Masih berada di dalam taman, suasana hati Juju kian memanas.
Apalagi Patria dan Salsa alias Marpuah makin mesra saja.
"Pakek pegangan tangan segala lagi, emangnya mau nyebrang?" gerutu Juju.
Juju sangat kecewa dengan Marpuah, padahal kemarin saja dia sangat ramah dengan Juju seolah memberi harapan. Tapi kini malah dia melakukan hal yang sama dengan Patria.
"Ini gak bisa di biarkan, masa Juju, si Playboy Pemes (famous) kalah sama, Biawak Sawah, malu dong sama Iguana,"
Ucapan juju yang tengah kalut itu kian tak jelas.
Karna terlalu asyik bergumam sendiri tak sadar Marpuah dan Patria pun pergi.
Dan datanglah seorang anak kecil menghampiri Juju, dan melihat Juju dengan tatapan yang nanar bercampur heran.
Sementara Juju, malah masih mengoceh sendiri dengan ucapan yang kian meracau.
"Awas aja, abis ini, gue bakalan tancap gas, rebut hati ayang Salsa. Gak ada yang namanya Salsa sama Patria, yang Ada Salsa sama Juju yang ganteng ini haha!"
Tak sadar Juju memeluk tiang listrik, dan menganggap tiang listrik itu adalah Salsa alias Marpuah.
Dan kembali ke si anak kecil, yang sedang menatap Juju dengan Nanar. Melihat Juju yang sedang peluk-peluk tiang listrik, membuatnya semakin heran.
Serroot ....
Sambil menarik ingus dan menjilat lollipop di tangannya, anak kecil berjenis kelamin laki-laki berwajah sendu, bertubuh gempal dan bergigi ompong itu pun dengan polos bertanya kepada Juju.
"Om, orang gila ya?" 'Sreet ....' ngelap ingus.
Mendengar suara yang tiba-tiba muncul di belakangnya, Juju pun sampai kaget, dan tak sadar sampai lompat.
Lalu Juju menengok kearah anak kecil itu.
"Eh, siapa lu?!" tanya Juju sambil melotot.
Lalu melihat wajah Juju yang marah bercampur kaget itu pun membuat si anak kecil menjadi takut.
Tanpa menjawab pertanyaan Juju si anak kecil itu langsung berlari sekencang-kencangnya.
"MAMA ADA SETAN!"
"Woy! Kampret! gue di bilang Setan, lagi!"
Juju langsung meraih ponsel dari sakunya, dan dia menekan kamera beauty 18++.
"Muka ganteng kayak, Lee Min-ho begini di bilang setan,"
Cekrek!
Cizzz....
Setelah melakukan hal-hal yang tidak berfaedah itu pun membuat Juju baru menyadari jika Marpuah dan Patria sudah pergi.
"Wah, kampret! si Patria udah ngegondol Ayang Salsa gue!"
***
Esok harinya.
Marpuah masih dengan niat licik dan akal buluk, eh, akal bulusnya.
Dengan membawa ramuan dari Rudolf di tangannya, Marpuah penuh percaya diri akan melakukan misi selanjutnya.
Target hari ini adalah Prof. Wans, hari ini Marpuah akan membuat hati Prof.Wans menjadi baper sampai keubun-ubun.
Tok tok tok!
Marpuah mengetuk pintu rumah Prof. Wans.
"Iya, sebentar!" teriak Wans dari dalam rumah.
Ceklek!
"HAH!" Prof. Wans pun sampai lompat saking kagetnya.
"Hay, Prof. Wans Ganteng," sapa Marpuah dengan manja.
"Eh, siapa lu? Jangan sok akrab, gue gak punya teman dari bangsa lain!" ucap Wans dengan wajah yang syok.
Dengan sabar, Marpuah berkata, "Ini Salsa, masa lupa?"
"Salsa? Salsa yang mana?"
"Queen Salsa,"
"Hah?!"
"Prof. Wans, jalan-jalan yuk,"
"Ih, najis! Ogah!"
"Ih, kok jahat banget sih, sama Salsa!"
"Heh, jangan sembarangan ya, Queen Salsa itu cantik, mulus, imut, bohay, putih, kinclong, bersinar, mentrelet! La kalau elu ...?"
Prof. Wan melihat Marpuah dari atas ke bawah.
"Jujur deh, kamu dari planet mana?" tanya Wans dengan bersungguh-sungguh.
Karna tingkah Prof. Wans yang aneh akhirnya membuat Marpuah baru menyadari akan suatu hal.
"Mampus! Gue lupa belum minum ramuannya,' batin Marpuah sambil menepuk jidat sendiri.
Seketika Marpuah langsung ngibrit dengan kekuatan Super Dede, lalu dia mencari tempat yang aman untuk meminum ramuan itu.
***
10 menit kemudian.
Tok tok tok!
"Iya sebentar!" teriak Prof. Wans.
Ceklek!
Cringg ....
Seketika hembusan angin sepoi menerpa rambut Prof. Wans yang terpesona oleh kecantikan Marpuah yang sudah berubah menjadi Salsa.
"Salasa ...," sapa Prof. Wans.
"Iya," jawab Salsa dengan lembut.
Dan akhirnya mereka berdua pun pergi berkencan.
Mereka pun mendatangi taman yang kemarin juga di gunakan oleh Salsa dan Patria bermesraan.
Dan tepat saat itu juga, Juju kembali melihat Salsa sedang bermesraan dengan sahabat yang satunya lagi yaitu Prof. Wans.
Juju kembali hancur hatinya karna hari ini, Wanita pujaannya selain Ce Mimin dan warga bahenol-bahenol lain di Rawa Goceng sedang bermesraan dengan temannya.
"Sialan! Kemari sama Patria, si Biawak Sawah, sekarang malah kencan sama Wans, si Kadal Gurun!"
Juju Lagi-lagi tersulut emosi, dan ingin sekali menghajar Prof. Wans, tapi dia tidak bisa melakukannya, karna dia masih menjaga perasaan Salsa alias Marpuah agar tidak membencinya.
Sambil melotot melihat Wans dan Marpuah sedang berkencan, tak sadar, Juju sampai memukul-mukul tiang listrik di dekatnya, karna saking tak tahan menahan geram.
Dan lagi-lagi bocah kecil yang kemarin pun datang melihatnya penuh antusias.
Serottt!
"Om, yang gila kemarin ya?" tanya anak itu dengan polos.
Juju langsung menengok kearahnya.
"Hey! Bocah Ingusan! Ngapain sih selalu nongol di waktu yang tidak tepat!" oceh Juju.
"AKH! MAMA ADA SETAN!" anak itu pun berlari lagi.
"Sialan! Lagi-lagi muka ganteng ini di bilang setan!" gerutu Juju, lalu dia melihat ke arah Prof. Wans. Dan lagi-lagi Marpuah dan Wans pun sudah menghilang.
"Sial! Tu si Kadal Gurun, berani banget gondol Ayang Salsa gue hueee hik hik sroot ...." Juju pun guling-guling.
***
Setelah di tikung oleh kedua sahabatnya Juju pun merasa sangat kesal dan kecewa. Tapi di sisi lain dia juga tidak bisa melarang mereka untuk mendekati Marpuah karna dia dan Marpuah belum ada hubungan yang resmi.
Sementara Marpuah sendiri terlihat di mata Juju seperti seorang wanita yang mudah tergoda akan cinta. Maka dari itu, Juju ingin merebut hati Marpuah dengan cara halus.
Dia ingin membuat Marpuah tergila-gila ke padanya, seperti dia yang tergila-gila kepada Marpuah.
***
Karna sudah putus asa akibat bersaing dengan dua sahabatnya. Akhirnya Juju pun memilih jalan pintas.
Dengan penuh percaya diri Juju mendatangi sebuah rumah antik, dengan nuansa serba hitam.
Mulai dari lantai yang berwarna hitam, tembok berwarna hitam, kaca jendela yang berwarna hitam sampai seluruh penghuni rumah itu juga berwarna hitam.
Sambil bertolak pinggang penuh bangga, Juju melihat di bagian atas pintu rumah itu yang ada papan reklame besar yang bertuliskan 'MBAH TRESNO DUKUN PELET SAKTI'
"Maaf, mas mau konsultasi dengan Mbah ya?" tanya seorang asisten dari Mbah Tresno.
Seketika pandangan Juju tertuju kepada seorang pria yang baru saja menyapanya itu. Juju menatap tubuh pria itu yang saat ini mengenakan baju warna hitam, celana hitam, sendal jepit warna hitam dan juga berkulit hitam.
"Ah, iya ini kang Martiana Cemani ya?" tanya Juju.
"Iya, Kang Juju masih ingat saya aja," ucap Pria itu dengan wajah tersipu.
"Yaiya dong! Kan sering ke sini, kemarin juga habis kesini, minta jurus jaran goyang pemikat ABG." jelas Juju.
"Oh, iya." Martiana tersipu malu lagi.
"Kang, masih item aja, gak ada niat pakek skincare gitu?"
"Gak bisa, Kang Juju, nanti kalau saya putih, saya langsung di pecat sama Mbah Tresno. 'Kan syarat kerja di sini harus serba hitam, termasuk kulit juga harus hitam, Mbah Tresno 'kan pencinta warna hitam,"
"Terus tips, biar hitam legam dan bercahaya begitu apa rahasianya?" tanya Juju antusias.
"Oh itu, gak ada rahasia kok, saya cuman sering mandi di kali dan berjemur di tengah sawah dengan pantulan sinar matahari terik, tepat di atas kepala di tambah sedikit minyak esensial yang terbuat dari cicak Afrika, dan sering-sering ngintip kenalpot motor yang sedang di nyalakan," jelas Martiana panjang lebar.
"Wah, luar biasa!" Juju sampai menggelengkan kepalanya saking takjubnya.
"Gimana, Kang Juju mau juga?"
"Ah, enggk-enggak! Makasi." Juju menolak dengan sopan.
'Yang ada cewek-cewek gue pada kabur,' batin Juju.
"Wah, kerja di sini agak ribet ya, harus ngerjain ritual-ritual unfaedah," celetuk Juju penuh simpati.
"Ya begitulah kang Juju,"
Dan saat mereka tengah asyik mengobrol, tiba-tiba si pemilik rumah pun muncul.
"Ehm!" sambil memuntir kumis, penuh percaya diri, dengan pakaian yang serba hitam dan burung gagak hitam yang bertengger di punggungnya.
"Ono Opo?!" tanya Mbah Tresno dengan suara berat menggelegar.
To be continued