Napas hangat Jackson seakan menjadi angin dan masuk ke telinga Helena. Jarak mereka begitu dekat, dan membuat pergerakan wanita berambut blonde tersebut terhenti. Ia benar-benar tak bisa bergerak saking kagetnya. Pikiran solois itu tidak dapat dengan cepat mencerna. Blank dan kosong mungkin dapat mendefinisikannya.
"O–oh ... mereka memang lucu."
Di saat seperti ini, Helena beruntung karena dirinya akan segera debut menjadi seorang aktris. Dijadwalkan oleh YX Entertainment bahwa soloist wanitanya—Helena Kim akan memulai debutnya melalui drama romansa. Bahkan dia mendapat peran utama di pertama kali debut aktrisnya.
Sehingga, sedikit mudah membuat wajah yang sebenarnya telah merona itu menjadi baik-baik saja. Sorot mata dan pahatan wajahnya yang dingin juga mendukungnya. Kali ini Helena benar-benar selamat dari tragedi malu yang akan ia tanggung setiap masuk agensinya.
Hanya mendapatkan beberapa tatapan terkejut dari member We are One saja.
Oh ayolah. Jackson hanya membisikkan sesuatu yang singkat. Namun, bertahan di telinga Helena selama beberapa detik.
"Kau menyelamatkanku dari kelakuan mereka yang begitu aktif, Helen." Jackson menggeser duduknya menjauh dari Helena, kembali ke tempatnya tadi.
"Ahaha." Tawa canggung Helena seakan meminta kepada obrolan agar berhenti di sini saja. Dirinya tak sanggup jika harus meneruskan obrolan bersama Jackson lagi. Secara, soloist pria itu adalah idola Helena saat dirinya berusia tujuh belas tahun.
Sedang para member We are One langsung mengubah ekspresi wajah mereka. Tidak ingin jika dua sumbaenbim–nya tahu bahwa mereka telah melihat adegan tadi dan mengira terlalu berlebihan. Yang ada, hanya akan membuat mereka sendiri merasa tidak enak. Ya, meski Helena sudah tahu dengan tatapan itu.
Mungkin Helena dan Jackson akan menjadi tokoh utama di pembicaraan para member We are One nantinya. Saat kembali ke dorm mereka.
Mobil pun menjadi hening kembali. Sama seperti sebelum-sebelumnya.
Bahkan, hingga kendaraan telah terparkir rapi di parkiran YX Entertainment. Semua yang ada di dalam mobil turun satu per satu tanpa ada gangguan dan kehebohan.
Berbanding terbalik dengan mobil sebelah yang sudah terdengar teriakan-teriakannya. Mereka tampak ricuh yang padahal hanya turun dari mobil saja. Mungkin, itu juga yang dilakukan mereka ketika ada di perjalanan. Helena jadi tidak bisa membayangkan seheboh apa mereka. REBBEL disatukan dengan setengah member We are One yang garis besarnya masih anak muda.
Yah, setidaknya Helena merasa lega karena berada di mobil yang tepat.
"Jackson!" Jerk—salah satu member REBBEL berteriak. Seakan meminta pria itu untuk datang ke arahnya. Kebiasaan Jerk adalah, memanggil Jackson tanpa embel-embel sunbaenbim/senior. Pria swag satu ini memang berani.
"Nanti akan kuhampiri." Hanya begitu yang Jackson timpali. Tampaknya, dia begitu malas untuk bergabung atau sekedar berjalan ke arah mereka.
Sedang, sebagian member We are One yang tadi satu mobil dengan Helena memilih untuk bergabung dengan teman-temannya. Helena tersenyum. Sangat lucu dan manis.
"Tidak mau bergabung?"
Suara Jackson yang berada di sampingnya membuat Helena menoleh. "Sepertinya, tidak. Hari ini ada beberapa jadwal yang tidak bisa saya tinggalkan. Jadi, saya akan segera pergi dan kembali untuk bekerja."
"Hem." Jackson menganggukkan kepalanya. "Tetapi sepertinya akan ada acara makan-makan se–keluarga agensi, Helen." Pria itu menunjuk ke arah Baek Hyeon yang sedang mengobrol dengan para anak didiknya—member REBBEL dan We are One.
Tunggu. Sejak kapan direktur Helena itu keluar dari perusahaan agensi super luasnya?
"Jika jadwal itu tidak terlalu penting, kau harus mencoba untuk menerima tawaran makan-makan. Sepertinya akan seru. Bukan begitu?"
Jackson, tolong jangan membuat Helena pusing. Memang benar jadwalnya tidak penting-penting amat, juga dapat dilakukan di jam tambahan. Tapi apakah pria itu tahu bahwa Helena mengatakan penting untuk menghindari kontak mata dengannya?
"Kalau soal makan-makan, sepertinya hal itu dapat ditawar." Helena membalas tatapan Jackson dengan menatap manik mata pria itu.
***
Suara obrolan semakin berlanjut. Bahkan, ketika hidangan telah datang dan tertata rapi di meja panjang—yang menjadi tempat berkumpulnya keluarga satu agensi tersebut.
Restoran mewah dengan bangunan dan gaya modern. Tapi, memiliki penyajian yang begitu tradisional.
Beberapa tempat untuk membakar daging sapi telah tersebar di meja panjang itu. Sembilan belas mangkok berisi ramen pun juga sudah tersedia di hadapan masing-masing pemilik. Tak lupa dengan berbagai mangkuk kecil berisi kecap dan saus. Juga, beragam alat makan seperti sumpit, sendok, garpu, dan yang lain.
Itu baru bagian makanannya.
Mungkin ini pertama kalinya Helena melihat banyak makanan yang terhidang di satu meja panjang. Terbukti dari ekspresinya yang tampak kaku, seakan tak mengerti dengan cara makannya. Haruskah dia menunggu semua orang makan? Atau, menunggu hingga semua orang menghabiskan makanannya?
Sebaiknya tadi Helena memilih untuk makan bersama para staf dan kameramen di meja sebelah. Jadi, tidak akan se–canggung ini dengan lagi-lagi Jackson yang berada di samping kirinya.
"Hem, kenapa?" Jackson berbisik di telinga Helena. Pria itu heran dengan tingkah wanita di sampingnya yang begitu kaku.
"Saya hanya tidak tahu cara memulai makannya." Helen berkata jujur. Beberapa orang bahkan mungkin mendengarnya.
Sehingga, KelVin yang duduk di depan Helena membalas. "Kau bisa langsung makan, Helen."
"Cobalah. Daging sapi ini rasanya enak." Lee Soojun—member REBBEL ikut menimpali. Pria itu memasukkan daging sapi yang sudah dipanggang ke dalam mulutnya. Tak sampai di situ, sumpitnya juga bergerak-bergerak mengambil daging sapi lainnya.
"O–oh ... ya." Tangan kanan Helena meraih sumpit, menggunakan sepasang benda itu untuk memanggang daging sapi di depannya.
"Aku yang akan memanggangnya." Jackson ikut menaruh beberapa daging ke ayas panggangan Helena. Membantu wanita yang sepertinya belum mahir memanggang itu.
"Ada yang ingin aku panggangkan?" tawar Jackson pada orang-orang yang duduk mengelilingi meja.
Hening. Sepertinya mereka tidak tertarik dengan tawaran Jackson yang lumayan menggiurkan. Kecuali We are One yang pastinya menolak karena merasa tidak nyaman.
"Aku! Tolong panggangkan banyak daging. Akan kuambil nanti. Panggang yang benar agar enak," jawab KelVin dengan sumpit yang ia arahkan ke depan wajah Jackson. Seakan meminta pria itu agar jangan menggosongkan dagingnya.