Chereads / Revan And Anggi / Chapter 2 - PART 1

Chapter 2 - PART 1

FLASHBACK

" Yeah, asekkkkk!!! Malming woy!! " Teriak seorang perempuan sembari mendobrak meja dengan keras sampai sampai seluruh orang di kantin dari kelas berbeda mendengarnya dan menatapnya sinis.

Dia gadis ceria, cantik dan tidak punya malu, justru membuat dirinya tidak disukai lelaki karena dianggap gila.

" Udahlah, Sis. Lo itu malu

maluin tau gak? " Tanya Vania kemudian langsung menarik lengan Sisca, dia memang dianggap sengklek.

Sisca nyengir kuda, dia lalu mengusap usap kepalanya sendiri, membuat kedua temannya saling pandang, lalu memberi pandangan seolah mengatakan "SINTING".

Tiga sekawan, mereka sangat kompak melakukan apapun, terutama di sekolah dengan hal hal yang membuat tertawa mereka pecah hingga keseruan lainnya antar cewek.

Mulai dari mengghibah, mengganggu anak laki laki, meminta uang pada kakak mereka, dan kegiatan lainnya yang hampir diluar akal sehat karena dilakukan setiap harinya.

" Iya, lo itu buat kita malu aja!! " Timpal Anggi, dia salah satu dari tiga sekawan itu, namun diantara teman temannya, dialah yang paling cerdas dan waras, meski itu tak membuatnya jauh berbeda dari kedua teman sengklek nya itu.

" Heh udahlah, minta uang abang aja ah yuk, " ajak Sisca berusaha mengusir rasa hambar dan keheningan yang selalu datang sedetik setelah kita diam.

" Males ah, Sis. " Vania menggeleng dengan melipat kedua tangannya, begitu juga Anggi, hingga membuat Sisca mengerucutkan bibirnya, dia kan hanya berusaha untuk membuat temannya ceria, namun mungkin ini bukan saat yang tepat.

" Eh, BTW gimana kalo nanti malem kita ke bar? " Ajak Anggi, hanya ajakan.

" Yuk, dah lama kita gak kesana, " setuju Sisca dengan antusias, namun tidak dengan Vania, pergi ke bar sama dengan mengancam hidupnya.

" Napa lo, Van. " Sisca bertanya, Vania mengerutkan keningnya kemudian menggeleng, dia tidak mau menjawab pertanyaan Sisca sekaligus menolak ajakannya.

" Ah, udahlah, minta sangu abang aja ah, " ucap Anggi kemudian meninggalkan kedua sahabatnya itu, yang namanya sahabat pastinya akan ngikut, mereka langsung mendampingi Anggi hingga membuat Anggi sedikit kesal.

" Eh, biasanya Abang lo main basket yee? " ucap  Vania curiga, Sisca mulai nyambung.

" Bukan itu doang lho, Ron itu idola di sini, masa lo gak tau sih? " Sisca mulai dengan ghibahan nya.

" Iya, dia katanya semua cewek di kelasnya udah mencoba narik dia untuk jadi pacarnya, tapi semuanya ditolak sampe sampe demam dadakan, " ghibah Vania membelakangi Anggi, begitupun Sisca, mereka mulai asik dengan obrolan mereka.

" Kenapa juga harus ditolak? Kan ada Sasha , "

" Ih lo gak tau, Sasha kan pacaran sama Revan, " mendengar kata Revan membuat Anggi berhenti melangkahkan kakinya, ah, kenapa harus disaat seperti ini dia mendengar nama pria yang mengkhianati nya semenjak kecil?

" Eh, Nggi. Ngapa lo berenti? " Tanya Vania dan Sisca bersamaan, Anggi tidak menjawab, dia justru menggeleng, tahu apa perasaannya pada Revan sejak kecil? Kalau dia mencurahkan hatinya malah akan dibully dan dijauhi.

" Lo itu gak usah ya lagi lagi bahas soal Revan, " ucap Anggi dengan nadanya yang sedikit meninggi, kening Sisca dan Vania berkerut, memangnya kenapa dengan Revan?

" Emang kenapa sih, Nggi? " Tanya Sisca lalu diiyakan Vania, jujur saja dia juga penasaran kenapa Anggi begitu marah ketika dirinya menyebut Revan.

" Nggak ada apa apa, udah ah, gue kok mau minta duit abang aja gak jadi jadi gini, " geram Anggi mencoba mengalihkan perhatian, daripada harus membahas Revan? Malah tidak akan ada ujungnya, kecuali dirinya rela dibully dan diketawain seumur hidup.

Mereka mulai sebaris lagi dengan Anggi, karena ghibahan dari mereka telah usai setelah Anggi mendadak berhenti tak jelas karena mereka mengghibah kakaknya.

Tiba tiba ada seseorang yang menarik tangan Anggi, Anggi pun setengah berteriak, sementara kedua sahabatnya terlihat diam saja, Anggi mengerutkan keningnya, siapa yang menariknya? Batinnya, penasaran, Anggi mendongak, betapa terkejutnya dia melihat Dira!!

" Dir, lo ngapa disini sih? " Tanya Anggi dengan nada membentak kemudian memukuli dada Dira membuatnya terlepas dari pelukan pacarnya itu.

" Idih, lo itu gak usah malu kalo ada kita, dia itu ganzz, pacar lo tuh ganzz banget!! Masa lo nggak bersyukur sih punya pacar kek Dirano? " Gerebek Vania mulai berdehem dengan nada membuat Anggi salah tingkah, pipinya memerah, kenapa juga sih temanku itu? Batinnya.

" Tau tuh, belo'on nya lebih dari kita Van, " Sisca menyampar, membuat Dira jadi tak enak, mungkin emang nggak seharusnya pacaran mesra disini.

" Eh, ntar malem lo ke bar, ya? Ntar gue jemput pake motor gu— "

" Iya gue kesana, lo gak usah kok boncengin gue pake motor lo, gue kesana pake mobil gue, " ucap Anggi dengan nada ketus, Dira menghela nafas lalu pergi meninggalkan Anggi, kecewa, itu yang dirasakannya saat ini, apalagi saat Anggi memotong ucapan nya.

" Nggi, lo lama lama ngeselin juga ya, dia kurang apa coba? " Geram Vania, disusul teman cerewetnya, Sisca.

" Ntar diputusin baru tau rasa kau!! " Timpalnya dengan jengkel.

" Ngapa sih? Udah ah, gue males berurusan, mau ke kelas abang aja, " pergi berlari kencang, menuju kelas abangnya, mungkin di jam segini masih di lapangan voli.

Di lapangan

" Abang!! " Teriak Anggi hingga membuat abangnya yang sedang bermain bola terhenti sejenak, menoleh, dia lalu menepiskan senyumannya, dan menghampiri adiknya, biar dia tebak, pasti adiknya ingin malak dirinya lagi?

" Biar gue tebak, pasti mau malak lagi

kan? " Tanyanya mulai dengan wajah sinis.

" Hehe iya bang, " jawabnya malu malu membuat abangnya menggeleng sendiri dengan kelakuan aneh adiknya.

Abangnya yang bernama Ron itu kemudian mengeluarkan dompetnya kemudian mengeluarkan sejumlah uang kertas hingga membuat Anggi kegirangan langsung menyomot uang itu.

" Thank abang sayang, " ucap Anggi dengan manis, berpura pura manis, karena abangnya sudah memberikan uang jajan double untuknya.

Namun, pemandangan itu semuanya buyar ketika melihat seseorang yang tak asing baginya, kenapa secara tiba tiba sekali ada Revan disini?

" Ron, lanjut main ajalah, udah selesai kan urusan lo sama adek lo? " Ron mengangguk mendengar ucapan Revan, dia lalu pergi meninggalkan Anggi tanpa pamit.

" Nggi, lo kenapa? Kok ekspresi lo kayaknya berubah liat Revan? " Tanya Vania curigaan, namun dia tak boleh dulu menaruh curiga, mungkin Anggi memang bersedih, tapi kenapa harus secepat ini sedihnya? Memangnya ada apa? Batin Sisca dan Vania bersamaan, bingung mencerna.

" Iya, Nggi. Perasaan dari tadi lo barusan ceria ceria aja, " Sambung Sisca. Rasa curiga mereka kini makin kambuh.

" Enggak, (menelan ludahnya) udah ah, ke kelas aja, yuk. "

Mereka (Sisca dan Vania) mengangguk, lalu mengikuti kemanapun bos grup mereka pergi, itulah sahabat, tak peduli seperti apapun, dalam keadaan apapun, badai yang menghantam, semua mereka lalui bersama bahkan dalam semua situasi.

Mereka bahkan memiliki grup mereka sendiri, "GRUP INTEL PERGIBAHAN CEWEK CHEKK"

" Yah, gue lupa lagi, "

" Lupa apa, Nggi? " Tanya Vania di dalam kelas.

" Gue lupa minta Abang gue

ngerjain pr gue, " ucapnya mengacak rambut nya, bisa bisanya dia lupa.

" Paling nanti di rumah juga ketemu, ngapain juga dijadiin masalah serius, "

" Tapikan meski ada jutaan tantangan , "

****