Chereads / JAVAS AND OCEAN / Chapter 28 - Kejadian Yang Memalukan

Chapter 28 - Kejadian Yang Memalukan

Happy Reading

***

"QANSHANA!!" teriak Ocean dengan suara melengking tajam, melihat ranjang yang bisa ia tiduri bersama Qanshana.

Eh?

Tidak ada … lantas?

Ocean membalik tubuhnya.

Deg!

Tik … tok … tik … tok.

Hening!

Deg!

"Jangan dima … sukin kedalam hidung," ucap Qanshana terbata-bata, memegang tangan temannya yang akan memasukkan potato ke dalam hidungnya. Matanya tak berkedip saat melihat Ocean berdiri tegak di depannya, yang diam mematung seolah kekasihnya itu seperti maling yang ketahuan akan mencuri sesuatu.

Kelima teman wanita Qanshana pun terbengong-bengong saat melihat kedatangan pria tampan yang sepertinya mereka kenali namun terasa asing.

Apalagi, Qanshana saat ini sedang di jegal oleh 3 temannya karena sejak tadi menolak dimasukkan potato kedalam lubang hidung dan telinganya saat kalah bermain kartu. Sedang 2 wanita lainnya sedang menari ala-ala penari striptis. Mereka juga mendapat hukuman karena kalah bermain kartu.

Mendadak mereka semua terdiam dan mematung, sama seperti Ocean. Semua kegiatan yang mereka lakukan terhenti saat melihat kedatangan Pria asing yang tiba-tiba nyelonong masuk kedalam kamar, yang mereka yakini aman dari para pria hidung belang.

Dan bodohnya lagi, mereka berlima termasuk Qanshana tidak sadar jika saat ini mereka sedang tidak berpakaian alias telanjang bulat-bulat di depan mata Ocean yang tak berkedip. Tubuh telanjang mereka penuh dengan lipstik berwarna-warni, eyeliner hitam, bedak tabur berwarna putih dan semua jenis make up tersebar rata di seluruh permukaan kulit. Sedang rambut mereka sudah tak beraturan lagi bentuknya. Mereka semua mirip jurig yang gentayangan. Sangat mengerikan dan menyeramkan.

Hening ….

Tak ada yang bersuara.

"Ocean, sedang apa disini?" Qanshana menurunkan tangan temannya, sangat pelan seolah mereka sedang melakukan adegan slow motion. Dan temannya pun sama sekali tak berkedip melihat Ocean yang mematung.

"Aku …." Ocean menelan ludahnya, menatap mata Qanshana dengan perasaan yang campur aduk. Ini Qanshananya, 'kan?

"Ehem." Ocean berdehem lirih. "Kau, Qans … aku …."

"AKHHHH!! Tuanku, Ocean!!" Milah berteriak kalap.

Ocean membalik tubuhnya, melihat tubuh tambun Milah yang berlari ke arahnya. "Ada apa?" tanyanya dengan wajah polos.

"NONAAA!!" Milah menunjuk tubuh keenam wanita itu secara bergantian.

"O-ocean … kau … A-AKU! OCEAN!!" Qanshana memekik keras, mereka semua tersadar dari kebekuan mereka sesaat.

"Arghhh, dasar mesum!" Mereka tak kalah berteriak dari Qanshana. Mereka semua berlari kesana kemari guna menutupi tubuh mereka yang telanjang dan acak-acakkan.

Sedang Ocean, masih diam membeku di tempatnya. Tak tahu harus berbuat apa. Lari keluar kamar atau membantu mereka membersihkan tubuh yang terlihat menyeramkan itu.

"Qanshana, aku datang kemari 'kan ingin menemuimu. Kenapa kau berteriak padaku?" Ocean memutar tubuhnya, mengikuti kemana arah Qanshana berlari.

"Ocean, keluarrr!" Qanshana semakin berteriak histeris karena Oceannya sama sekali belum menyadari kekacauan yang dibuatnya.

Plak! Dengan gemas Milah menepuk bahu Ocean.

"Tuan, ih!!"

Deg!

Eh, Tuhan!!

"Astaga! Maaf … maaf, aish, sial! Maafkan aku!!" Ocean menepis tangan Milah. "MAAF!" serunya dengan panik. Ia mengambil kain yang tergeletak di kakinya, langsung berlari ke arah Qanshana, "Maafkan, aku," ucapnya sembari memberikan kain itu pada Qanshana.

"Ocean, ihh!" Qanshana menghentakkan kaki dengan gemas, mengambil kain itu. Wajahnya sangat panas karena terbakar oleh rasa malu. "Keluar!" bentaknya sembari menunjuk pintu.

"Ma-maaf." Ocean langsung berlari dengan wajah tertunduk malu. Ia keluar dari kamar Qanshana yang kacau balau karena ulahnya.

Milah mengikuti langkah Ocean yang berlari sangat kencang menuruni anak tangga. Ia khawatir jika tuannya itu terpeleset dari tangga. "Pelan-pelan, tuan! Jangan lari! Tuan, juga sih. Sudah saya bilang jika Nona–"

"DIAM!!" Bentak Ocean melihat Milah. Wajahnya menghangat. Ia sangat malu dengan kejadian yang baru dialaminya. Pasti saat ini wajahnya semerah kepiting rebus dan apa tadi yang dilihatnya. Aih, sial-sial!

Ocean menunggu Qanshana di lantai bawah, duduk di sofa sembari menyadarkan diri. Matanya berkedip menatap langit-langit ruangan yang terasa buram. Ia syok berat karena melihat pemandangan yang terasa asing di matanya dan malunya itu lhoo … apa yang mereka pikirkan tentang dirinya setelah ini?

Ocean Cakrawala si mesum brengsek yang menerobos kamar wanita saat sedang berpesta.

"Ahhh! No!" teriak Ocean, mengusak asik rambutnya dengan frustasi.

"Tuanku tidak apa-apa?" Milah menyerahkan segelas air pada Ocean. Ia tak menyangka jika wajah tuannya yang putih bersih itu akan semerah ini.

Tanpa basi-basi Ocean langsung meneguk minuman itu hingga tandas. Tenggorokannya langsung terasa segar.

"Kenapa kau tidak mengatakan padaku jika Qanshana sedang bermain kartu dan berpesta dengan teman-temannya, hah! Kau sengaja ingin mempermalukanku, iya!" Ocean mendengus dengan kesal. Jika saja Milah tak membuatnya curiga pasti ia tak akan menerobos masuk kedalam kamar Qanshana.

Anehnya lagi, "Kenapa kamarnya tidak kunci! Dasar wanita-wanita ceroboh! Coba kalau bukan aku yang masuk, mau jadi apa kalian! Hish, bisa-bisanya mereka telanjang satu sama lain seperti itu! Dan Qanshananya? Astaga, Qanshana … kau!" Ocean menggeleng dengan penuh keheranan. Apakah dunia para wanita seperti ini? Tidak malu menunjukkan kepunyaan mereka satu sama lain.

Jangan sampai Papa dan Mamanya mengetahui kejadian ini. Bisa-bisa ia akan jadi bulan-bulanan kejahilan serta olok-olokkan mereka berdua.

"Saya 'kan sudah melarang tuanku masuk." Milah mencibir, tak terima jika disalahkan. Tadi ia sudah berusaha keras melarang tuannya untuk masuk.

"To the point, Milahhh!!" Ocean menamplek bahu Milah dengan gregetan.

"Auw, auw! Sakit tuan," rengek Milah mengusap bahunya yang kesakitan dan hal itu membuat Ocean semakin meradang. Jika bisa, Ocean ingin mencabut satu persatu tindik yang terpasang di pinggiran hidung dan ujung alis Milah, biar dia berteriak kesakitan. Dan Ocean tidak risih lagi melihat tindikan-tindikan itu.

Tidak lama kemudian satu-persatu para wanita itu turun dari tangga dengan malu-malu dan salah tingkah saat melihat Ocean Cakrawala, pengusaha muda yang selalu menjadi topik perbincangan para wanita dari berbagai latar belakang dan usia.

Pun mereka semua terkejut saat mengetahui jika Ocean yang dimaksud Qanshana adalah Ocean yang ini. Pria tampan nan seksi, pewaris tunggal perusahaan Edificio yang memiliki banyak prestasi. Mereka mengira jika kekasih Qanshana– yang sering diceritakannya adalah seorang pria yang bekerja dalam bidang politik atau pengusaha biasa yang kaya raya. Sebab, Qanshana tak pernah menceritakan secara detail kekasihnya.

Qanshana turun paling terakhir. Ia hanya memakai kaos oblong hingga lutut dan di wajahnya pun masih ada bekas lipstik yang tertinggal karena lipstik itu ternyata semi permanen.

Dan lihatlah penampilan teman-teman Qanshana yang acak-acakkan. Sepertinya mereka tak sempat merapikan diri dengan benar.

"Maafkan saya. Saya merusak kesenangan kalian semua. Saya tidak tahu jika kalian tadi sedang berpesta. "Ocean menundukkan setengah badannya, ia mencoba sesopan mungkin di depan teman-teman Qanshana. Kasihan Qanshana jika mereka menganggap kekasihnya sebagai pria mesum tak bermoral.

"Ti-tidak masalah, tuan Ocean," ucap salah seorang wanita bernama Erna, menggeleng dengan cepat dan mencoba menebarkan senyum semanis mungkin walau terlihat mengerikan karena di wajahnya masih ada noda-noda hitam yang sepertinya akan sulit dihilangkan. "Jadi benar Anda kekasih Qanshana?"

***

Salam

Busa Lin