Binar tidak memiliki banyak waktu lagi saat dia merasa identitasnya akan terkuak, tidak sangka anak sekolah menengah atas akan sepandai itu dalam mengidentifikasi dirinya. Terlebih anak buah Athala, mereka tampak sudah menyusun rencana untuk menentang Binar.
"Marcel, Plan B!" perintah Binar,
Marcel mengangguk, dia sudah mengambil beberapa anak buah Athala hampir separuhnya tanpa sepengetahuan pria itu.
Alasan kenapa Binar merencanakan pembubaran Outwals geng adalah, pertama geng itu sudah banyak merugikan bahkan mengakibatkan korban jiwa tidak hanya satu atau dua. Kedua, merugikan. Ketiga, anak yang ada di dalamnya tidak pernah bisa bebas. Keempat, karena Binar tidka menyukai geng itu.
"Bin, mikirin apa?"
Binar menatap Alvino yang ada di sebelahnya, teringat Alvin yang membantunya. Baru kali ini merasa bersalah pada seseorang.
"Ngga, oh ya, menurut kamu kalau semisal geng Outwals bubar, pengaruhnya besar gak sama anak-anak kaya kita gini?" Binar ingin membenarkan prasangkanya lagi.
"Menurut gue banyak banget, anak kayak kita gak perlu lagi takut buat kemana-mana apalagi kalau pas-pasan sama mereka."
"Kedua?"
"Kedua, keadilan jelas langsung bisa di tegakkan. Lo tau kan Outwals geng gak pernah satupun dihukum sesuai apa yang ada di peraturan?" Binar mengangguk setuju,
"Kalau misalnya aku bisa bubarin geng itu, kamu bakal kasih aku apa?" tanya Binar,
Alvino adalah alasan besar dari keputusannya untuk membubarkan geng Outwals.
"Gue gak bakal biarin lo ngelakuin itu meski gue bisa kasih semua yang gue punya,"
Binar tertawa, "Terharu," ucapnya jenaka,
"Ngga, aku beneran. Bayangin aja deh kalau semisal gak bisa di lakuin, bayangin aku bisa bubarin geng itu. Kamu bakal kasih aku apa?" tanya Binar lagi,
"Lo gak bakal bisa," ucap Alvino,
"Aku bisa," jawab Binar dengan tatapan jujur, "Tapi setelahnya aku bakal hilang dari sini,"
"Nggak usah, lebih baik Outwals geng tetap ada dan lo selalu ada di sini."
Binar menarik senyumnya tipis, itu mengundang prasangka buruk untuk Alvino.
"Jangan berbuat hal yang aneh-aneh, kita setahun lagi disini. Sabar,"
Binar mengangguk setuju, dia juga tidak ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Alvino. Binar merasa memiliki kakak lelaki jika berada di samping Alvino, di samping pria ini memiliki sifat dewasa dan penyayang. Alvino selalu mementingkan dirinya daripada kedua saudaranya, persis seperti Frang dan Marcel.
Tapi dia sudah banyak merencanakan ini, dan dia juga sudah membuat janji untuk pergi saat tugasnya selesai.
Membubarkan suatu perkumpulan adalah dengan menghilangkan pemimpinnya, itu rencana Binar awalnya. Tetapi dia tidak bisa, entah untuk alasan apa dia juga tidak tau pasti tetapi koleganya bilang jangan menyentuh anaknya sama sekali. Menyusahkan memang, dan Binar harus memutuskan memakai plan B. Binar akan mengambil anak buah Athalarik satu persatu dan menyerahkan pria itu ke komite sekolah agar jera. Setelah di tanyakan stau persatu, sebagian besar merasa tersiksa saat berada di geng tersebut dan tak jarang dari mereka juga beradu banyak pendapat dan tekanan mental yang kuat dari Athala.
"Ayo pul—"
"Ada apa?"
Binar menggeleng saat melihat banyak murid siswa bahkan siswi berlari ke arah lapangan, Binar menghentikan salah satunya.
"Ada apa?" tanya Binar to the point,
'Athala kecelakaan'
"Athala kecelakaan di pertigaan depan, katanya motornya ancur!"
Binar mengangguk pelan, tatapan matanya langsung kosong seketika.
"Kita kesana," ajak Alvino,
Binar mengangguk, saat sedang berlari dia menelpon ambulans karena banyak dari mereka yang hanya berlari saja. Guru-guru juga belum keluar.
"Kamu panggil guru, aku ke tempat kejadian!"
Alvino mengangguk dan berbagi tugas dengan Binar.
"Lo harus bertahan, gue yang harus musnahin lo. Kalau gue gak bisa, orang lain juga gak bakal bisa." ucap Binar,
"KASIH JALAN BUAT BINAR!" teriak salah satu dari mereka,
Binar berjalan menghampiri Athala, tidak ada yang berani mendekati tubuh bersimpuh darah milik pria itu. Hanya Binar.
"Marcel, kayaknya aku—"
'Lo manusia Neve, gue kesana sekarang'
Binar mengangguk, dia merobek seragam miliknya dan berlari menghampiri Athala.
"Sebentar lagi Ambulans sampe, kamu harus bertahan lima menit lagi."
Athala masih bisa membuka matanya.
"Tutup mata kamu, atur napas, jangan pikirin apa-apa. Baca doa, jangan bergerak!" ucap Binar dengan tenang, tangannya di taruh tepat di belakang kepala Athala yang tampaknya teebentur dan darahnya mengalir deras.
"Golongan darah lo apa?" tanya Binar,
"Jawab, gue langsung cari pendonor sekarang!"
Entah kenapa Athala malah tertawa, "Jawab bodoh!" sarkas Binar,
"AB negatif," ucapnya lirih.
"Marcel, cariin gue darah AB negatif!"
'Farhan AB negatif!'
Binar menghela napasnya.
"Udah gue duga,"
Binar menatap manik mata Athalarik yang hendak tertutup, darahnya keluar sangat banyak. Dan detik itu mobil Binar sampai, yang di kendarai Marcel dengan ambulans miliknya—juga.
"Aku pinjam ambulans milik divisi,"
Binar mengangguk, aksinya jadi tontonan warga SUNSCHOOL. Dan tak lepas dari tatapan Alvino.
"Pendarahannya dulu!" ucap Marcel,
Binar memejamkan matanya, sudah sangat lama sejak terakhir dia seperti ini.
"Kalau kamu gak kuat biar aku aja,"
Selang beberapa menit setelahnya, ambulans yang Binar hubungi datang dan langsung membawa Athala bersama mereka.
"Kamu udah kerja keras," ucap Marcel pada Binar, "Besok waktunya." gumam pria itu, Binar hanya bisa mengangguk.
Rencananya bahkan terlalu lancar untuk melakukan planing B, mungkin besok Athala akan mengalami Amnesia jangka panjang. Binar berani mengambil resiko untuk dirinya sendiri, taruhannya nyawa jika nanti Athala tidak sadarkan diri.
"Panggil Farhan buat pencocokan darah," pinta Binar,
Marcel mengangguk, dia berjalan mengikuti Binar menuju mobilnya.
***
Saat Marcel bilang pada Binar, 'Lo juga manusia' itu adalah ketika Binar takut rencananya tidak berjalan lancar karena darah yang Athala keluarkan tidaklah sedikit. Tubrukan itu terlalu keras dan waktunya yang lebih cepat dari dugaan.
"Kira-kira dia bakal selamat bukan?" tanya Binar,
Marcel mengangguk, "Pasti." jawabnya,
Saat sedang menunggu di ruang tunggu rumah sakit, seseorang mencarinya.
"Neve Greyson?"
Binar menghela napasnya, dia berbalik menatap Marcel.
"Cel, aku udah selesai. Sisanya bisa kan kamu yang atur? Pria tua bangka itu lagi-lagi bikin masalah sama bunda," gumam Binar di akhir kalimatnya,
Marcel tertawa, dia mengacak rambut Binar dengan gemas.
"Urusin orang tua kamu dengan baik dan benar, kalau gak bisa kamu tanya internet."
Binar berdecih dan mengangguk, "Nanti kalau ada apa-apa bisa kabarin aku,"
"Lo lupa? Gak boleh pegang ponsel di sekitaran mansion keluarga Greyson, terlebih lagi jika hal tersebut tidak pen—"
"Iya berisik!" sentak Binar.
Pria tua itu lagi-lagi mengganggu keluarga nya yang sudah tentram, dan jika sudah seperti itu yang di korbankan lagi dan lagi hanya Binar seorang.
Lagi-lagi hidup sebenarnya terlalu menyedihkan.