Tentunya Hasan tidak ingin anaknya itu terjebak dengan seorang laki-laki yang berperilaku aneh. Iya setahu dari Hasan autis adalah seseorang yang mempunyai penyakit sejal dari lahir yang sangat tidak normal seperti orang pada umumnya.
Dan juga Hasan berpikir pasti calon suami dari anak Halimah tentunya pasti memiliki wajah yang aneh, dan mungkin juga prilakunya aneh dan tidak seperti umumnya sehingga dia tidak pernah menunjukkan dirinya selama ini walaupun dia berada di dalam rumah orang tua nya.
teuntunya seperti seorang ayah pada umumnya selalu menginginkan dan mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. Walaupun Hasan hanya seorang ayah yang membesarkan Halimah, tetapi tentunya Hasan sangat ingin putrinya Halimah bahagia dan bukan menjadi Baby sister dari suaminya di masa depan nanti.
Tentunya Hasan juga tidak ingin masalah kesehatan Putri kandungnya Asyila dipertaruhkan dan juga Hasan ingin anaknya agar cepat sembuh.
Hasan tidak memiliki pilihan lain selain menujui apa yang diinginkan oleh Halimah karena memang istrinya, Jubaidah juga sepertinya sangat mendukung jika Halimah dengan menikah dengan anak dari Pak bos yang seorang autis.
Saat ini yang Hasan harapkan, semoga kedua anaknya selalu dalam keadaan sehat dan bahagia. Khususnya Halimah yang akan menikah dan tentunya untuk Asyila hanya ingin berharap bahwa putrinya itu bisa mengubah gaya hidupnya yang sedikit galamor dan juga tentunya Hasan mengharapkan putrinya Asyila agar cepat sembuh.
Setelah pulang dari rumah Pak bos tersebut atau sekarang bisa disebut calon besannya tersebut. Kali ini Hasan, Zubaidah dan juga Halimah telah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang campur aduk khususnya Hasan sebagai ayah sangat mengkhawatirkan Putri bungsunya tersebut. Walaupun Halimah bukan anak kandungnya tetapi Hasan lah yang telah membawanya ke rumahnya dan mengangkatnya sebagai anak tentunya disambut dengan suka cita oleh putri nya Asyila yang memang menginginkan seorang adik perempuan.
Hasan sangat menyayangi Halimah seperti anak kandungnya sendiri sama seperti Asyila lah walaupun Halimah hanyalah anak angkatnya saja.
"Apakah kau yakin akan menikah dengan calon suamimu yang merupakan anak dari Pak bos tadi, yang seorang Autis?" tanya Hasan.
"Tentu saja Ayah. mengapa tidak?, lagipula aku akan belajar menjadi seorang istri yang baik untuk calon suami ku nanti dan juga bisa membantu untuk membiayai operasi Kakak. aku juga ingin membuktikan baktiku kepada Ayah dan Bunda yang selama ini telah mengurusku." ucap dari Halimah yang memiliki Budi yang luhur dan tentunya sifat yang baik dan solehah.
"Tapi nak, jika kyau memang merasa tidak nyaman dengan semua ini, Ayah bisa membatalkan semua ini." ucap dari Hasan yang tentunya tidak ingin mengorbankan kebahagiaan Putri bungsunya tersebut.
"Apa yang kamu lakukan suamiku?. Kamu ingin Putri kita Asyila tidak jadi dioperasi dan meninggal?. koarena lebih memilih putri bungsu mu ini?" ucap dari Zainab Yang sepertinya akhir-akhir ini mulai terlihat tidak menyukai Halimah.
"Tidak bukan begitu maksudku istriku.Aku akan berusaha untuk mencari pinjaman kepada orang lain saja dan tidak perlu mengorbankan kebahagiaan dari Halimah." ucap Hasan.
"Sampai kapan kita harus mendapatkan pinjaman lagi sedangkan putri kita dalam keadaan sekarat saat ini dan memerlukan banyak biaya untuk operasi kanker pada otak nya???"ucap Zubaidah yang sangat mencemaskan kondisi dari Putri kandungnya tersebut.
"Bunda tidak perlu khawatir dan ayah juga tidak perlu cemas aku tetap akan menikah dengan calon suamiku yang merupakan seorang autis, lagipula aku tidak akan mempermasalahkan Jika dia seorang artis atau tidak karena niatku adalah menikah untuk beribadah kepada Allah bukan mencari kesempurnaan dari seorang manusia." ucap dari Halimah dengan bijak.
Tentunya Zubaidah sangat merasa senang, dengan ucapan dari Halimah walaupun dia akui saat ini sangat egois lebih mementingkan keadaan putrinya. Asyila yang saat ini memang dalam keadaan yang memprihatinkan karena kanker otak nya harus segera diangkat jika tidak dia akan meninggal dunia.
Tentunya tidak ada seorang ibu yang waras dan normal menginginkan seorang putri kandungnya sendiri meninggal dunia dengan sangat cepat, bahkan Jubaidah sendiri merasa belum bisa melakukan hal yang terbaik baik untuk membahagiakan Putri kandungnya tersebut.
Prioritas Zubaidah saat ini adalah kebahagiaan dari Asyila dan kesembuhan dari Asyila, walaupun harus mengorbankan kebahagiaan dari Halimah. Tentunya Zubaidah lebih mementingkan Putri kandungnya daripada Putri angkatnya tersebut.
"Bunda sangat bangga mempunyai anak sepertimu, maafkan Bunda jika harus membuat mu terjebak dalam suatu pernikahan ini tetapi Bunda tidak ingin kehilangan Putri kandung Bunda." ucap dari Zubaidah.
Tentunya ucapan dari Zubaidah tersebut secara tidak langsung telah melukai seorang Halimah, karena Zubaidah mengatakan seakan-akan dia hanya takut kehilangan seorang putri kandungnya saja yang itu berarti Asyila saja dan juga tentunya bermakna bahwa selama ini Zubaidah tidak pernah takut jika kehilangan seorang Halimah yang hanya seorang putri angkat.
Tetapi tentunya Halimah yang sudah berusaha untuk belajar sabar selama ini dan selalu mengalah kepada kakaknya tentunya akan menutupi kesedihannya itu dengan senyum manis. Seakan-akan Halimah tidak pernah sedih dan terlihat tegar dewasa dan kuat walaupun sebenarnya dia masih remaja. Padahal sebenarnya dari dalam terlihat sangat rapuh.
Tentunya Zubaidah tidak bisa merasakan kesedihan Halimah karena memang selalu memikirkan kebahagiaan dan kebaikan untuk Asyila dan jika harus berkaitan dengan Halimah pun itu semua dia lakukan demi kebahagiaan Asyila yang selama ini sangat menyayangi Halimah sebagai adik.
Tentunya sebagai seorang ayah yang selama ini mengetahui bahwa istrinya selalu berkata seakan-akan sangat menyayangi Putri kandung mereka dan tidak pernah memikirkan perasaan dari Putri angkat mereka yaitu Halimah.
Tentunya Hasan tahu dari dalam Halimah sangatlah rapuh karena ibu yang selama ini telah mengurusnya ternyata tidak pernah memiliki cinta sedikitpun sebagai seorang ibu yang tulus kepada anaknya.
Tetapi Zubaidah hanya terlihat mencintai seorang Halimah di depan anak kandungnya yaitu Asyila saja. Karena memang Asyila dari dulu sangat menginginkan seorang adik perempuan tetapi sang ibunda tidak bisa melahirkan lagi setelah rahimnya diangkat saat melahirkan Asyila dan tentunya Zubaidah sangat senang walaupun rahimnya diangkat setidaknya dia telah memiliki seorang putri yang cantik dari darah dagingnya sendiri.
Tentunya Jubaidah akan melakukan segala cara apapun demi kebahagiaan dari seorang putri tunggalnya. Walaupun hal itu harus mengorbankan banyak sekali manusia lain yang ada di dunia ini, Zubaidah sanggup asalkan putrinya bahagia.
Setelah mendengar ucapan dari Zubaidah tersebut Halimah pun pura-pura ke kamar kecil untuk mencuci muka sedangkan tentunya Hasan tahu bahwa putrinya ajalah tersebut tidak ingin kamar kecil tetapi akan menangis karena mengetahui Bundanya yang selama ini tidak pernah menyayanginya secara tulus.
"Hiks...hiks...hiks..." Halimah terisak pelan tidak kuat menahan tangisnya.
"Maafkan Ayah nak, dan tolong maafkan juga Bunda mu...." ucap Hasan sambil mengusap pelan punya kepala putrinya tersebut yang tertutup dengan jilbab sedangkan Halimah hanya menunduk menutup wajahnya sambil terisak kecil karena menangis.
Sebijak-bijaknya seseorang, sekuat-kuatnya seseorang, mereka tetaplah ia hanyalah manusia biasa dan tentunya bisa menjadi sangat rapuh disaat keberadaannya tidak berarti bagi seseorang yang yang sangat dihormati atau dicintainya begitulah perasaan Halimah saat kepada sang Bunda yang tidak pernah menganggapnya sebagai seorang putri.