Beberapa hari kemudian setelah petualangan Algo di langit ke tujuh.
" Hoooaaammm, Uh, Jam berapa sekarang? " Gumam Algo setelah tidur nyenyak, Namun dia belum menyadari berapa hari berlalu sejak malam itu.
" Eh, Jam 09:00 Am? " Dia melihat jam, tetapi hanya focus pada jamnya saja tanpa melihat tanggal.
" Sudah lama tidak merasakan tidur yang begitu nyenyak rasanya, emm.. bikin kopi dulu ah " kata Algo saat balik dari tempat tidur dan berjalan ke dapur untuk membuat secangkir kopi. Ketika dia usai membuat kopi dan duduk di rung tamu, Adiknya berkata. " Baru kali ini aku melihat orang baru bangun setelah 1 minggu tertidur! "
" Eh, Siapa itu? " Tanya Algo kepada adiknya
" Tentu saja itu Kau Kakak! "
" Ah, Kau jam segini sudah bercanda! " jawab Algo tak percaya pada perkataan Adiknya sebelum melanjutkan. " Kau tidak keluar rumah? Kau masih punya uang kan? "
" Tentu saja tidak, Aku tidak punya uang lagi pula, Aku tidak bisa bekerja meskipun aku ingin! " kata Adiknya.
Algo mengamati adiknya kasihan, Dia tahu selama ini kenapa keluarganya selalu susah. Namun untuk kasus adiknya ini sungguh berat. Adiknya selalu di olok-olok dan dikatakan gila oleh semua banyak orang disekitarnya. Namun adiknya sungguh orang yang normal, hingga Algo menelusuri keadaan jiwanya
' Dia sedang dalam stabil, gerbang yang terbuka dan sudah kututup sebelumnya juga masih terjaga, seharusnya tidak ada hal yang tak diinginkan jika dia keluar rumah, Namun di masyarakat ini sungguh banyak orang yang dengki dan hanya mengikuti omongan orang lain tanpa bukti pun '.
" Sebentar aku ambilkan uang! " kata Algo
" Tidak usah, karena sudah kupakai! Aku terpaksa mengambil sendiri tiga hari lalu, karena aku sudah kelaparan! " Ujar Aldan sedikit gugup, meskipun sebenarnya kakaknya selalu mempersilahkan untuk mengambil uang di sakunya sebelumnya.
" Tiga hari lalu? Kapan kau mengambilnya? Bukankah tiga hari lalu aku tidak dirumah? "
" Kan sudah kubilang, Baru kali ini ada orang yang baru bangun setelah tidur selama satu minggu! "
" Ap, Apa ? jadi, itu benar aku ? "
Algo dibuat diam sejenak karena terkejut dengan pernyataan Aldan. ' Jadi begitu, mungkin ini dampak setelah hampir mati? Cih, hampir saja adikku celaka karena kebodohanku ' pikir Algo. Jika dia mati waktu itu, Adiknya malang akan hidup sendirian dan pastinya akan sangat perih hidupnya karena keadaannya. Bukan fisik adiknya yang bermasalah, melainkan jiwanya yang pernah tidak sengaja membuka gerbangnya sendiri. Semua manusia bisa membuka gerbang jiwanya, Namun tidak semua orang bisa memahaminya.
" oke baiklah, Kalau begitu aku tidak bisa bersantai! Aku akan keluar cari uang setelah ngopi! " kata Algo
" Aku juga akan keluar! " ujar Aldan
" Mau apa? "
" Tentu saja biasa, anak muda! "
" haha, baiklah hati-hati! "
Setelah berbincang dengan adiknya, Algo masuk ke kamarnya, duduk bersilah mengamati apakah ada kerusakan pada Barrier yang dia susun di kawasan rumahnya.
" Untunglah tidak ada kerusakan pada Barrierku! Namun, akan kuperkuat nanti, sekarang cari nafkah lebih baik! "
Beberapa saat kemudian, Algo sampai ke tempat di mana dia menunggu datang padanya. Hingga ketika ia baru sampai di tempat itu, seseorang pelanggan menyapanya. " Hai Algo, Kucari kau beberapa hari lalu, namun tak pernah ketemu! Di mana saja kau? "
" haha, biasa orang kaya sepertiku hanya tidur dirumah! " jawab Algo dengan sedikit bercanda
" haha, Dasar! Kau mau uang tidak? Aku ada kerjaan untukmu! " kata pelanggan
" Jelaskan detailnya dulu! "
" hanya cukup mengantar barang ke suatu tempat! Mudah kan?"
" Bukan narkoba di dalamnya kan?! "
" Kau gila, tentu saja tidak! Brengsek! "
" Oke! "
Pov: Aldan
Di tepi sungai jernih di bawah pepohonan aku selalu menenangkan diriku, udaranya yang sejuk sungguh menyegarkan. Namun selalu saja ada yang mengganguku.
" hai Pemalas! Apa kau tidak ingin uang? Pergi sana cari uang untuk hidupmu sendiri! " kata salah satu tetanggaku yang selalu benci melihatku. Mungkin karena aku dipandang sebagai pemalas, wajar sih karena aku pengangguran, namun itu juga bukan hak orang lain untuk memakiku.
" Apa urusanmu? Kau bukan orang tua ku! " jawab Aldan
" Woi! Berani juga kau ya! " kata Dodi tetanggaku
Dodi merasa terprovokasi oleh perkataanku, Namun dia tidak berani melakukan hal seperti kekerasan kepadaku, mungkin karena Kakakkku. Tetapi itu tidak menghentikan lidahnya yang pedas selalu menghakimiku layaknya seorang budak. Aku terbiasa dengan hal seperti itu dan hanya berbaring saja ditempatku duduk sambil mengabaikannya. Namun hal yang tak terpikirkan terjadi.
" Buakk!! " suara pukulan
Aku yang mendengarnya pun segera membuka mata dan menyaksikan kejadian yang tiba-tiba ini. Kebetulan sekali ada orang yang menghajar orang ini.
" Buak!!Buk..Plakk! " dua pukulan satu tamparan
" Mulutmu bagus sekali ya! " kata Reihan yang tiba-tiba datang entah kenapa.
Aku berpikir apakah dia ada masalah dengan Dodi, Tetapi ternyata tidak. Karena dia mengatakan hal yang menjadi kepastian.
" Kebetulan sekali aku sedang dalam suasana yang buruk, Bangun! " Kata Reihan santai dengan nada biasa.
Dia sungguh Bar-Bar. Aku mengenalnya ketika dia masih bocah, dia adalah adik dari temanku sewaktu aku masih bermain music bersama kawan-kawan satu band.
Dodi yang terkapar karena dihajar, memandang wajah Reihan dengan wajah merah. "Bo. Bocah, berani sekali kau! " kata Dodi
Namun
" Buak! "
Namun Reihan Dengan pukulan Uppercut tepat pada dagu Dodi sebagai gantinya untuk menjawab. Aku yang mengamatinya malah terbawa cemas dan takut kelewatan hingga aku memutuskan untuk ikut campur.
" Sudah, Ayo pergi dari sini sekarang! Sebelum menjadi kacau! " kata ku kepada Reihan
Untungnya dia mau mengikuti saranku dan berlari ke tempat lain untuk melarikan diri sebelum ada orang lain yang melihat Dodi terkapar.
" hah..hah.." suara nafasku dengan fostur tubuh membungkuk lelah karena berlarian. Tapi Reihan malah tetap santai, mungkin dia sering berlatih fisik.
" Kau tidak pernah berolah raga ya? " Tanya Reihan
" Benar! Kau Reihan kan? " jawabku.
" Oh, Kau mengenalku Mas? "
" iya, Aku teman sesama pemusik waktu remaja dulu! "
" Eh, Memangnya berapa umurmu sekarang? "
" 27, Kau sendiri berapa Rei? " Tanya Aldan penasaran
" Aku 20 tahun! "
Di situ kita saling mengenal, Dia adalah teman terbaikku mulai sekarang. Entah mengapa aku sedikit memiliki perasaan kesamaan dengannya.
" Nih! Mas! " kata Reihan sambil mengulurkan sebatang rokok.
" Wah, Cocok, kau merokok juga ternyata! " kata Aldan
" Huh, Kita lahir di wilayah pertanian tembakau, bagaimana bisa kita menyianyiakan tembakau! Haha! " Canda Reihan sebelum lanjut berkata " yah, meskipun tidak semuanya merokok! "
Kami pun berbincang-bincang di sana pada akhirnya.
Hingga menjelang sore, kami pulang ke rumah masing-masing.