Setelah pertarungan kemarin, para member Kill Rabbits tidak lagi menampakkan batang hidungnya di kampung Rawa Goceng.
Karna Rudolf masih terbaring di rumah sakit sementara Didi Blue belum pulang dari Korea untuk operasi hidung.
Tinggallah Qimons yang masih berada di markas mereka.
Dan dalam kesendiriannya itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Ah, siapa sih Malam-malam begini ganggu aja," gerutu Qimons dengan bibir menyun membukakan pintu.
Ceklek!
"Malam, Bang Qimons," sapa Marpuah sambil tersenyum manja menatap Qimons.
"JABANG BAYIK!" seketika Qimons pun langsung lompat.
"Eh, Bang Qimons kenapa kaget begitu, udah kayak lihat setan aja," ucap Marpuah.
'Ini sih lebih serem dari setan,' batin Qimons.
"Pu'ah! Kamu ngapain sih malam-malam begini datang kemari, bikin kaget aja!" oceh Qimons kepada Marpuah.
"Aku ke sini, mau ketemu Rudolf, soalnya ramuan ku sudah habis, aku mau minta lagi," jelas Marpuah.
"Aduh, Kak Rudolf lagi di rumah sakit lagi,"
Qimons pun langsung menutup kembali pintunya.
Jeglek!
"Loh, kok di tutup sih, Abang!" teriak Marpuah.
"Udah kamu tunggu di luar aja! Biar aku carikan ramuannya!" sahut Qimons.
Dan Qimons pun mulai mencari-cari ramuan itu diantara deretan botol-botol kecil yang berjajar rapi.
"Aduh yang mana ini?" Qimons mulai merasa kebingungan, dia sedang berpikir untuk mencari cara agar bisa menemukan ramuan itu.
Sambil memuntir-muntir kumisnya yang keriting dan panjang, Qimons tampak fokus.
Lalu tepat saat itu juga, kepala Marpuah tiba-tiba muncul dari balik jendela.
"Abang!" teriak Marpuah sambil menyeringai memanggil Qimons.
"Hah! Setan!" teriak Qimons yang reflek.
"Ih, ini Pu'ah, Bang Qimons! Bukan setan!" teriak Puah.
"Lagian kamu ngapain sih, Pu'ah, nongol-nongol di jendela begitu masih untung gak gua guyur pakek air raksa!" oceh Qimons.
"Ih, Bang Qimons tega," ucap Marpuah dengan wajah cemberut, "aku masuk ya?" tanya Marpuah.
Dan seketika Qimons langsung melarangnya.
"Ih, enggak ah!"
"Loh, kenapa? Kan biar aku bisa bantu Bang Qimons, buat nyari ramuan cantiknya," tutur Marpuah.
"Enggak boleh, nanti kamu grepekkin aku!" ucap Qimons sambil menutup bagian dadanya dengan kedua tangan.
"Enggak kok, aku janji, aku gak bakalan—"
Sroooot ....
Qimons pun langsung menyemprot wajah Marpuah dengan semprotan serangga.
"Akh, Bang Qimons jahat! Masa muka, Pu'ah, di semprot pakek parfum sih!"
Qimons langsung mengernyitkan dahinya sambil bergumam, "Masa gak bisa bedain mana bau parfum sama racun serangga?"
Dan tak lama kemudian terdengar suara sesuatu yang terjatuh.
Gedubrak!
"Ya salam! Suara apa lagi sih itu?!" Qimons langsung melihat dari balik jendela.
Dan rupanya suara tadi adalah suara Marpuah yang terjatuh mengenai tong sampah sambil kejang-kejang.
"Pu'ah! Kamu ngapain debus di situ?!" tanya Qimons.
Tapi Marpuah tak menghiraukannya, dia masih kejang-kejang dengan mata melotot dan mulut berbusa.
Rupanya Marpuah keracunan obat serangga yang di semprotkan oleh Qimons tadi.
Qimons pun langsung syok dan segera menghampiri Marpuah, untuk memberikan pertolongan.
Dan tepat saat itu juga Jamilah mendatangi markas Qimons, karna dia tahu jika kedua kaka Qimons tidak ada di rumah.
"Astaga, Bang Qimons! Kamu ngapain sama dia! Kamu selingkuh ya?!" teriak Jamilah.
"Sabar, Ayang Jamilah, Abang gak selingkuh, tapi Abang mau nolongin Manusia Tokek yang lagi sekarat ini," jelas Qimons.
Lalu Jamilah pun menengoknya, dan melihat Marpuah masih kejang-kejang dan sekarat.
"Ah kalau mau mati biarin aja, Bang! Soalnya mukanya ngeselin banget," ucap Jamilah.
"Aduh, ya gak boleh begitu. Kan kalau mau nolong orang kita gak boleh liat dari rupa," sahut Qimons.
"Terus kita apain dong, biar sembuh?"
"Justru itu, Abang juga bingung ini,"
Mereka malah melamun selama berjam-jam untuk mencari cara menolong Marpuah.
Sampai tak sadar nyawa Marpuah sudah di ujung tanduk.
"Woy! Kalian niat nolongin gue enggak sih!" teriak Marpuah sambil kejang-kejang.
"Eh, dia masih bisa ngomong lo," ucap Jamilah.
Dan setelah mereka berdua mendekatinya, tiba-tiba jantung Marpuah berhenti berdetak dan dia langsung tak bergerak lagi.
Qimons meraba di bagian denyut nadinya. Dan denyutnya sudah tidak terditeksi lagi.
"Wah, celaka dia mati guys!" ucap Qimons, dengan gaya bicara ala vloger.
Mereka berdua sudah mengira Marpuah benar-benar mati, tapi tiba-tiba dari tompel keramat Marpuah, mengeluarkan sebuah cahaya terang yang menyilaukan.
Dan setelah itu Marpuah kembali tersadar dan kembali normal lagi.
"Loh, kok aku tiduran di sini sih?" ucap Marpuah.
"MARPUAH!" ucap kompak Qimons dan Jamilah.
***
Setelah beberapa jam berlalu, Qimons di bantu Jamilah menemukan ramuan kecantikan itu.
Jamilah membantu Qimons untuk menemukan ramuan itu karna dia belum tahu kalau ramuan kecantikan itu akan di gunakan Marpuah untuk menggoda Patria sang kaka bersama dua temannya yaitu Prof. Wans dan juga Juju.
Mungkin kalau Jamilah sampai tahu pasti akan lain lagi ceritanya.
Setelah mendapatkan ramuan itu Marpuah pun pergi dan akan meminumnya esok hari, karna dia akan kembali melancarkan aksinya.
Dan targetnya kali ini, adalah Patria.
***
Esok harinya.
"Wah, udah cantik begini, pasti Aa' Patria bakalan kelepek-kelepek lihat aku," ucap Marpuah sambil mengaca di kaca mobil di parkiran Supermarket.
Dan tak sadar, ternyata si pemilik mobil itu adalah Kong Oesman.
Dan melihat wanita cantik nan bahenol di depannya. Kong Oesman pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan.
Perlahan Kong Oesman membuka kaca mobilnya, lalu dengan senyuman genitnya menyapa Marpuah.
"Eneng, lagi ngapain? Ikut Engkong jalan-jalan yuk," ajak Kong Oesman sambil mengedipkan mata sebelah kirinya.
Dan Marpuah pun langsung merinding karna melihat senyuman Kong Oesman.
'Astaga ada Kakek Cabul, kabur ah!' batin Marpuah, sambil mengambil ancang-ancang untuk lari.
Tapi baru saja membalik badan ternyata dia malah menabrak Patria yang berdiri tepat di belakangnya.
Brak!
"Salsa!" ucap Patria sambil menatap Marpuah dengan terpesona.
"Ih, Aa' Patria! kok bisa ada di sini sih?!" tanya Marpuah sambil tersenyum manja dan penuh semangat.
"Wah, jangan-jangan kita emang jodoh ya, Neng Salsa," ucap Patria.
"Terus, ngomong-ngomong, Aa' Patria lagi apa di sini?"
"Biasa, lagi jalan-jalan santai," jawab Patria.
Dan Kong Oesman yang masih berada di dalam mobil itu pun mulai geram, karna dia yang merasa di abaikan oleh Marpuah.
Kong Oesman pun langsung menekan tombol klakson dengan kencang.
Tin! tin! tin!
Seketika Patria kaget, tak sadar sampai lompat, begitu pula dengan Marpuah yang juga tak kalah kagetnya, hingga tak sadar sampai memeluk Patria.
Patria sih malah merasa senang karna wanita pujaannya, tak sengaja memeluknya.
Tapi di balik rasa bahagianya itu Patria mencium bau sesuatu.
"Ih ini bau apa ya? Kok agak-agak mirip kambing bandot," ucap Patria berbisik di telinga Marpuah.
'Aduh celaka, gue kan lupa kalau belum mandi selama satu minggu, harusnya tadi sebelum kemari mandi dulu biar dia gak curiga,' batin Marpuah.
"Ah, enggak bau apa-apa kok, hidung Aa' aja yang bermasalah," ucap Marpuah.
"Ah, masa sih? Tapi kayak dari badannya, Neng Salsa, baunya,"
Marpuah langsung memutar otaknya, untuk mencari cara agar Patria tidak curiga kepadanya.
"Ah, tadi, Pu'ah, eh, maksudnya Salsa habis di seluduk kambing A' makanya, Salsa jadi bau hehe,"
"Apa?! Salsa di seluduk kambing?! mana kambingnya biar Aa' hajar!"
"Eh, udah A' jangan di hajar, kasihan soalnya kambingnya yatim piatu," ucap Marpuah dengan wajah memelas.
Tin! tin! tin!
"Woy mau minggir enggak nih?! Kalau enggak gue tabrak nih!" teriak Kong Oesman sambil terus menekan klakson mobilnya.
Akhirnya Patria dan Marpuah pun berlari dari tempat itu dan mereka berhenti di sebuah taman.
Patria pun duduk mesra bersama Marpuah di salah satu bangku taman itu.
Dan tak sadar dari kejauhan ada Juju yang melihat kemesraan Patria dan Marpuah.
Juju pun seketika langsung cemburu, "Sialan tu, Buaya Burik! Enak aja dia malah bermesra-mesraan sama Ayang Salsa!" ucap Juju dengan penuh Amarah sambil mengepalkan tangannya.
Juju hendak menghampiri mereka berdua dan menghajar Patria saat ini juga. Tapi niatnya itu pun dia urangkan, karna hubungannya dengan Marpuah yang belum ada kejelasan. Dan apa bila dia menghajar Patria saat ini juga, Juju takut hal itu justru akan membuat Marpuah malah semakin membencinya.
"Tahan-tahan, sabar, Ju ...." ucap Juju sambil mengelus dadanya sendiri agar menjadi tenang.
"Tarik nafas panjang biar tenang huuuuuft ...."
Tuuuut ... prepeeet ....
"Yah, gua malah kentut!"
Dan Juju merasa celana bagian belakangnya agak basah, dan dia mulai merabanya.
"Yah, gua cipirit lagi,"
To be continued