Sebenarnya saat ini Halimah merasa sangat gugup berada di posisi yang sangat dekat dengan Umar yang tidak lain adalah suaminya sendiri saat ini, karena memang sebelumnya mereka telah menikah beberapa jam yang lalu.
Bahkan kali ini Halimah harus tidur di kamar suaminya tersebut dengan mungkin hurus berbagi ranjang yang berukuran sepertinya sebelumnya telah di disain satu untuk satu orang saja. Mungkin Halimah akan memilih mengalah dan tidur di sofa panjang yang berada di kamar suaminya tersebut.
"Siapa yang mengizinkan mu tidur di sofa?" tanya Umar.
"Maaf kakak aku sangat mengantuk, baiklah aku akan tidak di bawah saja." ucap Halimah yang menganggap mungkin Umar tidak rela jika dia tiduran diatas sofa empuk itu.
"Tidak." ucap Umar dengan singkat.
Tentunya hal itu membuat Halimah sangat bingung, apakah di harus tidur di kamar mandi atau di luar kali ini. karena Suaminya sepertinya tidak mengizinkan dia tidur di manapun.
Umar berjalan mendekat kearah Halimah dan mengajak kalimah untuk duduk di atas ranjangnya yang berukuran untuk 1 orang tersebut. Sebelumnya memang karena Umar tidak tahu dia akan menikah secara dadakan dan belum sempat meminta kepada orangtuanya untuk mengganti ranjangnya saat ini.
"Kita akan tidur di sini. Kau tidak boleh tidur di manapun selain di sini." ucap dari Umar dengan tegas.
"Tapi kakak ini sepertinya tidak akan muat." ucap Halimah.
Umar pun langsung berbaring dan kemudian langsung membawa Halimah berbaring dengannya dengan posisi Halimah yang memang berada di atas tubuhnya sedikit, agar mereka bisa muat tidur bersama di atas meja tersebut.
Tentunya hal itu membuat Halimah sontak terkejut karena memang sebelumnya dia tidak pernah tidur dengan posisi tersebut apalagi bersama dengan lawan jenis.
"Apakah kakak tidak merasa keberatan?" tanya Halimah sedikit berbisik karena memang saat ini tubuh mereka saling menempel walaupun mereka masih menggunakan pakaian yang lengkap, tetapi tetap saja posisi mereka sangat terlalu intim bagi seorang Halimah.
"Tidak lagi pula tubuhmu sangat mungil dan kurus. Bagaimana aku bisa merasa keberatan, sekarang tidurlah." ucap dari Umar yang memang telah meminjamkan mata.
Sebelumnya mereka telah melaksanakan salat isya berjamaah dan juga sholat sunah dua rakaat. Dengan pengaturan Umar yang merasa bahwa istrinya tersebut mungkin belum siap karena masih terlalu muda lebih memilih untuk mengajak Halimah untuk tidur saja.
Padahal sebenarnya Umar sendiri pun belum bisa tidur tetapi dirinya harus berusaha untuk bisa memejamkan matanya tersebut jika tidak mungkin saja dia akan bersih bersikap diluar kendali dan lagi pula Halimah sangat lelah hari ini.
Mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing Halimah hanya mampu menetapkan diam tubuh suaminya tersebut dan tidak berani banyak bergerak karena mungkin, akan membuat suaminya yang saat ini dengan tenang telah meminjamkan mata terbangun.
Setelah merasa sangat nyaman dengan posisinya dan tanpa sungkan pun Halimah memeluk suaminya tersebut dan lama-lama dia pun ikut tertidur dengan sendirinya.
Umar yang merasa Halimah telah tertidur menggubah posisi istrinya tersebut agar bisa tidur dengan nyaman dan kemudian dia pergi untuk melanjutkan membaca buku ke perpustakaan yang ada di kamarnya tersebut karena Umar tidak bisa tidur saat ini.
Tentunya Umar akan kembali tidur bersama Halimah tersebut setelah menyelesaikan mengkoleksi buku karyanya tersebut dan memastikan bahwa buku tersebut layak untuk dipelajari oleh dan bermanfaat bagi orang lain.
Setelah dua jam-an Umar telah selesai mengkoreksi satu buku karyanya yang sangat tebal sekitar 500 halaman dengan sangat teliti dan dia telah memastikan bahwa buku tersebut layak untuk dipelajari dan sangat bermanfaat bagi orang lain.
Umar kembali tidur pada hari yang kecilnya tersebut dengan menggunakan posisinya tersebut seperti sebelumnya Umar menemukan tubuhnya berada di bawah dan Halimah yang yang sedang terlelap diatas tumbuhnya mereka saling berpelukan dan tentunya sebelumnya juga Umar telah memasangkan selimut agar mereka tidak kedinginan di kamarnya tersambung walaupun tidak terlalu dingin suhunya tetapi tetap saja akan sangat dingin nanti.
Halimah pun bangun di pagi hari dengan sedikit kaget karena pemandangan yang ada di hadapannya saat ini adalah wajah tampan dari Umar, suaminya yang tidak lain adalah Umar dan bahkan posisi mereka saat ini sangat intim dari sebelumnya menurut Halimah.
Jika sebelumnya memang hanya sebagian dari tubuh Halimah yang menempel dengan Umar karena ranjang tersebut sangat kecil sekali, ini malah Halimah berada atas tubuh suaminya tersebut . Iya walaupun Umar ini memang masih tertidur dengan mata terpejam yang tidak mengurangi kadar ketampanannya tersebut sama sekali.
"Ya Allah maka nikmat mana yang selalu ini telah aku dusta kan." batin Halimahyang merasa sangat bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bertemu dan menjadi seorang istri dari suaminya yang sangat tampan ini.
Perlahan Umar pun terbangun karena merasa mungkin saat ini telah pagi dan mereka harus segera melaksanakan salat subuh, Umar tidak begitu kaget dengan keberadaan istrinya yang memang berada di atasnya tersebut karena memang memiliki ingatan yang kuat lagi pula Umar sendiri lah yang telah meletakkan Halimah diatas tubuh nya.
Umar hanya kaget melihat kearah jam karena memang saat ini pukul 5 pagi lagi dan biasanya Umar bangun pukul jam 4.30 kali ini Umar telat setengah jam tetapi mereka masih bisa melaksanakan salat subuh berjamaah.
"Istrinya ku..., apakah kamu tidak berniat bangun?" ucap Umar dengan suara sedikit serak karena memang baru saja bangun tidur.
"Maaf Kak.. maafkan aku..." ucap dari Halimah dengan kaget yang reflek langsung membuatnya turun dari tubuh suaminya dan langsung berdiri.
Sebenarnya Halimah sangat merasa malu jika dia tertangkap basah setelah mengamati wajah tampan dari suaminya tersebut dari tadi dari tadi ini dia merasa sangat gugup.
"Lain kali jika bangun tidur duduklah sebentar lebih dahulu jangan langsung berdiri tubuhmu akan kaget karena tidak kau tidak menyesuaikan diri terlebih dahulu." ucap Umar yang langsung duduk dari posisi tidur lalu menarik Halimah yang tadi langsung berdiri untuk duduk terlebih dahulu,setelah 5 menit kemudian dia langsung berdiri dan berjalan kearah kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Sebenarnya Halimah merasa sangat bagus karena memang pendirinya selain dari ceroboh ternyata memang masih bersikap sangat kekanak-kanakan untuk seorang Umar yang memang bersikap sangat dewasa.
Bahkan saat ini Halimah tidak melihat tanda-tanda keanehan pada suaminya tersebut yang merupakan penderita autis berdasarkan informasi yang telah didapatkannya dari pak Broto sebelumnya.
"Istriku segeralah mengambil air wudhu dan kita melaksanakan salat salat subuh berjamaah dan jika sudah selesai kau bebas untuk melamun nanti." ucap dari Umar dengan lembut tetapi terdapat nada ketegasan di dalamnya.
"Iya Kak." ucap dari Halimah yang kemudian langsung menuju kearah kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Mereka pun salat subuh berjamaah seperti layaknya pasangan pada umumnya dengan diakhiri Umar yang membaca doa dan diamini oleh Halimah.
tentunya semasa hidupnya Halimah tidak menyangka Jika dia akan menjadi seorang istri dari pria yang sangat tampan dan juga pengertian serta berperilaku lemah lembut seperti suaminya tersebut dia merasa sangat bersyukur sekali setelah membuatnya menikah dengan seorang Umar yang memiliki perilaku lemah lembut tegas dan juga sangat sabar kepadanya.
"Alhamdulilah hirobbilallmin." Ucap dari Umar setelah mereka selesai berdoa bersama setelah salat.
Dan tentunya setelah itu Umar menyodorkan tangannya kepada istrinya tersebut untuk saling bersalaman tapi sepertinya istrinya tersebut masih saja diam.
Karena melihat Halimah yang tidak merespon memutuskan Umar untuk mengecup kening istrinya tersebut terlebih dahulu, sehingga membuat Halimah tersadar bahwa dia terlalu asik melamun sambil berdoa dan melupakan bahwa ia belum bersalaman dengan dengan suamiya tersebut.
"Sebenarnya, apa yang sedang kau pikirkan istriku?" tanya Umar.
"Maaf kak tadi aku melamun." ucap dari Halimah yang langsung mengambil tangan kanan suaminya tersebut lalu menciumnya beberapa kali karena merasa sangat bersalah telah mengabaikan suaminya tersebut.
Umar yang merasa tingkat dari Halimah yang sangat lugu dan polos. Walaupun memang Halimah suka melamun dan pendiam tetapi dia adalah gadis penurut, Umar hanya bisa mengusap kepala istrinya tersebut dengan lembut lalu kemudian mengangkat dagu Halimah sehingga mereka saling bertatapan, dan kemudian Umar mengecupi seluruh wajah istrinya tersebut.
Halimah masih saja terdiam dan mematung di tempat dia merasa sangat gugup, salah tingkah dan malu saat ini, bahkan wajahnya telah memerah malah membuat Umar terus-terusan untuk memberi kecupan tingkat pada kedua pipi kanan dan kiri Halimah yang memang sedikit chubby.