Chereads / Jake and Flora Love Story / Chapter 25 - Joy

Chapter 25 - Joy

AUTHOR POV

Setelah menyiapkan mentalnya untuk bertemu Flora, Joy memutuskan untuk cek out dari hotel dimana dia menginap dengan tujuan menenangkan diri dari rasa bersalah. Namun Bukannya ketenangan yang di dapat Joy , justru kenyataan pahit harus di lihatnya saat melihat Flora yang berstatus sebagai kekasihnya kini telah menyabet gelar sebagai tunangan dari Jake.

Siapa yang tidak mengenal Jake, seorang pria kaya raya yang sangat berpengaruh pada kondisi bisnis dunia. Tentu lah Flora tak akan menolak lamaran lelaki tampan dan mapan seperti Jake.

Joy cukup tau diri siapa dirinya dan berada di mana posisinya saat ini.

Sangat lah tidak imbang jika dia bersaing dengan Jake yang memiliki segalanya.

"Kenapa kau harus melakukan hal ini padaku Flo?? " ?Gumam Joy dalam hati yang hancur dan penuh rasa kecewa.

Sesaat dia dan Flora saling pandang sebelum Joy pergi menjauh.

Joy berlalu meninggalkan area ballroom dan turun ke area parkir. Dia langsung tancap gas dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan menggila menerobos jalanan ibu kota yang penuh ingar bingar.

"Arrrggghhhhh brengsek " maki Joy sambil memukul stir kemudi saat dia harus berkejar-kejaran dengan mobil polisi karena dia menerobos lampu merah. Tapi bukan Joy namanya jika tidak bisa meloloskan diri. Masih dengan kecepatan tinggi dia menyalip para pengemudi lain dengan gesit. Tapi sialnya mobil patroli di belakang nya terus saja berhasil mendekatinya.

"Sial "maki joy lagi saat mobil polisi itu berhasil memotong jalannya dan kini berada di posisi depan mobil joy, membuat dia terpaksa harus berhenti .

Tok tok

Kaca mobil Joy di ketuk sebagai isyarat jika Joy harus turun dan menghadapi dua orang polisi itu secara jantan.

"Hey anak muda. Bisa kau tunjukkan kelengkapan surat mengemudi mu?" Pinta polisi yang agak tua.

****************

Karena Joy tidak memiliki surat kelengkapan mengemudi, akhirnya dia harus kena tilang dan harus membayar denda. Sialnya bagi Joy karena dompet nya tidak berada di balik sakunya ataupun di dashboard mobil. Akhirnya dengan terpaksa Joy menghubungi Daniel papa nya agar segera datang dan membayar uang tebusan sebagai jaminan agar dirinya segera terlepas dari pengawasan para petugas menyebalkan yang membawanya ke polsek setempat.

"Makasih pa.. "

"Sama-sama nak" ucap Daniel sambil menepuk-nepuk pundak anaknya.

"Pulang lah dan istirahat lah. Bagaimanapun kau lelaki. Kau harus bisa menerima kenyataan dan hadapi semua. Kau harus tegar nak"

Joy menggeleng.

"Joy akan pulang... Tapi tidak sekarang. Joy perlu ketenangan"

"Ya papa mengerti. Kemana kamu setelah ini"

"Entahlah. Mungkin Joy akan ke Club"

"Tidak nak. Jangan kau pikir dengan mendatangi tempat penuh asap rokok dan music itu bisa menenangkan pikiran mu. Kau hanya perlu tempat yang tenang dan... Tidur lah maka setelah kau bangun dari tidur kau akan merasa jauh lebih baik" kata Daniel bijak.

"Mungkin papa benar. Sekali lagi makasih pa "

"Ya sudah papa mau pulang dulu"

"Tunggu" sergah Joy membut Daniel menghentikan langkah nya.

"Boleh aku ikut pulang bersama papa? " tanya Joy ragu.

Daniel terkejut mendengar perkataan Joy. Bagaimana mungkin Joy ikut pulang dengannya sedangkan dia tidak akan pulang ke Mansion keluarga Kesuma.

"Kamu yakin mau ikut papa? " tanya Daniel sama ragunya. Joy menganggukkan kepalanya.

***************

JOY POV

Siang itu aku mengemudikan mobil ini dengan santai. Perasaan ku sudah jauh lebih baik saat ini. Ternyata bermalam di rumah papa dan bertemu dengan keluarga kecil papa dengan suasana yang baru bukan lah hal buruk. Terbukti dengan membaiknya perasaan ku yang mulai bisa menerima kenyataan.

Yaa kenyataan.

Pertama. Flora yang ku cintai kini telah menjadi calon istri dari Lelaki tua bernama Jake.

Aku sengaja menyematkan kata 'tua' pada lelaki perebut kekasih ku itu.

Jujur aku masih kesal dan sah-sah saja dong jika aku mengatakan apapun tentang dia.

Memang selama aku dan Flora menjalin hubungan jarak jauh karena aku harus melanjutkan pendidikan ku di Amerika , selama lebih dari 3 tahun aku tidak boleh pulang ke Jakarta dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal ku pikir.

Ternyata.......

Semua ini sudah di atur. Apalagi jika bukan karena uang dan kekuasaan. Siapa lagi yang punya andil dari semua ini? Sudah dapat di pastikan jika lelaki tua itulah yang merancang semua nya.

Lagi......

Karena uang dan kekuasaan bisa menetukan takdir seseorang. Aku cukup tau diri. Aku tidak memiliki semua itu. Bahkan untuk kehidupan mewah yang di rasakan oleh Mama, Papa dan aku karena memanfaatkan uang dari Kesuma Group perusahaan milik Flora yang selama ini dijalankan oleh papa.

Namun tetap saja mama lah yang menggerakkan semua kendali di Perusahaan itu. Aku tau jika mama telah banyak menggunakan uang perusahaan hanya untuk berfoya-foya.

Semenjak hidup mewah dan tinggal di mansion megah membuat mama jadi berubah dari sikap, penampilan hingga gaya hidup.

Tapi satu hal yang tak pernah berubah yaitu kasih sayangnya yang begitu besar untuk ku.

Aku masih ingat selama aku tinggal di Amerika selama 4 tahun, mama sering mengirimi aku uang yang kelewat banyak melebihi jatah bulanan yang di beri papa. Aku sudah sering menolak setiap kali mama bilang akan kirim uang ke rekening ku agar hidup ku selama di sana tidak kekurangan, nyatanya uang yang di kirim mama tidak pernah aku pakai.

Uang itu ku biarkan saja berkembang didalam rekeningku.

Aku selalu mencatat tiap nominal yang di kirim mama dan rencananya uang itu akan aku kembalikan ke Flora karena uang itu memanglah miliknya.

Selama aku jauh dari keluarga bukan berarti aku tidak tau keadaan di Jakarta. Aku tau jika mama menggelapkan sejumlah dana perusahaan tiap bulannya dan memasukkan nya ke rekening yang lain salah satunya ke rekening milikku. Aku tidak pernah mengerti kenapa mamaku bisa setamak itu.

"Percayalah pada mama nak. Mama tidak merebut apapun dari siapapun. Mama hanya menggunakan apa yang menjadi hak mama yang tidak pernah mama dapat sejak dulu" selalu kata-kata itu yang di jadikan mama sebagai kata pembenar dari setiap aksi kemaruk yang di lakukannya.

Cukup sampai di situ. Sekarang aku akan membahas tentang kenyataan yang kedua.

Papa ku telah memiliki istri muda dan akan memiliki dua anak. Menurut cerita papa seharusnya anak yang di kandung tante Corie adalah anak ketiga mereka. Tapi karena suatu musibah anak kedua mereka harus pergi. Dan mama Sarah adalah orang yang bertanggung Jawab atas semua itu. Sejak saat itulah hubungan antara papa dan mama menjadi renggang hingga sekarang.

Hubungan papa dan mama tidak seharmonis dulu, bahkan sudah beberapa tahun terakhir mereka telah pisah ranjang.Papa hampir tidak pernah pulang ke rumah karena papa lebih memilih tinggal di rumah nya yang baru bersama tante Corie dan Tasya.

Aku tidak menyalahkan papa jika memiliki istri lagi selain mama, tapi aku juga tidak mendukung papa karena sudah selingkuh dari mama. Aku bingung harus bersikap bagaimana karena semua nya terlalu mengejutkan bagiku.

Kalau berbicara tentang papa yang punya wanita idaman lain, aku jadi nyengir sendiri. Ternyata sifat playboy papa menurun ke aku.

Tapi aku tidak Sebaik papa yang menikahi wanitanya. Aku memang bukan lelaki baik, aku cenderung brengsek. Yahh mungkin karena itu Tuhan tidak menjodohkan ku dengan Flora yang manis dan tulus itu.

Aku akan menceritakan sedikit kenakalan ku selama 4 tahun hidup bebas di Amerika tanpa pengawasan dari orang tua.

Selama di Amerika aku tinggal satu apartement dengan seorang teman wanita ku bernama Carmen. Seorang wanita cantik dan lebih dewasa dari ku.

Pertemuan tak sengaja di Club malam itu berlanjut hingga percintaan panas pertama kalinya bagiku dan juga Carmen. Aku tak menyangka jika aku melepas keperjakaan ku dengan memerawani seorang wanita dewasa seperti Carmen. Singkat cerita kami menjalin suatu hubungan saling menguntungkan tanpa ada rasa cinta. Di garis bawahi ya tanpa cinta. You know. Kami hanya fathner saling memuaskan satu sama lain.

Bagaimanapun aku ini lelaki normal yang selalu saja menahan hasrat ku saat bersama Flora apalagi saat berjauhan dengan nya aku sangat tersiksa .

Namun kehadiran Carmen seolah memberi warna berbeda dan jujur ku akui ketika aku sedang bercinta dengan Carmen aku selalu membanyangkan jika melakukan hal itu dengan Flora.

Aku meneriakan namanya dan untungnya fathner ku itu tak pernah protes.

Dia terlihat begitu menikmati setiap sentuhanku dan percintaan kami selalu memuaskan.

Entah bagaimana sekarang keadaan Carmen, semenjak kepulangan ku ke Jakarta kami tak pernah lagi berkomunikasi. Mungkin dia sekarang sedang sibuk? Entahlah. Tapi memang beberapa bulan ini dia terlihat berbeda .

Mengingat kenakalan ku itu, aku tidak yakin jika Flora bisa memaafkan ku jika saja hal itu di ketahuinya .

Aku memang brengsek. Dan juga tidak pantas untuk Flora. Apakah ini semua adalah karma dari Tuhan sebagai balasan untukku??

******************

Aku mengemudikan mobilku memasuki gerbang besar sebuah mansion.

Aku menghentikan mobil ku saat sudah berada di pekarangan yang luas itu. Sebelum keluar dari mobil aku mengambil kacamata hitam di atas dashboard dan mengenakannya.

Ku lihat Flora dan Catty di ikuti Mita baru saja keluar dari pintu masuk besar. Melihat Flora kembali membuatku mengingat kejadian tadi malam dimana aku seperti keledai dungu hanya bisa diam di saat kekasihnya di rebut oleh seseorang dengan cara mengikatnya dalam sebuah pertunangan.

Hati ku sangat sakit jika mengingat hal itu. Tapi aku tetap harus kuat dan menghadapi nya. Aku berjalan melewati ketiga wanita itu. Dari sudut mataku aku melihat Flora berdiri termangu. Aku masuk ke dalam mansion ini dengan perasaan penuh sesak.

"Joy.. Dari mana saja kamu?? " suara itu menahan ku untuk menaiki tangga ke lantai atas.

Mama masih duduk santai di sofa empuk ruang keluarga dengan kaki selonjoran. Dengan tangan yang masih memegang botol kecil yang aku tau isinya adalah kutex berwarna merah.

"Duduk sini sayang" ajak mama sambil menepuk sofa di sebelahnya. Aku hanya menurut dan melepaskan kacamata hitamku.

"Kamu belum menjawab pertanyaan mama sayang. Kenapa kamu beberapa hari ini tidak pulang? "

" Mama stand by di rumah? " Tanya ku mengalihkan pertanyaan mama.

"Tentu saja mama di rumah. Kau tau mama sangat khawatir ketika kamu tidak bisa di hubungi"

"Kemarin aku jalan-jalan sama Flora ke luar kota. Tapi kemudian Flora pulang ke Jakarta dan Joy masih tetap di sana karena masih ada urusan" jawab ku jujur dan sedikit berbohong.

"Kau tidak membohongi mama kan sayang? "

"Enggak ma.."elak ku cepat .

"Bagus. Mama tidak ingin kamu suka berbohong sama mama seperti papa mu yang tidak berguna itu "

Aku hanya diam tidak menanggapi ocehan mama mengenai papa. Mama tidak tau saja jika aku baru saja dari rumah papa dan tante Corie. Aku tidak bisa bayangkan jika mama mengetahuinya. Mungkin dia akan marah besar dan terlihat sangat mengerikan.

"Joy mama tidak suka jika kamu dekat dengan anak sialan itu"

"Siapa maksud mama? " tanya ku seolah tidak tau siapa yang di maksud mama.

"Siapa lagi jika bukan Flora. Kau tau mama sangat membenci nya"

"Memang Flora salah apa sehingga mama sangat tidak menyukainya"

"Pertama dia akan merebut semuanya dari kita. Setelah dia menikah dengan Tuan Jake maka seluruh aset Kesuma Group akan resmi berpindah tangan kepadanya. Dan kita tidak akan dapat sepeser pun. Untungnya mama sudah melakukan tindakan antisipasi dengan melakukan sedikit tindakan hingga kita bisa dapatkan uang yang banyak meski belum sebanding dengan hak yang seharusnya mama dapatkan"

"Tapi ma.. "

"Mama belum selesai Joy. Alasan kedua. Dia adalah penyebab mama jatuh dari tangga dan mengalami pendarahan hebat hingga calon adikmu harus pergi. Tak cukup sampai di situ rahim mama juga harus di angkat. Mama tidak akan bisa hamil lagi"

Mama menyeka sudut matanya yang telah basah. Aku mendekati mama ku dan memeluk mama dengan sayang. Aku tau betul jika yang di katakan mama tidak lah benar.

Aku masih ingat betul kejadian sesungguhnya. Karena saat kejadian itu aku sedang berada di lantai dua dan akan turun tangga. Aku menemukan Flora yang sudah ada di lantai dua sangat dekat dengan tangga. Sedangkan mamanya masih di undakan tangga hampir dekat dengan Flora, dia mencoba meraih Flora karena kehilangan keseimbangan mama Sarah terjatuh terguling-guling dan mengalami pendarahan hebat. Sebenarnya tidak masuk akal jika Flora di persalahkan atas kejadian naas itu.

***********

Setelah menenangkan mama aku naik ke lantai dua. Rencananya aku akan masuk ke dalam kamar ku. Saat aku sudah berada di depan pintu kamar ku, entah mengapa mata ini tertuju ke arah pintu kamar Flora yang berwarna pink yang bersampingan dengan pintu kamar ku. Entah mengapa kaki ini ini melangkah menjauhi pintu kamarku dan tangan ini meraih handel pintu berwarna pink itu. Tidak di kunci. Aku pun masuk ke dalamnya.

Kamar dengan nuansa pink itu tampak rapi. Aku merebahkan diriku pada ranjang besar milik Flora. Aroma wangi Flora menguar begitu nyaman ku hirup dalam-dalam seolah menyimpannya di memoriku hingga kesadaran ku

perlahan-lahan memudar.

*****************

"Joy bangun sayang" itu seperti suara Flora. Aku membuka mata ku.

Ahh aku tertidur di kamar Flora rupanya.

Cup

Dia mengecup kening ku.

Senyuman nya sangat menawan.

"Flo.. Kau tidak marah"

Dia menggeleng dan mengusap wajahku lembut.

"Aku tidak marah. Tapi.. " dia menggantung kata-kata nya.

"Tapi apa Flo.. "

"Bangun Joy.. " ucap nya lembut.

"Aku sudah bangun Flo"

"Tidak Joy. Kamu masih tidur di kamar ku. Ayo bangun sayang "

Aku heran mendengar ucapan Flora. Dia semakin menjauh dari penglihatan ku dan semua menjadi hitam.

"Joy apa yang kamu lakukan di kamar ini? Astaga jangan bilang kamu salah masuk kamar" itu seperti suara mama ku.

Sontak aku langsung membuka mata ku dan mama sudah ada di hadapan ku.

Ahh ternyata tadi hanya mimpi.

"Ayo bangun nak. Temani mama makan malam ya"

"Hah? Sudah malam ma..?"

"ini sudah jam 7 malam sayang"

Yaa Tuhan berapa lama aku tertidur di kamar Flora??

Semoga Flora tidak tau jika aku sempat tertidur beberapa saat di kamarnya.

"Ayo jalan Joy. Jangan melamun"

Aku menurut dan mengikuti mama turun ke lantai dasar melalui lift. Mama tidak pernah mau menggunakan tanga karena kata mama naik tangga di mansion ini selalu mengingatkan dengan kejadian yang menyakitkan hati.

Saat sudah mendekati ruang makan kami melihat papa Daniel yang sudah ada di ujung meja. Ada juga om Joseph,tante Rosita dan Angga di sebelah kiri papa. Di sebelah kanan papa ada Catty, Mita dan juga......Kekasih hati ku.

Ralat mantan kekasih ku.

Bukan !!!!!

Kami belum putus.

Tidak pernah ada kata-kata putus jadi dia masih kekasih ku. Oke fix. Kekasihku yang sudah menjadi tunangan dari lelaki tua itu. Sungguh miris nasib cintaku.

Kok gue jadi cowok melankolis sih..

"Joy.. Ayoo sini gabung " seru papa memanggil. Aku melirik mama yang seperti enggan mendekat ke ruang makan.

"Ayo ma.. "aku menggenggam tangan mama yang terasa kaku dan membawa nya ke meja makan. Mama memilih duduk di kursi ujung yang berseberangan dengan papa. Dan aku duduk di samping Angga. Posisiku berseberangan dengan Flora yang menundukkan kepalanya tanpa berani melihat ke arah ku.

"Kenapa kamu tidak mau melihat aku Flo? Kenapa? "

Rasanya aku tidak napsu makan. Hanya sedikit makanan yang berhasil lolos melewati kerongkongan ku.

Acara makan malam ini terasa kaku bagi ku yang hanya diam . Hanya denting sendok dan garpu yang bersahutan.

Hanya yang papa asyik berbincang-bincang dengan om joseph dan tante Rosita tanpa menghiraukan mama yang melihat ke arah papa dengan tatapan sendu.

Aku menggenggam tangan mama mungkin dengan cara itu bisa membuat mama bisa lebih tenang.