Di sebuah malam yang begitu kelam dengan diiringi rintik hujan, mendung dan kilatan petir.
Tampak seorang pria tengah fokus meracik beberapa bahan kimia dalam cup-cup dan botol-botol kecil di sebuah ruang laboratium.
Dia adalah Prof. Wans, si ahli meracik dan pemilik IQ tertinggi.
"Ah, akhirnya selesai juga," tukasnya sambil menaruh botol kecil diatas meja. Dan dia duduk santai sambil bersandaran di kursi lalu memejamkan mata sesaat.
Bess ... zssst ... zsst ....
Lampu dalam ruangan itu tampak berkedip-kedip karna korsleting listrik.
Lalu dari dalam botol kecil itu perlahan-lahan muncul sedikit asap dan semakin lama asap itu semakin banyak. Kemudian meja eksperimennya mulai bergetar-getar.
Drrt... klutik klutik!
Prof Wans langsung membuka matanya, "Loh, ini apa sih?" Prof. Wans mulai memeriksa kembali ramuan buatannya tadi.
Sambil mengangkat botol kecil berisi ramuan itu, Prof. Wans menepuk jidatnya sendiri, "Astaga! Gue salah narok bahan peledak di dalam ramuan!"
Ngung!
Ngung!
Kretek kretek kretek ... DUARRR ...!
Terdengar suara ledakan yang mirip ban mobil meletus.
***
Sementara itu Patria dan Juju hendak pergi ke kediaman Prof. Wans karna akan melihat hasil eksperimen Wans hari ini dan hendak membahas tentang Kill Rabbits yang selama ini salalu meresahkan masyarakat.
Setelah 15 menit perjalanan akhirnya mereka pun sampai di kediaman Prof. Wans.
"Aku atau kamu yang mau ketuk pintu?" tanya Patria.
"Lu aja, Bro! Tangan gue lagi ngilu habis di lempar cobek sama Emak," kata Juju.
"Astafirullah, kok bisa?!" tanya Patria yang kaget.
"Iya, Brow, tadi gue ketahuan mengintipin tetangga lagi duduk," jelas Juju.
"Lagian ngapain ngintipin tetangga lagi duduk, kurang kerajaan banget!"
"Doy, duduk di toilet gak pakek baju, Bro,"
"Astaga, itu cewek apa cowok?" tanya Patria dengan antusias.
"Ya ceweklah, Bro! Janda kembang cuy demplon banget!" jelas Juju penuh semangat.
"Astaga," Patria mengelus dadanya, "kenapa gak ajak saya!" tanya Patria.
"Lain kali, Bro!"
"Ok, Brow!" Patria mengacungkan jempol, "jadi ketuk pintu enggak nih?" tanya Patria ragu-ragu.
"Ya ketuk aja Bambang!" bentak Juju.
"Yawdah, biasa aja keles jangan ngegas!" cantas Patria.
"Ya abisan, udah tau di luar dingin segala nanya!"
"Et, nama gue bukan Bambang, tapi Patria, jangan asal ganti nama orang ente! Gue bilangin Umi gue nih!" ancam Patria.
Lalu dari rumah sebelah tiba-tiba ada pria berbadan besar dan kekar berotot dan perut kotak-kotak tengah membuka pintu dengan kasar, dan dia adalah tetangga Prof. Wans yang kebetulan bernama Bambang.
"Heh! Siapa yang panggil-panggil nama Bambang! Saya Bambang! Jangan macam-macam ya!" ancam pria yang bernama Bambang itu.
"Eh, maaf, Bang! Salah sebut!" sahut Juju dengan nada sopan sambil menundukkan kepala pertanda hormat.
Dan Pria berbadan kekar itu menatap sinis dengan wajah menantang.
"Awas ya kalau panggil-panggil nama saya ... kek!" ancamnya sambil menyentuh lehernya sendiri dan menggerakkan otot bagian dadanya hingga terlihat berdenyut. Setelah itu Bambang masuk kembali kedalam rumah dan menutup pintunya dengan kasar.
Jedierr!
Patria dan Juju pun sampai kaget dan tak sadar sampai berpelukan.
Lalu Patria pun langsung mengetuk pintu rumah Prof. Wans.
Tok tok tok!
"Sebentar ...." Sahut Prof. Wans dengan suara yang pelan.
"Suaranya pelan banget, jangan-jangan dia kenapa-napa!" kata Patria yang khawatir.
"Gak mungkin lah, dia kan jagoan!" jawab Juju penuh yakin.
"Tapi—"
"Udah ayo ketuk lagi!" printah Juju.
Tak lama terdengar suara orang membuka pintu.
Ceklek!
Prof. Wans membuka pintu, di iringi kepulan asap, dengan rambut berdiri, muka gosong dan baju compang-camping.
"Ada apa ...?" tanya Prof. Wans sambil sempoyongan.
"Loh, Prof, ada apa ini?" tanya Patria yang panik.
"Njir, bau sangit nih," kata Juju sambil menutup hidungnya.
Dan Prof. Wans pun jatuh pingsan karna kegagalan dalam eksperimennya membuat ramuan kuat. Harusnya dia menambahkan cairan kalsium tapi malah menukarnya dengan bahan peledak, yang biasa dia gunakan untuk merakit bom. Alhasil botol takar berisi ramuan pun meledak mengenai Prof. Wans dan ruangan laboratoriumnya.
***
Sementara itu di markas besar Kill Rabbits, Didi Blue dan rekan-rekannya tengah asyik menyusun rencana untuk mengalahkan Cute Alligators.
Kill Rabbits beranggotakan tiga orang, dan mereka adalah kaka beradik, yang sama-sama jahat dan serakah serta ingin mengusai dunia.
Karna untuk menguasai dunia tidak lah mudah, jadi mereka memulainya dengan menjadi penguasa antar kampung.
Dan semua kampung sudah berhasil mereka kuasai, tapi ada sebuah perkampungan yang sampai saat ini belum bisa mereka kuasai karna pertahanan kampung itu sangatlah kuat.
Namanya kampung Rawa Goceng, yang saat ini di kuasai dan di jaga ketat oleh geng Cute Alligators.
Oleh karena itu Kill Rabbits mulai menyusun rencana untuk bisa mengalahkan lawannya itu.
Cute Alligators sangatlah kuat, karna mereka selalu kompak dan solid di tambah lagi, Prof. Wans adalah seorang Ilmuan yang sangat handal dan temuan-temuannya bisa membuat para anggotanya menjadi sangat kuat.
Padalah Kill Rabbits sendiri memilik seorang Profesor yang handal, tapi masih juga terkalahkan oleh Prof. Wans ilmuan dari Cute Alligators.
"Hey! Rudolf! bagaimana dengan penemuan terbarumu? dari kemarin bukannya bereksperimen tapi malah melamun sambil Senyum-senyum sendiri?" tanya Didi Blue.
"Iya, bener Kak Rudolf! mau sampai kapan memandangi foto Ce Mimin tukang ketoprak itu?!" tanya Qimons.
Lalu Rudolf menaruh foto itu dengan kasar diatas meja.
Brek!
"Berisik kalian ini, ganggu orang lagi kasmaran saja! kalian jangan kawatir soal itu! karna sebentar lagi, saya akan menemukan ramuan terkuat yang bisa mengalahkan mereka!" tegas Rudolf.
"Yakin?!" tanya Didi Blue sambil menatap ragu ke arah Rudolf.
"Kenapa liat saya begitu?! kamu ragu?!" tanya Rudolf yang tersinggung.
"Sedikit!" jawab Didi Blue.
"Dengar ya! saya akan pastikan kita menang berkat temuan hebat saya! karna saya tidak mau malu dengan gelar profesor termuda yang saya sandang saat ini!" tegas Rudolf dengan mata melotot dan bertolak pinggang.
Melihat kedua kakanya berdepat Qimons pun mulai melerai mereka berdua.
"Stop Kaka-kaka! jangan berkelahi ya, kalau kita bertengkar terus gimana kita bisa melawan Cute Alligators, karna mereka saja selalu kompak dan solid!" kata Qimons.
Dan mendengar kata kompak dan solid, membuat Rudolf si Jenius diantara kedua saudaranya itu mulai mendapat ide untuk mengalahkan Cute Alligators.
"Mereka menang karna selalu kompak ya, haha, ya ya ya saya ada ide," tukas Rudolf.
"Ide apa?!" tanya Didi Blue dan Qimons dengan kompak.
"Panggil Marpuah!" perintah Rudolf.
"Hah, Marpuah yang dekil, tompelan dan jarang mandi itu ya!" tanya Qimons dengan wajah syok.
"Yang suka, iseng sama nyolongin bokser gua yah!?" imbuh Didi Blue yang tak kalah syok.
"Ah, berisik! ayo cepat panggil saja!" bentak Rudolf.
Lalu mereka pun menuruti perintah Rudolf dan memanggil Marpuah anak tetangga mereka, yang super jorok dan memiliki tompel sakti yang menjadi sumber kekuatan itu.
To be continued
Hay reader jangan lupa untuk review dan tambahkan ke koleksi ya. Supaya Author lebih bersemangat untuk melanjutkan cerita ini.
Terima kasih.