Suara dentingan alat masak alumunium saling menyahut di pagi buta. Helena tengah berkutat di dapur, mencoba membuat sarapan seperti biasanya dengan cepat.
Wanita yang hanya menggunakan baju lengan pendek dan celana kain selutut itu belum berbicara sejak dia bangun tidur. Hanya sesekali bergumam pada diri sendiri. Untuk apa repot-repot berbicara jika tidak ada orang lain di sisinya?
"Garam."
Seperti saat Helena bergumam kali ini. Botol bumbu yang berisikan garam terselip entah di mana, padahal sedang sangat dibutuhkan.
Mata Helena berhenti tepat di sebuah botol kaca sedang bertuliskan 'Garam' di labelnya. Ternyata ada di dalam rak-rak piring. Wanita itu menggeleng pelan. Sepertinya daya ingatnya mulai memburuk. Padahal umur Helena baru dua puluh satu tahun, sepuluh bulan bulan.
Kembali Helena ingat akan kegiatannya yang tertunda. Dia membuka tutup botol kaca, lalu mengambil sejumput garam menggunakan sendok kecil yang ada di dalamnya. Garam tersebut ditaburkan ke dalam sebuah mangkok yang tadi telah diisi oleh telur mentah, sedikit air, irisan daun bawang, bumbu dapur, dan beberapa sayuran.
Tangan Helena kemudian mengocoknya menggunakan sendok hingga semua tercampur rata. Telur kocok tersebut lalu dipindahkan ke dalam wadah tahan panas, dan dimasukkan ke dalam microwave selama 4 menit.
Kini Helena hanya tinggal menyiapkan *Gyeran Jjim buatannya di meja makan. Dia duduk di salah satu kursi, sudah ada semangkuk nasi hangat yang tadi dipersiapkan. Wanita itu memakan masakannya sendiri, dengan tambahan salad sayur segar.
*Gyeram Jjim (Sarapan khas Korea yang dibuat dari telur yang dikocok dengan sedikit air, serta bumbu dapur. Lalu dimasukkan ke dalam microwave)
Sarapan Helena diakhiri dengan adanya nontifikasi chat penting yang masuk. Sambil membereskan bekas alat makan yang digunakan, wanita itu membaca chat tersebut.
Dari manajer–nya ternyata. Beliau memang selalu mengirimkan jadwal yang begitu padat di pagi hari. Tujuannya, agar Helena dapat disiplin.
Pandangan Helena belum teralih. Dirinya masih menatap benda pipih tersebut, dan berakhir menekan salah satu kontak. Melihat-lihat chat yang semalam dilakukan dengan Kai.
Meski pun hanya sebatas pacar, hubungan Helena dan Kai sangat baik. Keduanya saling menghormati, juga mengerti keadaan masing-masing.
Sebenarnya, tidak ada rasa cinta atau suka dalam hubungan mereka. Helena mau menjadi pacar Kai karena memang ingin saja. Bekerja terlalu banyak membuat wanita itu lelah. Tentu, dirinya juga ingin bersenang-senang.
Sedangkan Kai, mungkin sama dengan Helena.
Yah, Helena juga tidak memperdulikan. Pria itu memperlakukannya dengan baik, selayaknya pacar. Bukankah itu sudah lebih dari cukup?
Tadi malam saja, Kai menyewa pasar malam untuk mengajak Helena jalan-jalan. Setelah pulang, pria itu juga memastikan keadaan Helena dengan menanyainya di chat.
"Oh!" Helena tersadar dengan pikirannya. Handphone yang sedari tadi dipegang, kini ia taruh. Membersihkan bekas alat makannya lebih penting.
***
Jika di hari Minggu orang lain akan libur, tidak untuk Helena. Solois tersebut malah sangat sibuk. Terlebih, dirinya akan comeback. Bahkan mungkin hampir semua idol juga sama sepertinya. Sibuk.
Pagi ini Helena harus ke agensi perusahaan. Ada acara rekaman untuk lagu yang akan dirilis di bulan mendatang. Wanita itu juga ingin menyampaikan beberapa usul tentang comeback nantinya. Serta sedikit protes.
Jika dipikir-pikir, sepertinya hanya Helena yang selalu dan berani melakukan protes. Padahal belum genap dua tahun kerier.
Wanita itu baru saja sarapan dengan Gyeran Jjim buatannya. Cukup untuk membuat tubuh berenergi, dan dapat bekerja dengan baik.
"Helen, ayo."
Helena mengangguk. Dirinya lekas masuk ke dalam mobil bagian samping sopir.
Pria yang memasuki akhir empat puluhan tahun itu menutup kembali pintu mobil setelah Helena sudah dipastikan duduk nyaman. Dirinya lalu berjalan mengitari mobil, dan membuka pintu bangku pengemudi.
Selain sebagai manajer, Hyun Seok juga menjadi sopir andalan untuk Helena.
Di dalam mobil, Helena sudah siap dengan safety belt yang terpasang. Wanita itu menggunakan celana soft jeans abu-abu, dan sweater kuning dengan bertuliskan brand ternama di belakang punggungnya. Rambut hitam terurai lurus dengan sebagian tersampir di bahu kanan.
"Oppa menikmati hari spesial kemarin, 'kan?" Helena menatap ke samping, mencoba membuka pembicaraan.
Sambil terus mengemudikan mobil, Hyun Seok mengangguk. "Itu berkat Helen. Terimakasih banyak atas kado kemarin, anak-anak saya menyukainya." Lalu melanjutkan, "Dan tolong jangan panggil saya seperti itu, Helen. Saya ini sudah tua, tapi masih saya dipanggil Oppa."
Terkekeh pelan, Helena menjawab, "Kenapa? Oppa masih terlihat muda."
Hyun Seok mencoba untuk mengakhiri debat singkat tersebut. Helena memang terkadang jahil padanya.
Tidak ingin membuang waktu, pria itu kembali fokus pada setir. Dia mengemudikan mobil dengan kecepatan rata-rata.
Setelah dua puluh lima menit terus membelah jalanan ibu kota, mobil hitam mewah tersebut telah terparkir rapi di samping gedung tinggi menjulang. Sekitar dua mobil lainnya juga mengisi area parkir yang sama.
Hyun Seok membuka pintu mobil, dan mengitari mobil ke arah bagian samping pengemudi. Dirinya membuka pintu, mempersilakan Helena untuk keluar.
"Lewat belakang memang sepi." Helena tertawa, begitu juga dengan Hyun Seok yang terkekeh karenanya.
Media dan *sasaeng memang selalu menguntit para idol. Mereka bahkan dapat mencari informasi ilegal dengan mudah. Apalagi jika solois se–kelas Helena.
*Sasaeng (Penggemar yang terobsesi pada idol)
Agensi Raksasa yang menanungi Helena menjadi salah satu yang sering didatangi penguntit. Alasan itu membuat Helena lebih memilih masuk melalui pintu rahasia yang berada di belakang perusahaan. Tidak banyak idol yang tahu, karena itu hanya dilalui oleh mereka yang telah berada lama di agensi ini.
Hyun Seok juga salah satu manager yang mengetahuinya.
"Jadwal rekaman lagu utama hari ini telah disiapkan. Anda bisa memanfaatkan beberapa waktu untuk memberi saran kepada produser dan direktur utama." Hyun Seok membeberkan jadwal yang akan dilakukan Helena nanti.
"Mungkin saran dan protes, Oppa. Dari rapat-rapat sebelumnya, ada beberapa hal yang membuatku keberatan," tambah Helena sembari berjalan.
Di samping, Hyun Seok mengangguk, dan sibuk menyamai langkah jalan Helena.
Waktu adalah emas, serta hal yang paling berharga.
Kalimat tersebut cocok dengan Helena. Wanita itu tidak suka membuang-buang waktu. Alhasil, selalu membicarakan jadwal dengan Hyun Seok, bahkan saat berjalan sekali pun.
Sampai di dalam perusahaan agensi, Helena dan Hyun Seok menghentikan langkah saat tak sengaja menjumpai Jackson. Pria tampan dengan setelan hitam tersebut ialah solois Korea yang terkenal akan kemampuan rapp–nya.
Helena membungkuk lalu memberikan senyuman. Sedangkan Jackson membalas senyuman tersebut, lalu beralih ke arah Hyun Seok. Jackson langsung membungkuk untuk menghormati manajer Helena yang jauh lebih tua darinya.
"Selamat pagi, Oppa," sapa Helena.
"Selamat pagi. Apa yang kau lakukan di sini, Helen?" Jackson bertanya.
"Ah, ada sesi rekaman hari ini."
"Kalau begitu, kerjakan dengan baik."
Helena kembali membungkukkan badannya. "Terima kasih, Oppa."
Basa-basi tersebut kemudian berakhir. Helena pergi ke ruangan rekaman, sedangkan Hyun Seok menunggu sembari berbincang dengan beberapa staf yang ada di perusahaan raksasa tersebut.
Jika Jackson, pria itu sepertinya pergi menuju parkiran belakang. Keperluan di perusahaan mungkin sudah diselesaikan.