Pov: Algo
" Syukurlah, Akhirnya ada sedikit uang untuk hari ini! " kataku saat kembali pulang ke rumahnya.
' Adikku pasti sudah lapar sekarang, Tapi tenang saja, Kakakmu yang baik hati sedang menuju ke rumah membawa sedikit uang ' pikirku
Namun ketika aku sampai di rumah, Adikku masih belum pulang juga ternyata. Aku pun memutuskan untuk menyiapkan makanan terlebih dahulu sebelum dia pulang ke rumah.
' Adikku yang malang, Kau sudah sangat menderita karena gerbang jiwamu terbuka saat kau dalam kondisi lemah mental ' gumamku sambil memasak
Aku berharap dia mendapatkan seorang teman yang membuatnya tidak merasa sendirian, Bagaimanapun itu akan mengurangi bebannya. Aku tahu dia selalu terganggu oleh bisikan gaib karena efek gerbang yang pernah terbuka. Namun, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk itu.
' Hah, pokoknya kau perlu menjadi kuat jika ingin terbebas ' gumamku seperti bicara sendiri karena memikirkan adikku.
Namun, Hal yang tidak biasa terjadi kepadaku tiba-tiba. Aku mendengar suara tangisan kepedihan yang membuatku bertanya-tanya " Siapa yang menangis? Tunggu, Aku sebaiknya mendeteksinya dengan indra spiritualku! "
' Ini bukan tangis mahluk gaib, tetapi manusia entah di mana, jika itu mahluk gaib, hantu, atau mahluk supranatural lainnya, aku tidak akan perduli '
Aku mendeteksi arah suara ini makin dalam hingga aku menemukan sumber suara itu. ' Lagi-lagi, keluarga kelaparan, setelah selesai membuat makanan untuk adikku aku akan menolongnya, keluarga malang lain.' Gumamku
Aku bertanya-tanya mengapa sekarang aku bisa mendengar hal seperti itu tanpa aku sengaja. Tetapi aku tidak mau terlalu memikirkannya, yang pasti aku bukan orang yang akan tinggal diam melihat orang lain menderita. Selagi aku bisa menolong. Dan selagi itu orang yang pantas.
Ketika itu aku menyadari mengapa ada seseorang yang datang untuk menolong keluarga janda tua yang diperlihatkan oleh Gabriel waktu itu. Mungkinkah orang itu juga mengalami hal sepertiku? Namun penampilannya seperti orang kaya dan memiliki bawahan, sedangkan aku? Hanya orang miskin.
" Klak "
" Aku pulang Kak! " Sapa adikku ketika dia pulang
" Tumben kau betah keluar rumah? Apa kau menemukan teman yang cocok? " tanyaku kepada adikku
" Emm, iya sepertinya! "
" Kenapa? Apa dia seperti orang kebanyakan? Yang akan mengolok-olokmu kemudian akhirnya? "
" Tidak juga sepertinya, dia berbeda, meskipun masih muda! Kau bahkan tahu dia! "
" Oh, siapa kah itu? "
" Adik dari Vina! Namanya Reihan! "
Adik dari Vina ya? Sepertinya aku pernah mendengar namanya. Tapi sudahlah, saat ini aku harus segera membantu orang. Aku melihat masakanku sebentar lagi matang dan siap disajikan.
" Al, Aku akan menyiapkan makanan dan akan keluar lagi sebentar setelah itu! Kau makanlah duluan! " Kataku kepada Aldan
" Oke, tapi mau kemana Kak? " Tanya Aldan
Aku tidak menjawabnya dan langsung bergegas. Dan menggeledah isi dompetku, semoga masih tersisa setelah membantu keluarga malang itu. Setelah mengetahui seberapa banyak uangku, kira-kira hanya cukup untuk makan malam dan besok siang. Baiklah jika begitu, mungkin memang hanya ini yang aku bisa. Selanjutnya berpasrahlah pada Tuhan.
Tak lama kemudian aku sampai pada tempat keluarga malang itu. Akupun memikirkan cara agar bukan diriku langsung yang memberi pertolongan, karena aku tidak suka wajahku terlihat ketika menolong orang. Sesaat kemudian, Aku melihat remaja yang sedang berjalan-jalan dengan pasangan.
' hem, Aku punya ide, mumpung ada seseorang yang ingin di pandang sebagai pahlawan untuk pacarnya '
Aku menghampiri pasangan itu dan berkata
" hai Nak, Saya ingin meminta tolong, bisakah kamu membantu saya memberikan ini kepada orang yang tinggal dirumah itu?! " kataku kepada sepasang remaja itu sambil aku menunjuk pada rumah yang ingin kutolong.
Remaja lelaki yang dikejutkan oleh permintaanku yang tiba-tiba sedikit heran dan melihat rumah yang aku tunjukan. Sebelum dia melirik wanitanya dan berkata " Eh,,eh, baiklah tidak apa-apa! Saya suka bisa membantu! " kata remaja pria
" Benar-benar anak yang tampan! " kataku dengan memujinya, walaupun sedikit bohong dengan menyebutnya tampan. Tapi itu membuat dirinya makin bersemangat hingga wanitanya tersenyum, membuatnya lebih bersemangat.
" Sip! Cepatlah! " potong si wanita remaja agar si pria segera bergegas.
Aku pun melirik si wanita, dan dia pun tersenyum padaku. Sebagai orang yang lebih tua aku ingin memberi nasihat kepadanya " Gadis baik, bergaul dan jaga diri dengan baik ya! " kataku pelan dengan tersenyum.
" Iya Om! " kata remaja wanita sambil balas tersenyum juga kepadaku
" Oke, saya permisi dulu ya terima kasih! "
Selanjutnya, Aku langsung kembali menuju rumahku. Terasa lega rasanya bisa menolong orang yang benar-benar membutuhkan. Setelah sampai di kawasan Rajawali yang mana itu adalah Desa tempatku tinggal, Aura negative sudah mulai kurasakan.
" Cih, sudah pada mulai! Para semut nakal! " kataku sambil mengaktifkan ilmu spiritualku sebagai persiapan.
Sebenarnya ini adalah hal yang biasa. Setiap malam menghalau serangan para manusia yang memusuhiku tanpa mengerti aku salah atau tidak. Mereka hanya menerima perintah dari gurunya dan dari beberapa orang suruhan.
" Gak ada bosennya kalian mengepungku? " kataku saat aku tiba dimana mereka berkumpul. Yang tidak lain saat itu berada di langit atas rumahku. Mereka adalah jiwa jiwa spiritual, tanpa tubuh fisik. Aku bisa membunuhnya mereka sekaligus dengan mudah jika aku mau. Namun, Aku bukan pembunuh berdarah dingin yang asal membunuh. Selagi mereka tidak lewat batas
Selama ini aku hanya mengembalikan apa yang sudah mereka lemparkan kepadaku.
Ketika mereka mendengar perkataanku dan membentuk formasi untuk bersiap menyerangku. Aku lanjut berkata
" Apa kalian masih saja buta? Aku sudah miskin dan teraniaya, apa yang kalian ingin kan? "
Mereka berjumlah sepuluh orang untuk sekarang, nanti datang lagi dua puluh orang, kemudian datang lagi tiga puluh orang. Jumlahnya tidak pasti, Namun itu sudah biasa.
" Karena kau beraliran sesat! " ujar dari gerombolan
" Ha? Sesat dari mana? Apa kau bisa membuktikannya?! " jawabku nyengir dan menahan kesal dengan perkataan yang dilontarkan padaku sebelum aku melanjutkan.
" Apa orang sesat mengeroyok satu orang yang tidak pernah berbuat salah kepada kalian? Bahkan kita saja tidak saling mengenal!"
Gerombolan musuhku terdiam tanpa jawaban. Sebagai gantinya mereka saling melirik satu sama lain dan bergegas melakukan serangan kepadaku. Sambil berkata. " Kau pintar berbicara! "
" slash,.slash..slash..boom..boom.." Suara tebasan setiap pedang dan sihir jarak jauh yang menghantam padaku.
Ironisnya, mereka tidak menyadari, apa yang akan terjadi jika aku sungguh sudah tidak tahan dengan semua ini? Betapa bodohnya mereka menghajarku bersamaan berulang-ulang. Namun aku baik-baik saja, bahkan aku berjalan santai sambil menghalau serangan mereka.
" Sombong!! " kata salah satu gerombolan
Kemudian mereka serentak menggunakan senjata yang tidak biasa mereka gunakan sebelumnya. Aku mengamati level senjata mereka. Dan itu sudah sangat cukup untuk saling membunuh jiwa yang selevel dengan mereka. Namun, kalian salah memilih lawan dan patuh pada perintah bodoh. Menurut pemikiran Algo.
" Majulah! Tapi aku akan berbelas kasih dengan mengingatkan kalian lebih dulu! " kataku sebelum lanjut
" Kalian harus paham konsekuensi karena bertindak jauh! Bagaimanapun, Aku hanya akan menggunakan pertahanan"
Setelah memperingati mereka. Aku hanya bisa pasrah, yang aku tahu, Bahwa aku hanya membeladiri. Lagian hanya pecundang yang mau menjadi samsak bertahun-tahun.
Para musuh menghiraukan peringatan Algo, dan percaya diri dengan senjata baru yang diberikan kepada mereka untuk menangani Algo kali ini. Namun pemahaman mereka sungguh dangkal, mengira bahwa kali ini Algo benar-benar akan mati.
" Algo! Mati dan bergembiralah di neraka! " kata ketau grup musuh
Mereka bersamaan menyerang dengan senjata mereka masing-masing, yang ditambah energy spiritual.
" Hyaaattttttt "
" Matilah..!"
" Ceritamu cukup sampai di sini! "
Saat itu aku berpikir bahwa itu malah sebaliknya. Bagaimanapun aku sudah lama bersabar. Pikirku sebelum mengaktifkan skillku.
" Blackhole! " kataku singkat. Sebagai tanda skillku kuaktifkan
Barrier yang bersatu dengan tubuhku berubah warna seperti blackhole. Dan menelan semua yang menyentuhnya.
Bagaimanapun mereka yang terlalu bersemangat membunuhku akhirnya tertelan masuk sepenuhnya tanpa jejak layaknya besi panas yang dicelupkan kedalam air.
"Slap..slap..slap slap slap slap slap slap slap" Sembilan orang mesuk seolah itu keinginan mereka sendiri yang ingin mati.
Namu tersisa satu yang lambat bergerak hingga sempat untuk berhenti maju menyerangku. Dia berhenti tepat dan dekat di depanku.
Matanya terbelalak rumit tak percaya pada apa yang dia lihat hingga bisu dan membatu. Bagaimanapun aku tidak membunuhnya, sebagai gantinya aku menitipkan pesan kepadanya " kau paham apa yang aku katakana sebelumnya? Apa aku sesat? Apa kau sadar sekarang setelah melihat bahwa selama ini kau hanya bersabar mengalah? "kataku sebelum aku lanjut berkata
Aku berbisik di telinganya " Katakan pada gurumu, atasanmu atau siapapun yang menyuruhmu! ' Cukup mengorbankan orang yang tak bersalah! Datanglah sendiri kepadaku jika masih menginginkanku! "
Setelah mengatakan itu. Aku mamaksa jiwa yang ketakutan itu kembali ke asalnya. Aku berharap kejadian tadi menjadi peringatan pada sumbernya. Sambil aku menatap langit malam yang diterangi bulan.
" Aku sudah mencoba bertahan semampuku! Kurasa ini waktunya aku untuk membuat tindakan, Aku ingin Bahagia! "