Chereads / DATING HOT NEWS! [INDONESIA] / Chapter 16 - PERFORMANCE

Chapter 16 - PERFORMANCE

Helena tidak pernah terpikirkan akan menjadi orang yang melihat penampilan mantan pacar. Memang, tidak ada rasa di antara keduanya. Namun, Helena berada di tengah-tengah kutub utara dan kutub selatan akibat Kai.

Kemarahan fangirl Kai, dan kecemburuan fanboy Helena. Wanita itu adalah orang yang merasa paling bersalah dan paling dirugikan.

Jika Helena menatap ke arah panggung, para penggemar berpikiran bahwa soloist tersebut masih berhubungan dengan center Planetary Lords. Bahkan, mungkin saja mereka mengira bahwa Helena sombong karena pernah menjalin hubungan dengan Kai.

Namun, jikalau Helena selalu mengalihkan pandang atau berusaha menghindari kontak mata ke arah panggung selama performance Planetary Lords, para penggemar juga akan mengira bahwa masih ada hubungan antar keduanya. Ditambah, dapat menguatkan asumsi bahwa Helena dan Kai benar-benar pernah berkencan.

Di sini, Helena serba salah. Keputusan untuk menghadiri acara awards memang salah.

Mungkin, karena tahun-tahun lalu Helena dan Kai jarang bertemu. Terutama di acara awards seperti ini. Alasan ada di tangan agensi.

Apa yang harus aku lakukan?!

Helena berteriak dalam hati. Ayolah, ia tidak tahu bagaimana caranya melewati semua ini. Memilih untuk tetap melihat ke arah panggung, atau berusaha menghindari kontak mata.

Keputusan dibuat! Akhirnya, wanita cantik tersebut menatap ke arah panggung dengan ekspresi yang sama. Ya, seperti ini saja. Asal, tidak ada perubahan di wajah Helena.

Tatapan mata tak menentu, serta wajah yang begitu hampa tanpa adanya ekspresi. Yes, Helena dapat melewatinya.

Bersyukur, performance tersebut hanya berdurasi enam menit. Tidak dapat dipungkiri, hanya dalam waktu singkat, mereka dapat melakukan semuanya dengan sangat keren.

Permainan api pun pada saat itu dimainkan saat intro dimulai. Panggung berlatar gelap dengan setengah cahaya merah menyala sebagai background terlihat sangat apik. Juga, mungkin .... wajah para member yang memiliki ciri khas tersendiri. Mereka semua tampan.

Jujur saja, Helena kagum pada vocal para member yang beberapa kuat dan beberapa rendah. Menjadi sebuah keharmonisan unik di group mereka. Tak kalah, Jasper sebagai Main Raper melakukannya dengan sangat baik. Helena yang tergolong menyukai rap, berusaha untuk tidak menggerakkan jemari-jemarinya.

Ditambah, saat mereka melakukan breakdance, Kai terlihat sangat keren. Entah bagaimana pria itu bisa melakukan dance dengan sangat baik. Sejak pertama kamera menyorot pun, dia sudah melakukan dance yang begitu lentur. Ia seperti menikmati bagaimana musik dan panggung bersatu.

Helena menikmati performance tadi.

Akhir dari performance keren tersebut disambuti oleh teriakan menggila dari para penggemarnya. Bahkan, Helena tahu, beberapa penggemarnya pun ikut berteriak secara reflek. Itulah yang terjadi ketika otak mengatakan tidak mau. Namun, tubuh bergerak sebaliknya.

Helena bangkit dari duduknya, ia kini merasa lega dapat menegakkan kembali kedua lutut serta kaki. Wanita yang selalu menarik perhatian tersebut berjalan menuju ke arah belakang panggung.

Sudah ada Kwang Soo di sana, dengan membawa sebotol air mineral di genggaman tangan.

Helena mendekat, tidak ada kamera di sini. Mengingat bahwa soloist tersebut sedang ada di belakang panggung. Hanya ada alat-alat saja, khas perlengkapan acara.

"Helen, minum dulu."

Helena mengambil alih botol yang Kwang Soo tawarkan. Ia meneguk minuman transparan itu beberapa kali. Lalu, memberikannya kembali pada Kwang Soo.

Tiga staf yang sangat Helena kenali mendekat. Tanpa banyak bicara, mereka merapikan riasan yang Helena kenakan dan membuatnya jadi lebih cantik. Pakaian yang menurutnya sudah rapi pun, tetap dirapikan oleh mereka. Helena seperti anak paud yang sedang dirias di pagi hari sebelum berangkat sekolah.

Kali ini, seorang staf yang tidak Helena kenali menghampirinya. Ia memberikan mic berwarna polkadot merah–hitam yang dipastikan untuk Helena.

"Terimakasih," ucap Helena yang kemudian mengambil mic yang diberikan.

Kwang Soo menadahkan tangannya. "Helen, berikan sebentar. Akan aku periksa."

Menuruti apa yang manager katakan, Helena segera menyerahkan mic tersebut. Ia memperhatikan Kwang Soo yang tengah mengetes apakah mic rusak atau dalam keadaan baik.

"Kau bisa memakainya, Helen."

Helena mengangguk. Dirinya meraih kembali mic tersebut. Sekarang, ia diantar oleh beberapa staf ke tempat di mana dirinya akan naik ke atas panggung.

"Tepat di sini. Lima menit lagi, Anda akan naik ke atas panggung," jelas seorang staf pria dengan jari telunjuk yang mengarah pada sebuah lantai hitam dengan garis persegi.

Helena segera berdiri di tengah garis persegi tersebut. Menggenggam mic untuk menyalurkan rasa gugupnya. Beberapa kali wanita itu menghirup napas lalu menghembuskannya perlahan-lahan. Dia tidak boleh sampai melakukan kesalahan di atas panggung nanti.

Helena percaya pada dirinya sendiri dan backdancer yang telah berlatih bersama selama dua minggu belakangan ini.

Di lain sisi, Kai tengah duduk di kursi semula. Bersama dengan empat member group–nya. Kursi ditata melingkari sebuah meja bundar dengan lapisan serba menggunakan kain hitam.

Terlihat sedikit peluh yang masih menempel di dahi Kai. Ia dan member lainnya memang baru saja menyelesaikan performance.

Pria berambut hitam setengah acak-acakkan tersebut kemudian memilih untuk melihat hal menarik di atas panggung. Suara intro dimulai, gaya tenang nan klasik yang memabukkan memasuki kedua telinga Kai.

Wanita cantik dengan mic polkadot hitam-merah di tangannya sangat menarik perhatian. Ia muncul tiba-tiba saja dari bawah. Mengagumkan.

Tanpa diberitahu pun, Kai tahu bahwa soloist yang tengah performance di atas panggung ialah Helena. Pria itu juga baru menyadari, bahwa Helena mengganti gaya rambutnya menjadi terurai lurus sebahu.

Sebuah tangan menepuk paha Kai dari bawah. Lantas, pria dengan pakaian serba hitam tersebut hampir terperanjat kaget. Beruntung ia langsung mengenali bahwa dalang dari kejahilan ini adalah Jasper.

"Tatapanmu pada wanita yang di atas panggung sepertinya ....?" Jasper menggoda pelan. Tanpa menoleh atau pun berniat berhadapan dengan Kai. Pria dengan rambut merah tersebut terus menatap Helena  dan panggung yang dibuat begitu megah. Dari yang awalnya alunan klasik, menjadi gaya hip hop modern yang mengasikkan.

Kai tidak berniat untuk menjawab atau pun mengelak. Ada banyak kamera dan penggemar di sini. Tentu dirinya tidak ingin hal yang tidak diinginkan terjadi.