"Helena sunbaenbim!"
"H–ha?" Helena menoleh ke arah yang memanggilnya. Lalu tersenyum ketika mendapati sekumpulan pria yang dikenalnya.
Helena berjalan mendekat, lalu balik menyapa. "Kalian tadi sangat hebat. Kenapa belum pulang?"
Mereka langsung membungkukkan badannya, lalu kembali menatap senior satu agensi yang diidolakan. "Kami sedang menunggu REBBEL Sumbaenbim. Rencananya, ingin pulang bersama." Salah satu pria menjawab.
"Ya! Helena Sunbaenbim ingin bergabung bersama kami juga?" lanjut pria yang lain.
Di dalam hati, Helena meringis. Juniornya ini adalah boygroup rookie beranggotakan dua belas orang. Dengan konsep fresh dan swag yang selalu menarik hati semua orang.
Berbicara dengan dua belas anak muda. Itu terlalu sulit untuk Helena. Bahkan, saat dulu We are One debut, Helena kesulitan untuk memilih hadiah yang cocok untuk mereka. Terlalu banyak, dan terlalu—rusuh.
Tapi pada akhirnya, Helena memberikan dua belas buket bunga dan mainan robot untuk masing-masing member. Tidak lupa dengan album khusus plus tanda tangan Helena.
"Oh ...." Sedikit berpikir, Helena akhirnya mengangguk mengiyakan. Tidak akan sopan jika menolak ajakan para juniornya ini. Apalagi satu agensi.
Terlihat dua belas anak muda itu bersorak kegirangan. Maknae (termuda) di dalam group mereka berumur enam belas tahun. Namun, entah kenapa tubuhnya terlihat begitu tinggi dan dewasa. Bahkan lebih tinggi daripada Helena.
"Yo!"
Empat pria dengan kisaran umur dua puluh tahun hingga awal tiga puluhan tahun terlihat bergabung dengan Helena dan yang lain.
"Kau ikut, Helena?" tanyanya.
Helena mengangguk. "Yah, saya juga jarang naik mobil bersama dengan We are One."
"Kau harus mencobanya, Helena. Mereka sangat rusuh." KelVin—salah satu member WINNER menambahi.
Kembali Helena mengangguk dan menatap para member We are One yang terlihat malu-malu. Sepertinya mereka belum terlalu dekat dengan Helena, dan bertemu hanya dapat dihitung dengan jari. "Ahaha. Membernya sangat banyak, mungkin karena itu."
"Ayo! Kalian tidak ingin ditinggal di sini sendirian, 'kan?" Jackson melambaikan tangannya. Di sampingnya ada manager pribadi yang menemani.
"Aku tidak tahu bahwa kita akan pulang bersama Jackson Oppa," ungkap Helena. Ya, tidak ada yang memberitahunya, bukan?
Jackson berjalan mendekat ke arah Helena. "Jangan bilang Helena tidak suka pulang bersamaku?"
"Ahaha. Mana mungkin. Saya hanya kaget saja karena tidak tahu bahwa Jackson Oppa juga datang ke acara ini."
"Aku datang untuk menjemput adik-adikku. Jadi, ayo." Jackson mengajak Helena dan yang lain ke arah parkiran. Para penonton melihatnya, dan merasa gemas sendiri dengan interaksi keluarga satu agensi tersebut.
Sangat menonjol karena jumlah mereka yang terlalu banyak. We are Oneberanggotakan dua belas orang, REBBEL beranggotakan empat orang, dan juga dua solois legendaris. Jika ditotal, delapan belas orang. Itu terlalu waw untuk hanya datang sebuah acara olahraga bulanan seperti ini.
***
"Hyung, apa kau tahu berita panas tiga puluh menit lalu?" Kenzo menatap dengan tatapan berharap pada Leon yang duduk di samping bangkunya.
Mobil khusus Planetary Lords ini cukup luas. Di bangku tengah, ada dua kursi nyaman terpisah yang digunakan untuk duduk Kenzo dan Leon. Sedang di belakang, Jasper, Kai, dan Jaemin duduk saling bersebelahan di bangku mobil panjang.
Ini tradisi mereka sejak debut. Hyung Line di kursi tengah, dan para maknae line di kursi belakang.
Dengan perasaan malas, Leon menyahut, "Aku–"
"Kenzo Hyung! Diamlah, kau berisik!" Suara Kai dari bangku belakang menginterupsi.
Sayangnya, hal itu membuat Jasper yang tidur di sampingnya terbangun. Lalu dengan semangat memulai percakapan serunya. "Leon Hyung, tadi Kai dan Helena berduaan di tempat sepi!"
Lihatlah. Jika soal membicarakan orang lain, Jasper ahlinya. Dia selalu semangat dan mengebu-ngebu ketika hal yang dibicarakan itu menarik. Apalagi tentang sahabatnya.
Leon yang mendengar penuturan Jasper langsung menoleh cepat ke belakang. Untungnya tidak ada sekat di sela-sela bangkunya dan Kenzo. Jadi, dapat dengan leluasa menatap para maknae line.
"Sungguh?!" Leon penasaran. Pasalnya, Helena dan Kai sudah putus. Apa iya hubungannya kembali lagi?
Dengan malas Kai menggeleng. "Tidak, Hyung. Aku hanya tak sengaja menemukan benda miliknya yang dicari."
"Ah, beneraaan?"
"Wajahmu sangat pantas untuk ditampar," aku Kai ke arah Jasper.
Pria dengan ujung-ujung rambut bewarna merah itu mengubah ekspresi menjadi dingin. "Hei, aku kakakmu. Bersikap sopanlah sedikit."
Kai memilih untuk tidak menjawab. Obrolan akan semakin cepat selesai ketika dia diam.
"Hyuuung ... kalian semua menggangguku." Jaemin mengeluh masih dengan kedua mata yang terkatup. Di acara tadi, ia sangat lelah hingga langsung memilih tidur begitu sampai ke dalam mobil.
***
Helena bener-benar menyesal telah mengiyakan ajakan We are One untuk pulang bersama.
Well, wanita yang ada di dalam mobil mewah ini hanya dirinya seorang. Ditambah, harus diapit oleh dua pria yang sejujurnya membuat tidak nyaman. Di samping kiri ada Uco—maknae We are One, dan di samping kanan ada Jackson.
Hah ... aku ingin segera sampai apartemen.
Ya, meski ini sangat luas. Sama sekali tidak sempit atau pun kekurangan ruang. Hanya saja, Helena tetap merasa tidak nyaman. Tubuhnya dapat leluasa bergerak, tetapi tak mungkin Helena selalu bergerak dan yang ada akan membuat enam pria lainnya menatap penasaran.
Mobil hitam mewah ini berbentuk panjang. Bangku mobil pun dibentuk memanjang berhadapan dengan dinding mobil yang nyaman. Bahkan untuk berlari-lari di dalamnya saja, bisa.
"Kenapa sangat sunyi? Biasanya, selalu berisik, 'kan?" tanya Jackson membelah keheningan. Sedari masuk ke dalam mobil, benar-benar tidak ada topik pembicaraan yang berlangsung. Sudah dua kali Jackson satu kendaraan dengan We are One. Dan selalu saja ramai karena mereka begitu aktif. Namun, lihatlah sekarang. Mereka hanya diam dan terlihat malu-malu kucing.
"Ehm ...."
'Kan! Mereka bahkan menjawabnya dengan suara yang tertutup-tutupi bak seekor kucing manis.
Helena tersenyum kecil. "Apa aku menganggu kalian?"
Sontak, tujuh member We are One menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. "T–tidak. Tentu saja tidak!"
"Kami senang karena Helena Sunbaenbim mau pulang bersama kami."
"Kami hanya malu saja. Karena ini yang kedua kalinya saya bertemu Helena Sunbaenbim."
"Sebenarnya, Helena Sunbaenbim adalah idola saya. Jadi, saya takut jika akan melakukan sebuah kesalahan."
Tawa Helena pecah saat itu juga. Ternyata, itu alasan dibalik para member We are One yang sedari tadi diam.
"Kalian sangat lucu," akunya lirih.
Tampak beberapa member We are One merona. Tak pernah melihat Helena tertawa seperti ini, apalagi secara langsung.
Jackson yang ada di samping kanan Helena menggeser duduknya mendekat ke arah wanita itu. Ia berbisik, "Coba kau tak ada di sini. Mereka pasti sudah bermain-main di dalam mobil."
Percaya atau tidak, jantung Helena kini tengah berdebar.