, "Ada yang bisa saya bantu, nona?"
Aku mengalihkan arah pandang ku pada seluruh bodyguard dengan stelan jas serta kaca mata hitam yang menambah kesan keren bagi mereka, kemudian kembali menatap Robert, "Aku ingin mengunjungi perusahaan Sean, tapi aku tak ingin kalian semua memberi tahu Sean akan hal ini."
Baru saja Sean akan menyangkal, aku sudah lebih dulu menukasnya, "Tolonglah! Sekali ini saja, aku ingin membuat kejutan untuknya. Jika Sean marah, aku sendiri yang akan membujuknya."
Robert tampak berpikir.
"Baiklah, tapi biarkan kami mengawal dan mengantarkan mu, Nona!"
Aku mengagguk antusias. "Terimakasih!"