"Jadi, tentang berita yang kemarin, gimana?"
"Berita yang mana, Ma?" tanya Helena di sela makannya. Tangan kanan wanita itu terus sibuk menggerak-gerakkan sepasang sumpit. Mengambil makanan-makanan favorit lalu memasukkannya ke dalan mulut.
Dia seperti anak kelaparan.
Mama berdehem pelan. "Tentu saja. Tentang berita ... kencanmu?"
Helena tersedak. Sepasang sumpit langsung ia letakkan di atas meja asal. Segera dirinya mengambil segelas air putih yang sudah tersedia di depan mata. Helena meneguknya rakus, hingga nasi dan lauk-pauk yang menyumbat di tenggorokan segera turun ke lambung.
Setelah semuanya normal, Helena menatap mamanya yang duduk berhadapan dengan dirinya. Wanita paruh baya tersebut menatap dengan khawatir. "Sudah lebih baik? Apa mama merepotkanmu?"
Helena menggeleng cepat. "T–tidak. Aku tidak apa-apa, Ma. Mama tenang saja."
Kali ini Helena tersenyum canggung dan kikuk. Ia merutuki Selection karena telah membocorkan kencannya. Tidak hanya membuat kehebohan di dunia Entertainment. Namun juga, membuat mamanya berpikiran ke lain arah.
Mengetahui putrinya yang tidak mau menjawab, akhirnya mama berucap, "Jika Helena tidak mau bicara, tidak apa. Jangan dipaksakan."
Helena tertawa pelan. "Itu hanya masa lalu, Ma. Sudah hampir satu tahun terlewat."
"Kau benar-benar dulunya berhubungan dengan Kai Planetary Lords?"
Pukul kepalaku!
Helena kembali tersenyum paksa. Ini lebih mengerikan daripada ditanyai oleh belasan wartawan.
"Y-ya ...."
Terlihat raut wajah mama yang terkejut. "Anak mama sudah dewasa ternyata."
"Mama ... hentikaaan," rengek Helena. Why?! Dia benar-benar tidak suka ketika orang lain membicarakan tentang 'Mantannya'. Terutama, mamanya.
•••
Hari ini, Helena bersiap untuk Meet Fans. Ia sudah menunggu-nunggunya sejak seminggu lalu. Bertemu dengan penggemar adalah hal yang paling membuat hati merasa nyaman. Jantung Helena selalu berdebar cepat karenanya.
Bukan tanpa alasan diadakan Meet Fans bahkan setelah sebulan lalu baru saja dilakukan. Hari ini, 16 Januari, merupakan ulang tahun Helena yang ke—22 tahun. Seorang soloist yang kini albumnya masih berada di peringkat pertama Chart World.
Namun, bagi Helena, hari ulang tahun sama seperti halnya hari-hari sebelumnya. Bahkan, Helena tidak menyukai hari ulang tahun.
Karena, di hari itu umur kita bertambah. Lantas, apakah kita harus senang di saat umur semakin menua? Helena tidak menyukainya. Dia tidak suka menjadi tua. Meski pun memang, manusia pasti akan menua.
Dulu, saat kecil, Helena seringkali iri dengan orang dewasa. Ia ingin segera menjadi dewasa, karena pasti sangat menyenangkan. Dapat melakukan apa yang dimau.
Namun, sekarang, wanita itu menyesal. Menjadi dewasa sangat tidak menyenangkan! Setelah dewasa, akan menjadi tua.
Begitu juga, dengan keseharian yang semakin sibuk. Kali ini Helena bahkan harus bangun pagi-pagi sekali untuk datang ke sebuah mall, menghadiri acara Meet Fans yang sudah ditunggu-tunggu.
"Sudah sampai, Oppa?" Helena bertanya.
Seorang supir dari kursi pengemudi menoleh ke belakang lalu mengangguk. "Ya."
Helena langsung menurunkan kaca hitam mobilnya, disambut dengan kilat-kilat berbagai kamera yang menyorot. Mereka mengambil berbagai foto dan vidio. Helena tidak akan keberatan. Ia malah menyukainya. Asal, yang mengambil ialah fans. Bukan seorang penguntit.
"Haloooo!" Helena melambaikan salah satu tangannya ke luar jendela dengan semangat.
"Helenaaaa! Haloooo!"
Mereka semua menyambut dengan antusias. Sehingga, Helena kembali menyapa. Belum puas jika hanya sekali saja. "Selamat pagiiiii! Terimakasih banyak telah meluangkan waktunya untuk datang ke siniiii!" Helena setengah berteriak.
Banyak penggemar yang menyahutinya dengan ikut berteriak. Helena hanya dapat membalasnya dengan senyumam dan lambaikan tangan. Terkadang, soloist tersebut ingin memeluk penggemarnya satu per satu.
•••
Mall yang akan dipakai Helena dan para penggemar merupakan salah satu yang terbesar di ibu kota. Helena sedari tadi sudah siap dengan duduk di salah satu kursi. Depannya, terdapat meja panjang yang nantinya akan menjadi batas antara dirinya dan penggemar.
Di lantai atas yang terbuka, para penggemar berkerumunan agar dapat melihat Helena dari dekat. Mereka adalah orang-orang yang mungkin tidak kebagian tiket untuk ikut Meet Fans kali ini.
Jadi, Helena akan selalu mendongak, menatap ke atas dengan senyuman tulus. Dia akan melambai-lambai dengan semangat dan bersikap lucu layaknya bayi. Karena, Helena ingin para penggemar merasa puas meski pun tidak dapat berjabat tangan dengannya langsung.
"A ... pa?" Baru satu penggemar, Helena sudah dibuat bingung. Ia mengernyitkan dahinya tak mengerti.
"I-ini Patch Koyo, Eonnie. Anda selalu berkerja, jadi saya khawatir," ucap sang penggemar dengan gugup. Di pikirannya, ia takut jika idola akan menolak pemberian tersebut.
Helena tertawa. Begitu juga dengan Hyun Seok yang menyembunyikan tawanya. Pria paruh baya tersebut harus bersikap profesional agar tidak mendapat kritik dari netizen. Beliau berdiri di belakang Helena, memastikan setiap pergerakan yang dilakukan artis terkenal tersebut.
"A–ah ...." Helena berusaha mengatur napasnya. Ia menghentikan tawa yang sedari tadi membuat banyak penggemar terkejut.
Yah, siapa yang pernah melihat Helena tertawa seperti itu di depan kamera? Selama hampir dua tahun ini, Helena hanya akan tersenyum atau tertawa pelan. Namun, kini. Lihat. Solois tersebut bahkan tidak malu menunjukkan tawa lepasnya.
"Terimakasih. Ini pertama kalinya aku menggunakan obat pegal-pegal seperti ini. Kau orang pertama yang memberiku hadiah Patch Koyo. Aku menyukainya, sangat!" aku Helena. Dia mengambil pack tersebut lalu membukanya. Terdapat banyak sekali isi koyo yang dibungkus plastik.
Wanita itu mengambil satu lembar, lalu membuka plastik yang menjadi pelindungnya. "Aku akan memakai ini," ucapnya seraya mengupas kertas pelindung perekat koyo.
Helena lekas menempelkannya pada ceruk leher bagian kanan. Penggemar di depannya pun tertawa melihat aksi Helena.
"Eonnie, kau cocok menggunakan koyo itu."
Helena menatap penggemarnya. "Kau meledekku."
•••
Seorang pria bertubuh kekar dengan balutan baju brand mewah berjalan didampingi managernya. Perusahaan besar yang luas, tentu saja. Pria itu hendak ke salah satu ruang rapat.
Mungkin, ada sebuah project yang akan dikerjakan. Entah itu untuk waktu dekat atau waktu lama nantinya.
Langkah pria itu berhenti ketika berada tepat di depan sebuah ruangan. Dirinya menekan salah satu tombol, membuat pintu silver bak dinding terbuka sempurna. Ya, perusahaan yang menanunginya merupakan agensi yang memiliki pendapatan fantastis. Tidak heran, fasilitas yang di punya pun sangat mewah.
Jika masuk ke perusahaan, seakan masuk ke dimensi lain. Karena, di agensi YX Entertainment, semua furniturnya sangat canggih dan modern.
"Jackson, masuklah." Baek Hyeon mempersilakan. Pria paruh baya dengan topi hitam menutupi kepala tersebut tengah duduk di kursi rapat paling ujung.
Jackson setengah membungkukkan badannya, lalu kembali menatap sang direktur utama. "Baik."
Pria itu duduk di salah satu kursi. Cukup berjauhan dengan kursi yang digunakan Baek Hyeon.
Tidak heran. Di ruang rapat ini, sekitar ada empat belas kursi. Meja besar dan panjang berada di tengah-tengahnya.
"Mari bicarakan tentang projeck–mu ke depannya."