Sepulang sekolah
" Aduh lemes
banget nih badan, " ucapnya pada diri sendiri lalu membaringkan tubuhnya di ranjangnya yang empuk.
" Kok abang belum pulang juga ya duh makin lama nih nanti urusannya, " lanjutnya dengan nada menggerutu, pr dikumpulkan hari Senin, sementara pr nya sendiri banyak sekali, MTK dan fisika, sementara malam Minggu dan hari Minggu dia rutin berjalan jalan dengan dua temannya, rasa pusing semakin bertambah, kesal.
" Assalamualaikum, " mendengar itu, Anggi langsung membulatkan matanya dengan sempurna, tanpa menjawab salam dari abangnya dia buru buru mengambil buku pr nya, lalu memberikannya ke abangnya dengan senyum manis untuk merayu.
" Kerjain pr gue bang, " dengan senyum manis, cuma untuk merayu, abangnya tau itu, tapi selalu tak tega jika ditolak. Adiknya membuat perasaannya campur aduk, tapi dia percaya, mungkin hanya rasa cinta sebatas kakak beradik.
" Jawab salam gue aja kagak, males gile gue, " ucapnya berpura pura mengantuk, sebenarnya memang dia capek sih.
" Ah Abang ih, waalaikum salam, "
" Telat, "
" Yah Abang, plis lah bang, pr gue banyak banget dan susah susah!! " Pinta Anggi dengan wajah sedih dan menghentakkan kakinya berkali kali.
" No, kalau gini gue kaya ngebodohin lo, kerjain sendiri gih, " ucap abangnya menaruh tas nya di ranjangnya, iya, dia memang seranjang degan adiknya karena mereka tinggal di perumahan yang tanahnya kecil, namun dengan harga fantastis.
" Ih abang, masalah nya pr nya dikumpulin hati senin, " kening Ron berkerut, bukankah ini hati Sabtu dan masih banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah nya itu?
" Lha kan lo ngumpulin nya hari Senin, masih banyak waktu Nggi, " ucap Abang Ron seraya menyentil kening adiknya.
" Hehe, Abang tau sendiri kan gue tuh orang pemalas, dan kalo gue kerjain ntar malem ato besok gue jadi kehilangan momen sama temen gue, dan — "
" Dan lo itu harusnya ngerjain pr lo sekarang. Titik gak pake koma, " ucap Abang Ron memotong ucapan Anggi, membuatnya merasa kesal, tuh kan, abangnya itu susah banget kalo dilawan, padahal ujung ujungnya juga mau.
" Bang, lo kok gitu sih, sama gue? Gue kan masih mau menikmati hidup, kalau gue udah nggak nikmat juga gue lebih pilih mati dan biarin arwah gue ter— "
" Oke oke, jangan omong lagi, gue bakal kerjain pr lo, " ucap Ron mengibaskan tangannya, yakin kalau Anggi pakai trik itu akan membuatnya tak berdaya.
" Yey, makasih bang!! " Anggi mengecup pipi abangnya lalu pergi ke kamar mandi, entah apa yang akan dilakukan adiknya itu.
" Ron!! Lo dimana? " Teriak seseorang dari luar kamar, lebih tepatnya rumah, Ron yang mendengar itu kemudian membuka jendela kamarnya, dia kemudian tersenyum melihat temannya datang.
" Rev, udah siap lo pesta buat
ntar malem? " Tanya Ron, membuat pria bernama Revan itu tersenyum, dia mengangguk.
" Sekarang lebih baik kita ke lapangan voli aja, daripada gabut kek
gini, " ucap Revan mengajak kakak kelasnya, membuat Ron terpikir sejenak.
" Bentar, gue mau kerjain
pr adik dulu, " cie yang punya Abang pengertian seperti Ron, Revan jadi tertawa ngakak, ' Mereka udah kaya pacar seranjang aja, ' batinnya.
" Gue kok jadi iri ya, " ucapnya lirih, kemudian kembali masuk ke mobilnya, mengendarainya dengan kecepatan sedang, dia tahu pasti lama lagi waktunya untuk menyelesaikan pr adiknya Ron itu.
" Sayang banget gue sama Anggi dah nggak Deket lagi, "
Tersenyum tipis, penuh arti, sedih, merasa iba dibuatnya, dia mengingat, mengingat kembali dulu sebelum SMA.
Flashback 2##
" Revan!! Kamu mainnya jangan
jauh jauh!! " Nasihat Anggi dengan setengah berteriak, benar saja, Revan bisa terluka karena jatuh tersandung akar pohon yang sudah tua.
" Aku mainnya gak jauh jauh kok, Nggi. Kamu jangan cemas ya!! " Teriak Revan, berbalik badan sejenak mengucapkan itu dengan nada keras, lalu kembali berlari.
Mereka berdua saat ini sedang berada di lapangan yang luas dengan sawah, masih asri, dan ada beberapa pohon yang indah dan usianya yang sudah ratusan tahun.
" Tuh kan kamu jatuh!! " Teriak Anggi yang cemas kemudian berlari sekencang mungkin menuju Revan, sampai, dia pun langsung melihat bagian luka Revan yang habis tersandung, dia lalu segera mengangkat Revan, meski ia tahu Revan seratus persen jauh lebih berat darinya, gadis bertubuh mungil dengan kulit putihnya yang aura kecantikannya sudah terpancar selama dirinya hidup.
Smp##
" Haha, Nggi. Lo mau gue peluk, ya? " Tanya Revan dalam aplikasi WA.
" Idih, ogah ah, Van. Bukan muhrim, tau gak? " Tanya Anggi, dia sebenarnya kesal, namun dia tidak mau melampiaskan kekesalannya dengan sebuah emoji yang menandakan dia marah.
" Wkwkwk, sayang kok tumben jaat ma gue? " ~ Revan.
" Van, plis lah, jijik tau baca pesan lo itu, gue sampe senyum senyum sendiri, " dengan emoji menutup mulut, dia lalu melakukan screenshot dan membuat update status di WhatsApp dengan sedikit caption romantis didalamnya.
Tiba tiba Anggi yang sedang fokus memandangi status nya sendiri mendapat pesan dari seseorang, dia pun langsung membukanya.
" Lo itu kenapa gak jadian aja sih sama dia?(emoji malu) dia udah nggak diragukan lagi, (emoji ngakak) " kata seseorang didalam pesan itu, Anggi pun tersenyum, dia lalu membalas temannya yang bernama Vania itu.
" Lo mau gak gue jodohin
sama Aliando? " Tanya Anggi kemudian tersenyum gila sendiri, membuat Vania naik pitam.
" Liat aja lo nanti!! " ucapnya dalam pesan, entah dia pura pura marah atau benar benar marah, yang pasti dia akan malu.
" Sayang kok kamu jahat banget sih post begituan? " Dalam WhatsApp, Anggi yang membaca itu dalam hati, ' Jijik gue, napa musti pake aku kamu sih? ' batinnya.
" Plis lah, lo tau gak sih gue sebenernya jijik banget kalau lo panggil gue sayang, apalagi kamu aku, (Emotik muntah) "
Dan disitulah semua awal mula Revan merasa sakit hati hingga pada akhirnya tak pernah melontarkan kata-kata macam apapun itu, dia hanya diam seribu bahasa, hingga membuat Anggi akhirnya sedih, marah, kesal, dan mereka akhirnya sama sama bimbang dengan perasaan mereka sendiri.
Hingga di SMA bertemulah mereka dengan orang orang nakal, sebenarnya rencana awal Revan untuk mencoba mengembalikan masa lampau yang ia rindukan dan bahkan chat mereka itu belum dihapus oleh nya.
Semua kesalah pahaman dimulai dari sini, dari mereka SMA, sampai saat ini, masih belum ada yang bisa mereka pulihkan, semuanya hancur lebur karena munculnya seseorang bernama Dirano itu, panggilannya Dira.
Flashback 2#END
Entah kenapa, mengingat kenangan itu membuatnya malu, begitu polosnya dia dulu, sampai sampai membuatnya muak.
" Cih, semua juga bermula dari dia, lantas mengapa harus gue
yang menyesalinya? " Masih mencoba berpihak pada dirinya sendiri, lagipula sudah ada Sasha yang menemani hari harinya. Ya meskipun ada Sasha namun masih terpendam dan terkubur dalam dalam separuh hati Revan yang kini mungkin tak kan kembali.
*****
" Yah, Abang, masa gini doang sih? Kan gak lucu bang!! " Protes Anggi karena merasa dibodohi dengan jawaban abangnya tersebut.
" Nah, makanya, kerjain sendiri, gak usah nyuruh nyuruh Abang lo ya? " ucap Ron kemudian menyentil kening adiknya tersebut, membuat Anggi berkata 'Kurang ajar' gumamnya dalam hati.
Ron pergi meninggalkan Anggi, dia menutup pintu kamarnya membuat Anggi langsung menghampiri abangnya, " Ah iya bang iya, kerjain plis bang, " terlambat, Anggi harus mengeluarkan jutaan jurus lagi sepertinya.
Ron berhenti, dia kemudian membalikan badannya kearah Anggi, dan dia bilang perlahan pada adiknya itu
" Shut, lo udah berisik sama gue, maka dari itu gue gak mau
kerjain pr lo lagi, " sambil membungkam mulut adiknya dengan jarinya.
" Abang plis lah gak usah ngelawak, nilai gue nol juga gak akan ada
yang ketawa bang, " ucap Anggi beberapa kali menghentakkan kakinya kelantai.
" Yang lagi ngelawak siapa? " Tanya Abang Ron membuat Anggi diam seribu bahasa, 'Duh, ini mesti mendorong Abang buat nggak ngerjain pr gue', gumamnya tak habis pikir.
Dan begitulah perjuangan Anggi untuk bersenang senang di malam Minggu dan hari minggunya.
*****
Malam harinya tiba juga akhirnya, setelah semua penantian manusia melewati panjangnya hari Sabtu, kini terdapat lah titik terang yakni hari Minggu.
Anggi bersiap siap dengan dress nya yang berwarna hitam, warna itu sangat cocok dengan dirinya yang berambut ikal dan berkulit putih, tapi setelah ia pikir lagi kenapa juga harus berpenampilan sempurna begini kalau yang akan ia temui adalah Dira?
Nggi menghela nafas, biarkan sajalah, ia memang cuma mau bersenang senang, bahkan kalau bisa dia ingin sekali menghindar dari Dira.
" Eh, ada Abang rupanya, " ucap Anggi begitu sadar abangnya yang sedari tadi melihatnya yang sedang mengenakan dress hitam.
" Mau kemana bang, kok rapih gitu? Anterin gue dong —"
" Gue mau pdkt sama Diana, jadi lo berangkat sendiri aja sono. " Anggi cemberut mendengar jawaban itu, dia juga sudah bilang Dira dia tidak akan dijemput, lalu bagaimana juga dengan teman temannya?
" Ih Abang jahat, padahal gue udah janjian sama temen mau pake mobil Abang, " Ron masih terdiam, malas sekali dia menjawab Anggi, keputusan nya sudah bulat untuk jalan jalan bersama Diana di malam Minggu yang romantis ini.
" Yah, mana Vania udah chat gue lagi, gimana ya bales nya? " Tanya Anggi bingung bingung membuka pesan dari Vania atau tidak, ia pun membulatkan tekad nya untuk membaca pesan dari temannya itu.
" Cepet woy, gue di depan rumah lo, " mata Anggi membulat, dia lalu langsung keluar dari kamarnya dan benar ternyata dia melihat mobil sedan keluaran terbaru, dia melihat siapa yang menyetir, Vania?!!! Anggi kaget bukan main, sekaligus tak percaya.
" Eh, Van. Lo kok bisa bisanya gak bilang kalo lo udah beli mobil baru? " Tanya Anggi dengan mulut ternganga masuk ke dalam mobil itu, Vania tertawa mendengarnya.
" Lo aja yang gak pernah liat status WhatsApp gue, " timpalnya kemudian hanya diiyakan Anggi.
" Hooh, tuh , liatnya Status WhatsApp nya Revan terooos, " timpal Sisca bergiliran.
" Eh, btw kenapa sih lo kok kayanya gak mood banget liat Revan? Lo berdua lagi ngambek ngambekan ya? " Tanya Vania begitu mengingat Anggi yang menjadi muram begitu melihat Revan, padahal kan mereka sudah pacaran sejak kecil, cuma saling gak ngaku.
" Hooh, Nggi. Lo kan udah pacaran sama Revan dari kecil, " timpal Sisca bergiliran, sepertinya malam ini Vania lebih cerewet daripada Sisca jika membahas urusan cinta seseorang.
" Ya lo tau sendiri kan, Anggi udah jadian sama Dira, sementara Revan juga udah jadian sama Sasha,
mungkin itu akibatnya, " telinga Anggi panas begitu kedua temannya membahas itu, apa untungnya sih membahas yang begituan?
" Iya bener, Van. Gue juga sepemikiran, kirain cuma gue lho yang
mikirin gitu, " ucap Sisca.
" Eh, plis lah, kuping gue panas, gue laporin nih ke Aliando, " mulut Vania terbungkam dengan sendirinya begitu mendengar kata Aliando, pacar kesayangan nya yang gantengnya kaya babang bule di tv, 11 12 sama Ariel Noah dan Justin Bieber.
" Dah lha, ni kapan sih jalannya mobil? Mogok ya mbak? " mendengar kata itu Vania jadi sadar, dia lalu kembali menyalakan mesin mobilnya, enak aja mobil baru dah dibilang mogok.
Setelah tiga puluh menit perjalanan, sampailah mereka di bar ini, lihatlah betapa banyaknya para remaja berkumpul di tempat ini, apalagi saat malam Minggu, Vania memarkirkan mobilnya di lahan luas yang sudah dijadikan tempat parkir oleh tukang parkir, yang memang paling dibenci emak emak.
" Haduh, sampe sini aja dah jam delapan lewat, ayo para guys kita pesta sekarang juga, " ajak Vania untuk memasuki bar, diiyakan dengan anggukan kepala dari kedua temannya.
" Yaudah atuh, masuk aja, "
Mereka masuk, melihat sekitar sesaat, lihatlah betapa banyaknya kalangan anak muda yang berkumpul.
Tiba tiba, tanpa dirasa ada yang menarik tangan Anggi, Anggi pun menoleh, sudah dia duga, siapa lagi kalau bukan Dira?
" Hai, datang akhirnya, " Sapa Dira dengan sopan, sudah meluluhkan semua gadis yang ada disana, namun tidak dengan Anggi, Vania, dan Sisca.
" Paan sih lo, Dir. Gitu doang, lebay amat," ucap Anggi dengan mentah mentah langsung melepaskan tangan Dira, semanis apapun Dira, dia belum bisa mengalahkan seseorang yang sudah ia kenal sejak kecil.
" Hehe, nanti pulang bareng gue, " Anggi tentu menggeleng mendengar pernyataan itu, what? Apa dia tidak salah dengar? Hubungannya saja tidak tau akan seperti apa nantinya, lama lama gerah juga Anggi berhubungan dengan manusia sok tamvan itu.
" Gak, sorry ya, gue kan bisa pulang bareng temen-temen gue, " tolaknya, membuat Dira tertawa dengan nada gila ala ala nya.
" Ih, Napa sih lo? ", gue jijik tau, gumamnya setelah mengatakan itu, yah, malam Minggu nya akan batal ini, padahal dia sudah niat happy happy dengan temannya, eh, pengganggunya mungkin akan lebih dari satu malam ini.
" Gue gak apa, kok. Gue kan cuma mau nawarin, lo. Tapi
moga lo gak nyesel ya? " Mengerutkan keningnya, kenapa dengan laki laki itu? Gue cuma mau berlibur, anjirrrrr lo malah buat gue makin jengkel daripada happy nya, gumamnya memaki maki laki laki didepannya itu.
" Betewe, hari ini kamu cantik baby, " memuji Anggi, namun membuat Anggi kembali mengerutkan keningnya, panggilan memalukan nan jijik yang diberikan padanya sejak kapan itu?
" Jangan GeEr dulu, beb. " Dalam hati Anggi berpikir mengatakannya, 'Duh, kok berani beraninya sih ngomong kek gitu, pen muntah deh jadinya,' gumamnya, " Ini memang buat Heppy Heppy, bukan buat lo!!!!!!! " Sindirnya melanjutkan ucapannya barusan, menelan ludahnya, kenapa sih harus mengatakan itu? Kenapa sih mulut dan sifatnya tidak bisa berpikir dua kali sebelum bertindak?
Dira meninggalkan Anggi, tidak ada lagi momen romantis darinya dan Anggi kalau bukan karena kesunyiannya. Mungkin benar dia harus membawa Anggi ke tempat yang sepi untuk berduaan.
" Huh, pergi juga akhirnya tuh Dajjal, " mendengus kesal, dia lalu berbalik dan melihat kedua temannya yang terdiam.
" Eh, Lo pada kenapa sih? " Tanya Anggi bingung, apa ada yang salah dengan penampilan nya?
" Nggi, dia itu idola di SMA, lo seharusnya beruntung punya pacar kek dia, " ucap Sisca, membuat telinga Anggi kembali panas, " Sebenarnya dia aja kok yang kejar kejar gue, gue mah jones forever, " ucapnya bebas.
" Lo masih pertahankan Revan ya? Dia itu gak se populer Dira, " hah, Revan? Tanya Anggi dalam hatinya, ucapan Vania itu jauh membuatnya terbakar, apa juga sih maksud temannya itu? Kenapa secara tiba tiba sekali membahas Revan?
" Udah ah, gue mau cari udara seger, " ucapnya pergi meninggalkan kedua temannya yang mungkin masih berbisik bisik yang tidak tidak tentang dirinya.
*******
Anggi terlihat sedang duduk di depan, masih banyak orang disini, membuatnya tak perlu khawatir akan terjadi apa apa.
Dia haus sekali, dia sampai sampai menelan ludahnya untuk meredakan rasa dahaga nya, harus kemana dia mencari minum? Dia sangat lelah, bahkan matanya kunang kunang, sangat lelah menurutnya, tapi harus bagaimana lagi ya? Dia juga harus menyebrang soalnya, jadi capeknya dua kali lipat.
" Aduh, haus sekaki gue, mata gue dah gak kuat, capek!! " ucap Anggi tanpa sadar ia bersandar di mobil seseorang, seseorang itupun keluar dengan marah, dan langsung membawa Anggi pergi naik mobilnya, Anggi berteriak sekencang mungkin untuk meminta tolong, tapi siapa yang hadir untuk menolongnya? Dira!! Pikirnya, ah, tapi dia sudah berbuat jahat ke Dira, mana mau dia menolongnya?
" Lo siapa sih anjing? Lepasin gue!! " Teriak Anggi sekeras mungkin melepaskan dirinya dari pria yang entah siapa dia.
" Gue Revan, Nggi. "
Singkat, padat, jelas, dingin.
Anggi yang mendengar itu langsung membulatkan matanya dengan sempurna, mulutnya menganga lebar, Revan?
Revan menjalankan mobilnya hingga sampailah di bangunan gedung yang menjulang tinggi, dan terdapat tulisan di atasnya, "HOTEL".
" Hah? " Anggi bingung, apa maksud dan tujuan Revan membawanya ke sebuah hotel? " Maksud lo apa sih, Van? Lo mau ya gue terjebak dan dikira gue lagi iya iya sama lo? " Tanya Anggi dengan nada kesabarannya yang habis, dia naik pitam, tak bisa mendeskripsikan lagi bagaimana ekspresi Anggi yang sedang Teraduk saat ini.
" Gue cuma mau Nostalgia, " jawabnya.
Kening Anggi berkerut, dia lalu mengikuti Revan, mulai penasaran apa yang dimaksud Revan dengan kata Nostalgia itu?
Anggi tidur di ranjang yang sama dengan Revan, tak pernah ia sangka, air matanya mengalir mengingat semua kenangan lama itu, kebahagiaan yang kini hanya putih abu abu dan memudar seutuhnya.
*****
Flashback#END
Di tengah perjalanan, hujan turun, membuat Anggi tak ragu mengeluarkan air matanya, kenangan indah itu masih terasa manis di benaknya, namun semua telah berubah dengan begitu cepatnya, kenapa? Kenapa!!?
" Van, "
****
to be continued