Umurnya yang sudah dua belas tahun sudah bisa menguasai sihir tanpa merapal. Usahanya untuk mempelajari sihir yang sangat keras hingga membuatnya merasakan rasa sakit dan luka akibat latihan yang dia lakukan semuanya terbayar.
Sudah bisa menguasai sihir, kemudian dia teringat Ayahnya kalau dia sudah bisa menggunakan sihir baru Ayahnya mengajarkan pedang kepadanya.
Dia pulang dari hutan tempat dia berlatih untuk menemui Ayahnya yang baru pulang berburu
"Ayah aku sudah bisa sihir sekarang waktunya ayah mengajari aku pedang, ayah sudah berjanji dulu."
"Iya ayah akan menepati janji ayah, tapi sekarang sudah mau malam besok ayah akan mengajarimu, ayah akan mengambil pedang yang ayah simpan dulu ketika kamu umur 6 tahun." jawab ayahnya.
Keesokan harinya didepan rumah dia melihat ayahnya yang dari gudang membawa tiga pedang. Dua pedang kayu dan satu pedang asli. Ayahnya menemuinya langsung.
"Kamu tau nama pedang ini, pedang ini namanya Katana, ayah tidak membawa pedang kecilmu itu. Pedang itu Ayah simpan di dalam peti di gudang kalau kamu tidak percaya bisa kamu lihat sendiri!"
Ayahnya memperlihatkan Katana asli kepada anaknya dan memperlihatkan teknik pedang Katana kepada anaknya itu, ayahnya melempar daun ke atas dan menarik pedang Katana pedang, seketika daun terbelah menjadi dua.
Setelah menunjukkan teknik pedangnya, ayahnya langsung mengambil pedang pedang kayu dan memberikan kepada anaknya.
"Ini coba pegang pedang ini dan ayunkan kedepan!" Suruh ayahnya.
Anaknya langsung mengayunkan pedang kedepan. Ayahnya yang melihat saat anaknya memegang pedang lalu memegang tangannya.
"Gunakan pedang Katana dengan kedua tanganmu, pegang lah dengan erat, saat kamu sudah lebih dewasa kamu baru bisa belajar satu tangan. Sekarang belajar menggunakan dua tangan mu dulu."
Anaknya memegang pedang kayu sesuai dengan yang di bicarakan ayahnya.
"Saat kamu memegang pedang kamu harus membetulkan kuda-kudamu, ayo lebarkan sedikit kakimu."
Pelatihan pedang pun di mulai, ayahnya mengajari dasar pedang dahulu yaitu menankis dan menyerang.
Ayahnya memulai mengajari pedang dengan cara menyerangnya.
"Cobalah kamu menangkis pedang Ayahmu ini, ayolah ayah baru memulainya."
Dia menangkis pedang ayahnya, dia menangkis dan menang namun pedang ayahnya tetap saja bisa mengenainya. Kaki dan tangannya sudah mulai lebam akibat tidak bisa menangkisnya.
"Ok sekarang giliran kamu untuk menyerang gunakan pedang sesuai yang ayah ajari tadi dan gunakan kuda-kuda yang benar." Bilang Ayahnya.
Dia menyerang ayahnya, dia menggunakan sihir anginnya yang dia pelajari membuat dia bergerak lincah.
"Baik ayah, ayah pun harus hati-hati!" Bilang Iky dengan wajah percaya dirinya.
Dia langsung menuju ke arah ayahnya dan menyerangnya ke arah kepala ayahnya dia hampir mengenainya saat pertama mencoba.
Ayahnya terkejut dengan kelincahan pergerakan anaknya.
"Wah itu hampir saja mengenai ayahmu tapi sayang sekali itu tidak bisa mengenai ayahmu, kamu butuh latihan yang cukup baru bisa menyaingi ayahmu ini!" Jawab ayahnya dengan wajah sedikit sombong.
Dia menyerang ayahnya bertubi-tubi semuanya bisa di tangkis oleh ayahnya dia menyerang dari bagian kaki, dada, sampai kepala semua dengan mudah di tangkis.
Sudah sebulan lebih berlatih pedang, ayahnya selalu bisa menangkis pedang yang dia serang, serangan pedang dia pun mulai akurat dan pertahanan menangkisnya semakin bagus.
"Kamu tau kenapa pedang mu itu bisa di tangkis dengan mudah walaupun pegerakanmu sangat bagus, tapi ayunan pedangmu itu sangatlah lambat sangat mudah untuk dilihat." Bilang ayahnya.
dan latihan pun berlanjut hingga beberapa bulan, gerakan pedangnya yang semakin bagus dan menahannya yang semakin akurat.
"Kamu adalah pengguna elemen angin manfaatkanlah itu dengan bagus!" Bilang ayahnya.
"Ya, tapi bagaimana cara supaya gerakan pedangku supaya tidak lambat!" Tanya Iky kepada ayahnya.
"Gunakan manamu manfaatkan elemen angin itu untuk mempercepat tebasan pedangnya." Jawab ayahnya.
"Kalau begitu itu hampir sama dengan pegerakanku yang sangat lincah yaitu memanfaatkan elemen angin." Bilang Iky.
Ayah yang terkejut yang dibilang anaknya dan menyuruh anaknya untuk menunjukkan teknik itu kepadanya.
"Coba tunjukkan kepada ayah nanti ayah akan mengajarimu cara menggunakan elemen anginmu bersatu dengan pedang."
Dia menunjukkan teknik itu kepada ayah tanpa harus merapal mantra ayahnya yang terheran-heran melihat anaknya itu.
"Ayah bisa mencobanya gunakan mantra dasar dan rasakan mana dan gunakan sihir anginnya."
Ayahnya mencoba seperti yang dikatakan anak ayahnya pun bergerak dan mengayunkan pedang dengan lincahnya dan setelah itu badannya langsung lemas karena teknik itu menguras banyak mana.
"Bagaimana kamu bisa menggunakan teknik ini dengan bebasnya dan kamu masihlah sangat kecil teknik menguras banyak sekali mana." Tanya ayahnya.
"Etto sebenarnya manaku ini tak terbatas." Menjawab sambil memegang kepalanya.
Ayahnya langsung mengecek mananya, dia langsung memegang tangannya dan ketika dia mengecek kapasitas mana anaknya dia merasa seperti lautan yang tak berujung.
"Hahaha anak ayah sangat hebat kamu pasti suatu saat menjadi orang yang hebat." Ayahnya menjawab dengan wajah yang sangat senang.
Setelah itu ayahnya menunjukkan cara supaya elemen angin bisa menyatu dengan pedangnya yang bisa membuat tebasan pedangnya menjadi cepat dan kekuatan pedang menjadi berkali-kali lipat.
Iky mencobanya dan langsung berhasil ayahnya terkejut melihatnya padahal ayahnya dulu berlatih teknik itu sangat lama hingga 2 tahun baru bisa sempurna sedangkan anaknya langsung dalam sekali pelajari.
"Anak jaman sekarang jiwa pedangnya memang sangat besar, padahal ketika ayah mempelajari teknik itu butuh dua tahun baru bisa sempurna sedangkan kamu baru sekali langsung bisa dan sempurna." Bilang ayahnya.
Latihan pun berlanjut.
Dua bulan kemudian latihan pedang dengan ayahnya sudah semakin bagus. Ayahnya membawanya berburu sekalian untuk bisa langsung mempraktekkan teknik pedangnya. Dia dengan mudah membunuh hewan-hewan buruan tersebut.
"Untuk haru ini sudah cukup untuk latihan kita pulang Ibu juga sudah menyiapkan makan malam." Bilang ayahnya
"Baik ayah."
Setelah selesai makan malam ayahnya berbicara dengan Istrinya kalau dia besok harus berangkat ke kota.
"Aku tidak akan lama cuman sehari, jagalah rumah dan kamu nak apapun yang terjadi lindungilah Ibumu."
MOHON MAAF
Apabila ada salah kata dalam penulisan saya mohon maaf dan kedepannya akan memperbaiki sedikit demi sedikit ini adalah pertama kalinya saya menulis cerita Novel.