Chereads / Revan And Anggi / Chapter 9 - part 8

Chapter 9 - part 8

Anggi masih ragu ragu untuk masuk, ada sahabatnya atau tidak ya? Dia tidak tahu harus berkata apa pada sahabatnya begitu mereka tahu Anggi tak ada dirumah itu saat mereka menjemputnya.

Dira menoleh, dia melihat wajah Anggi yang begitu pucat, beda sekali dengan ekspresi nya sebelumnya. Dira kemudian mengerutkan keningnya, tak biasanya Anggi begitu... Pikirnya dalam hati, ah udahlah, baginya ada Anggi pun cukup.

"Nggi, lo kenapa lagi sih? Kok lo kek pucet gitu?" Tanya Dira, membuang cemasnya pun akan sia sia, dia sangat perhatian, hanya pada orang yang dicintainya.

Anggi yang sadar bahwa Dira saat ini sedang mengajaknya bicara, dia lalu menoleh, apa dia harus menjawab bahwa dia tidak apa apa?

"Gue nggak papa kok, Dir," ucap Anggi menggeleng dengan senyum terbuka yang memperlihatkan deretan gigi nya yang rapi. Melihat itu membuat Dira setengah percaya, tapi sudah.

"Yaudah, masuk," ajak Dira, namun masih ragu ragu, dia belum ingin masuk, alasannya pun beragam, membuatnya pucat secara tiba tiba.

"Ngapa sih Nggi, gue cemas sama lo," Dira mengelus lembut lesung pipi dari pacarnya itu, manis, tapi bukan gula.

"Dir, gue mau tunggu diluar aja," singkat dan tanpa alasan, membuat kening Dira berkerut lagi, oke fiks kali ini dia nggak paham sama kelakuan pacarnya. Eh, pacar?

"Elah, Anggi kok jadi aneh akhir akhir ini, kenapa ya dia?" pikir Dira dalam hatinya, ah bodoh amat, yang penting Anggi masih miliknya. Ya iya dia belum tahu Anggi udah memiliki suami.

"Dir, masalahnya gue nggak mau masuk," pertanyaan yang saat ini sedang dipertanyakan adalah kenapa dengan Anggi? Sudah membuat kepala Dira menggelembung saja.

Dira kesal, dia ingin masuk tapi dia tak boleh meninggalkan Anggi disini sendirian, lantas sekarang dia harus bagaimana? Membujuk cewek kan sama saja seperti membujuk batu!

Anggi mencoba membuat alasan, jujur saja dia sebenarnya enggan bareng Dira, toh nanti suaminya akan cemburu, dia kan sebagai istri yang baik gak boleh mengkhianati, tapi... Ah, tiba tiba Anggi menemukan lampu di otaknya.

"Dir, gue mau ke toilet, lo aja duluan," ucap Anggi, semoga kali ini Dira meninggalkannya, karena jika tidak sama saja dia tidak akan lepas dari tangan si iblis bucin itu.

Dia awalnya menoleh sebentar kearah belakang nya, dan tak terlihat tanda tanda dari Dira, dia lalu bersorak senang dan pergi ke kamar mandi berpura-pura.

Anggi membuang tas gendong nya, dia menghela nafas, bagaimana cara agar lepas karena dia tahu lepas dari dia hanya beberapa menit saja, sisanya ketemu lagi.

Anggi berfikir keras, namun tak menemukan jawaban, Anggi menarik nafasnya, dia mencoba rileks saja, mungkin takdir akan berkat lain.

Merasa tenang, Anggi pun segera mengambil tas gendong nya dan segera pergi dari kamar mandi, dia berlari kencang, belum ada tanda tanda Dira.

Deg, apa yang dia lihat saat ini? Anggi merasa situasi kini menjadi horor, dia mendengar sesuatu tak asing.

" Ih, lebih serem dari film horor, " ucapnya dengan buku kuduk yang berdiri, dia memeluk dirinya sendiri, dia takut jika terjadi apa apa.

Tak mau semakin merinding, dia lebih memilih untuk menemui Dira, sesaat dia berjalan pelan, dan disitulah dia benar benar terkejut, sampai sampai mengeluarkan nyawanya, tapi bukan nyawa itu yang dimaksud, dia melihat Revan yang sedang bersama Sasha, ini lebih dari sebuah kematian, ini akan membuat perasaan nya akan tercampur rata dengan kesedihan dan kebahagiaan.

Dia senang bahwa Revan lebih memilih Sasha, toh dia bukan siapa siapa, tapi dia cukup sedih mengingat, dosa di mukanya.

*****

Revan masih melihat sekilas bayang bayang dari kaca mobil nya, dia masih belum menemukan tanda tanda Anggi, dia jadi risih sendiri, saat ini dia di mobil sedang bersama Sasha, namun entah mengapa rasanya tak lagi sama paska penculikan ke hotel itu. Sasha yang memperhatikan Revan merasa memiliki sebuah peluang untuk menggoda sosok di depannya itu.

" Van, lo kenapa sih? " dengan nada lebay, itu yang paling utama dalam menyeret hati Revan, namun apa kali ini masih mempan? Sasha sendiri kini terlihat bingung, apa suaranya agak serak dan tidak cukup seksi bibirnya kali ini sampai sampai Revan tak tertarik dengannya?

Kurang lebay? Mari kita ulangi...

Tumben sekali hal ini tidak mempan pada Revan, ah, Sasha tau pasti suaranya sedang serak, dia harus mencari cara lain untuk tidak membuat lelaki nya itu murung, ah, masa bisa sih? Yang bisa hanya Anggi dong.

" Sha, keluar dari mobil, gue mau ambil duit bentar," Sasha hanya mengangguk, dia sudah kegirangan begitu di luar mobil, inikah yang dirasakannya saat ini, mempan kan!!

Beberapa menit menunggu, tepatnya dua menit, Revan akhirnya keluar dari mobilnya dengan penampilannya yang fresh meskipun sudah larut malam, membuat Sasha ingin lebih lebay, lebih dramatis, lebih dari segala yang ada di dunia ini.

"Masuk, Sha." ajak Revan, dingin, tak tahu diri, melepas kacamatanya, ah, auranya bukannya dingin tapi malah horor.

Sasha mengangguk dengan polesan senyum seksi ala seorang murid populer, dia mengikuti langkah Revan, entah mengapa berada di dekat laki laki itu selalu membuatnya bertingkah sinting bahkan gila, seolah tak ada orang lain. Berada di dekat Revan membuatnya lupa diri, tak beda jauh dengan Sisca yang selalu sinting dua puluh empat jam.

"Van, lo tau gak?" Revan tentu tak menjawab, bukan maksud apa apa, tapi dia memang sedang malas bicara. Dia hanya sekedar berdehem, sampai akhirnya mereka sampai di tempat pesta.

Mereka melihat betapa banyak DJ yang berkumpul dari sana kemari, membuat sebagian orang bisa saja tuli mendengarnya saking kencangnya.

Sasha dan Revan sudah merasa biasa saja, ini mah nggak seberapa sama tempat tempat yang mereka kunjungi sebelumnya, yang sebelumnya sampe sampe bikin telinga kesumbat.

"Hei, Serena, hbd ya?" ucap Sasha memberi ucapan selamat pada teman sekaya nya itu, memeluk temannya, mereka memang dekat, apalagi harta dan kekayaan yang membuat keluarga mereka sama sama akur.

"Thanks Sha," ucap Serena kemudian membalas pelukan temannya itu, ya, yang lain cuma bisa nyimak.

"Eh, Van? Lo disini juga ternyata?" tersenyum, memperlihatkan deretan gigi nya yang rapih. Revan mengangguk, lha yang dia lihat apa???? Gumamnya dalam hati sebenarnya merasa kesal, asal pemiliknya senang sajalah, dia ngalah sebagai laki laki.

Seketika keadaan menjadi sangat canggung dan membosankan, bingung mau ngomong apa, bahkan yang ulang tahun pun sudah pergi. Revan mengacak-acak rambutnya, dia sudah tidak tahan dengan penampilan rapih, malah membuatnya tidak tampan dan semrawut lagi.

"Van, lo itu jaga sikap kek, jan malu maluin gue!!" peringatan dari Sasha itu tak dihiraukan, ini kan hidupnya!! Revan menatap Sasha sejenak, terlihat sekali wajah gadis itu yang benar benar serius. Dasar, sensitif sekali memang dia, namun bisa dibilang dia terlalu berharap pada Revan....

"Van, gue mau ke kamar mandi dulu," ucapnya lalu melambaikan tangan keluar dari ruangan ini, Revan yang agak sedikit curiga kemudian mengikutinya, entah apa maksudnya dia tak mau banyak pikir.

Di toilet, Sasha membenarkan rambutnya yang acak acakan itu, entah kenapa secara tiba tiba sekali dia merasa badmood. Ya mau bagaimana lagi, penyakit Badmood selalu datang tiba tiba.

Ceklek, tiba tiba Sasha reflek mendengar bunyi pintu terbuka itu, bukan reflek takut ada hantu, setelah dia menoleh ternyata ada Revan masuk ke dalam sini, Sasha langsung berteriak kencang, dia ingin berlari tapi kemana? Dia udah gak ada tempat lagi buat lari.

Revan dengan cepat membelai rambut Sasha dengan lembut, dengan senyumnya yang menunjukan betapa seksinya bibirnya, pandangan itu, membuat matanya sakit.

"Arggg!!" Sasha menunduk, membuat Revan bingung, apa ada yang salah dengannya.

"Lo kenapa Sha?" Tanya Revan, dengan membungkuk untuk melihat wajah Sasha, namun sial, Sasha malah menutup wajahnya, mungkin pipinya memerah.

"Sakit, Van. Sakit!!" Ucap Sasha menggeleng tidak jelas, entahlah, Revan masih sedikit bingung dengan itu semua.

Deg... Jantungnya berdetak kencang begitu Revan memegangi dagunya, dengan nada seksinya dia berkata,

"Dimana?" tatapannya, silau melebihi matahari di teriknya siang hari.

"Dimataku, silau melihat wajahmu..."

Tiba tiba.... Ceklek... Mereka sama sama menoleh, Anggi????

To Be continued....

hai, kaget ya aku balik? hehe, ntar langsung dihapus setelah terbit ya:)