Dua bulan sejak Helena melakukan rekaman lagu utama berlalu. Kini semua persiapan comeback telah siap. Bahkan konsep untuk syuting Music Video sudah ditentukan. Solois tersebut hanya tinggal melakukan pembuatannya, pemotretan, serta hal-hal penting lainnya.
Sejujurnya, Helena melakukan comeback sekali tiap tahun. Namun, hal tersebut malah menjadikannya sebagai kelebihan dan Monster Solois *Rookie pada masa–nya.
*Rookie (Baru, atau pendatang baru)
Bahkan walau selalu hiatus setelah dua bulan melakukan promosi, para penggemar dan media terus tidak sabar dengan pencapaian Helena selanjutnya. Penggemar bukannya semakin berkurang, tapi selalu bertambah. Itu adalah hal ajaib yang membuat banyak agensi saingan geram.
Ya, seperti saat Helena hiatus saat ini. Penggemarnya kian bertambah, dan menantikan comeback Helena.
Tapi, jangan berpikiran bahwa Helena sedang bersantai. Ketika waktu hiatus pun, dirinya sangat sibuk.
Di pagi hari ini, Helena sudah mengedipkan kedua matanya beberapa kali untuk menghilangkan rasa kantuk. Kasur empuk dan selimut putih halus nan tebal menjadi penghalang untuk wanita tersebut bangun.
Rambut hitam Helena, kini telah berganti dengan warna blonde. Baru seminggu lalu dia mewarnainya.
"Hem?" Sepasang mata indah, dengan bulu lentik itu telah terbuka sempurna. Helena mencoba mengumpulkan nyawa, tubuhnya lelah hingga tak sanggup untuk bangun.
Dari nakas samping ranjang, suara nontifikasi saling menyahut. Tidak lama, deringan panjang juga terdengar, ditambah dengan ponsel yang bergetar.
"Siapa?" Masih di tempatnya, Helena mengernyit.
Semua akun sosial media sudah wanita itu bisukan. Lagipula, Helena tidak ingat bahwa di ponsel pribadinya terpasang aplikasi tersebut.
Mencoba untuk menyangkal hal-hal tak masuk akal, tangan Helena mulai meraih ponsel miliknya. Wanita itu merubah posisi menjadi duduk di ranjang, dengan rambut yang setengah berantakan.
Matanya hampir terbelalak saat direktur utama yang menelepon. Cukup jelas dengan namanya yang terpampang di layar depan.
Baek Hyeon *Sangjanim
*Sangjanim (Panggilan untuk atasan atau bos)
Bukan karena takut akan atasan sendiri. Melainkan heran. Tak biasanya Baek Hyeon menelepon. Bahkan jika ada kepentingan darurat, beliau hanya akan chat saja.
Tidak butuh waktu lama, Helena segera mengangkat telepon tersebut. "Sangjanim? Selamat pagi."
"Pagi, Helena. Apa kau sudah tahu berita hari ini?"
Helena terbengong beberapa saat. Dirinya bukan orang yang suka membaca berita, mana mungkin tahu akan hal tersebut. Lagipula, kenapa direktur utama repot-repot menelepon hanya untuk menanyakan berita?
"Saya belum tahu, Sangjanim." Helena menjawab jujur.
"Ada berita panas tentangmu Helena. Coba baca Billboard Hot News. Lalu, segeralah datang ke perusahaan."
"Baik, Sangjanim."
Sambungan telepon terputus, dan Helena hanya berpikir, Ada apa?
Teringat akan perintah Baek Hyeon, Helena segera membuyarkan pertanyaan yang ada di pikiran. Dia mulai bangkit dari ranjang, jari-jari tangannya bergerak lincah di ponsel yang sejak tadi dipegang.
Browsing–an salah satu halaman terkenal—Billboard Hot News ditampilkan di layar. Kedua bola mata Helena membesar sempurna, dia sungguh kaget.
Salah satu tangannya menutup mulut, apa yang barusan ia lihat?
Helena segera menjatuhkan ponsel di ranjang. Wanita itu berlari kecil menuju kamar mandi.
Suara benda-benda terdengar dari dalam, sepertinya ia terlalu terburu-buru hingga tidak menghiraukan sekitar.
Lima belas menit setelahnya, Helena sudah keluar dari ruang ganti dengan pakaian lengkap. Baju hitam lengan pendek keluaran brand terkenal ia pakai. Sebagai bawahan, dia menggunakan soft jeans hitam yang harganya sebanding dengan mobil. Jaket hitam panjang, dengan bulu-bulu coklat lembut sebagai kerah membaluti punggung dan kedua lengannya.
Tanpa basa-basi, Helena memakai sepatu boots hitam panjang ke kedua kakinya. Dirinya juga mengambil tas hitam ukuran kecil untuk menaruh ponsel yang barusan ia ambil dari atas ranjang.
Wajah natural, dengan riasan mata tajam sudah cukup untuk Helena. Ia tadi meriasnya di ruang ganti.
"Halo, Oppa?" Helena berjalan cepat ke luar rumah sembari menelepon Hyun Seok. Ia menjepit ponselnya di antara bahu dan leher. Tidak ada waktu untuk berdiam diri saat ini.
"Helen?"
"Oppa, tolong untuk ke rumah."
"Baik."
Helena memutuskan telepon secara sepihak. Ia kemudian membuka pintu rumah, mendapati halaman luas yang menyambut.
Berita kencan tentang dirinya masih menjadi pikiran Helena.
Selection. Kini Helena tahu kenapa banyak idol Korea Selatan yang membenci perusahaan tersebut. Mereka menguntit idol, mengambil beberapa foto, dan mengedarkannya.
Semakin panas berita dan semakin terkenal idol, maka Selection akan menghasilkan uang yang tak main-main. Banyak orang yang menganggap bahwa itu adalah perbuatan legal. Pasalnya, sudah memiliki perusahaan besar dan diakui di Korea. Namun, tidak untuk para idol yang menjadi korban Selection.
Helena semakin tidak menyangka jika kini dirinya juga menjadi korban. Diam-diam, Selection mengambil gambar Helena dan Kai yang tengah duduk berdua di dalam cafe Iran kala itu.
Setelah sembilan bulan, berita itu baru dikeluarkan oleh Selection. Oh, Helena tahu penyebabnya. Tidak lama ini ada sebuah skandal perselisihan besar. Untuk menutupi skandal tersebut, Selection mengeluarkan kartu AS yang sudah lama disimpan.
Berita kencan Kai Planetary Lords dengan seorang solois, Helena.
Siapa yang tidak kenal dua idol kelas atas tersebut? Satunya merupakan Center Group yang sangat populer. Sedangkan satunya lagi, solois yang prestasinya tidak diragukan.
Helena mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Ini kali pertama dirinya mendapat banyak ujaran kebencian.
Baru tiga jam sejak dirilis, berita kencan Kai dan Helena sudah masuk ke dalam papan Billboard kelas dunia. Tidak hanya itu. Hampir semua majalah dan berita Entertainment berisi tentang hal yang sama.
Di papan Billboard, berita tentang kencan keduanya sudah dilabeli dengan ikon merah bertuliskan 'HOT NEWS!'
Menjadi satu-satunya berita yang berhasil menduduki peringkat atas.
Kai dan Helena memang berasal dari Korea. Namun, dampaknya hingga negara-negara besar lainnya.
"Helen!"
Helena mendongak, menatap lurus ke depan. Pikirannya kacau dan wanita itu tidak dapat fokus terhadap hal-hal yang berada di hadapannya.
"O–oppa."
Sebuah pelukan hangat Hyun Seok berikan pada Helena yang sudah dianggap sebagai anak perempuan sendiri. Pria paruh baya tersebut membelai lembut rambut Helena, menenangkannya.
"B–berita ... Oppa." Helena menangis pelan di dalam pelukan Hyun Seok. Sedari tadi, wanita itu hanya menahannya.
"Saya tahu, saya tahu. Helen tenang, ya. Ada saya di sini."
Helena mengangguk pelan beberapa kali. Tangisannya belum reda. Siapa menyangka, solois yang terkenal karena sikap dinginnya, ternyata dapat serapuh ini.
Bukan karena berita kencannya terbongkar. Melainkan, karena komentar negatif orang-orang terhadapnya.
Wanita itu seharusnya tidak membaca kolom komentar. Bahkan ketika tahu pasti menyakitkan, Helena tetap membacanya.
Sebenarnya, Helena sudah biasa mendapat ujaran kebencian. Namun, baru kali ini sosial medianya benar-benar terpenuhi dengan hal tersebut. Cacian dan makian, mereka mengetiknya tanpa sensor, bahkan tanpa berpikir apakah ketikannya akan menyakiti orang lain.