Chereads / Love More Precious / Chapter 13 - Simpang tiga

Chapter 13 - Simpang tiga

"Ada di depanmu,"

Binar mengarahkan tatapannya lagi ke depan, mengerjap untuk kesekian kalinya tetapi perubahan tatapan mata dari Athala juga merubah cara pandangnya.

"Lo mau darah lo doang bukan?"

Binar tidak menjawab, sambungan telpon itu masih terdengar hanya deruan napas dari pria di sebrang sana.

"Hm," jawabnya bergumam, "Hanya darah aku," jawabnya lagi.

"Bagus, gue bakal balikin darah lo. Ambil darah lo yang jatuh dari gue,"

'Nev, perasaan gue gak enak'

Binar mengangkat sebelah alisnya, "Bunuh diri? Sekalipun lo begitu, gue akan tetep kejar lo bahkan sampai ke neraka sekalipun," gumam Binar,

Athala masih memandang Binar.

Gadis itu tau apa alasan dibalik sikap Athala sekarang, tak lain adalah tekanan dari keluarganya pasti. Keluarganya yang di dominasi banyak mafia itu dan terkenal senegaranya, Binar tau pasti Athala sudah mendengar dan bahkan sudah satu dari keluarganya yang menghubungi Athala.

"Diam di situ, mati pun tidak akan membuat akhiratmu bahagia." ucap Binar, dia berjalan mendekat ke arah Athalarik.

"Lagipula tidak ada mobil kecil disini, banyak mobil box bahkan traktor lewat. Paling tidak tulangmu sedikit terpisah, rasanya tidak enak."

Tidak ada manusia seperti Athala yang rela hidupnya terbuang sia-sia terlebih lagi menghadapi rasa sakitnya, Binar tau itu bahkan dia hapal.

"Kemungkinan paling kecil kau hidup dengan tangan atau kaki yang hilang, tidak satu. Mungkin dua atau bahkan hampir seluruh tanganmu, apa kau hanya butuh wajah tampan saja? Ah, bahkan bisa saja wajahmu itu berubah menjadi buruk, bukankah ketakukan terbesar seseorang yang tampan adalah, wajah buruk. Benar?" ucapnya sambil berjalan ke arah Athala,

"Butuh berapa tahun untuk menguat mentalmu? Bukankah banyak pembully an di sekolah?" tanya Binar lagi,

Terlihat jelas wajah Athala yang tetap santai, dia tidak berniat benar-benar untuk melompat ke jalan itu. Hanya butuh waktu untuk mengenali wajah gadis yang sedang menuju ke arahnya ini, bukan hal mudah. Kepalanya menjadi pusing berat.

"Tetap di sana...." ujar Binar dengan nada mengintimidasi.

"Tolong cari siapa yang berbicara pada Athala, bahkan terlihat jelas di sedang menahan rasa takutnya," Binar meminta Marcell untuk mencari siapa lagi kali ini keluarga yang mencampuri urusan pribadinya.

Binar melambaikan tangan saat jalan sedang lenggang, memang mansion nya dekat dengan pabrik yang dibangun oleh keluarganya, pabrik wine. Beberapa truk dan kendaraan besar banyak yang melewati jalanan itu karena hanya itu jalan utama yang terhubung dengan jalan raya.

Binar tersenyum miring saat dia berada di hadapan Athala yang berdiri di atas tanjakan aspal dan dia yang berada dibawahnya.

"Kau dengan mudah bertambah tinggi," gumam Binar,

Athala mengernyit, akhir-akhir ini dia sangat suka mengernyitkan dahinya untuk berpikir.

"Kau hanya butuh darah bukan?"

Pertanyaan yang terlontar dari bibir ranum milik Athala mengundang tawa Binar, tak ayal dia mengangguk.

"Ya, yang aku butuhkan hanya darahku saja. Termasuk berharga jika aku menyumbangkan sekantong darah yang terdapat titisan kegelapan di dalamnya." ucap Binar.

Dia tidak melupakan fakta bahwa Athala bukanlah orang yang mudah takut bahkan terintimidasi, tidak tau seberapa buruknya Athala jika saja dia tidak menyelesaikan kasus pembullyan dan pembubaran geng Outwals kemarin.

"Sebenarnya siapa kau?"

Binar tersenyum, "Aku?" tanyanya,

Athala masih memasang wajah datarnya, kepala dan isi otaknya terus berpikir bagaimana anak baru ini bisa dekat dengan dirinya. Yang ada diingatan Athala adalah, Binar anak pertukaran pelajar yang selalu saja menghalangi dia saat sedang ingin bolos jam pelajaran.

"Kenalin, Neve Greyson. Generasi ketiga, ah, mungkin kamu gak mau tau lebih jelas kan? Gak penting juga kesannya," jawab Binar,

Saat sedang berbincang random dengan Athala dan memandangi wajah satu sama lain, Binar dikejutkan dengan suara wanita yang memanggilnya. Tidak lain tidak bukan, itu adalah bundanya. Bahaya jika salah satu keluarganya melihat Athala disini, berhubungan dengan salah satu orang yang berhubungan dengan klien di sebut pelanggaran karena dianggap tidak profesional.

"IYA BUN!" Binar berteriak menjawab panggilan ibundanya.

"Lebih baik kau pulang, aku akan mengambilnya jika aku ingin," Binar berujar sebelum dia berlari kembali masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Athala yang masih terpaku diam di sana.

"Generasi ketiga, Neve Greyson?"

Saat sedang melamun, ponselnya berdering. Tertera nama 'ibu angkat' disana. Athala langsung menerima panggilan itu.

"Ada apa, bu?" tanyanya pertama,

'Dimana kamu?'

"Jerman," jawab Athala,

'Holiday?'

Athala mengangguk, mungkin saat seseorang aneh tadi menginginkan darahnya. Itu adalah akhir dari hidupnya, bagaimana bisa sekantong darah saja di pinta kembali oleh orang yang mendonorkan nya? Padahal bukankah Athala tidak meminta?

"Nanti Athala pulang lusa,"

'Yasudah, Hati-hati. Nanti ibu pesankan tiket pesawat untuk kau pulang'

"Hm, terimakasih bu."

***

Berpikir menghabiskan waktu di Jerman, dia memesan taksi dan mencari hotel untuk beristirahat sejenak. Sedari dulu dia juga sering berpergian sendiri, bahkan pernah pergi tanpa membawa apapun hanya membawa debit card dan ponselnya saja.

"Thankyou,"

Athala keluar taxi dan berjalan masuk ke dalam hotel untuk check-in.

Saat sudah mengurus tempat beristirahat nya, Athala masuk ke dalam kamar dengan jaket berada di tangannya. Ketika dia masuk ke lobi utama terdapat television yang tengah menampilkan berita trending topik di Jerman.

'Diamond Dark'

"Diamond Dark?"

Ternyata hanya dia yang tidak tau dan tidak Perduli tentang geng mafia yang tengah trending di banyak negara. Banyak sekali orang negaranya yang berspekulasi tentang mafia tampan yang baik hati, tinggi, memiliki kulit dan tubuh yang bagus. Terlebih lagi dia ingat bagaimana wajah Athur ketika mendengar bahwa ada mafia yang cantik bernama Neve.

"Neve," gumamnya, orang yang baru saja dia temui.

"Tidak baik bukan berhubungan dengan salah satu anggota mafia, terlebih lagi mafia terbesar yang mendominasi dunia saat ini." dia berpikir untuk menemui Neve lagi besok.

***

Sementara di tempat berbeda, Binar tengah dihakimi oleh kedua orangtuanya.

Pertanyaan seputar 'apakah orang tadi adalah pacarmu?' terus saja dilontarkan oleh keduanya. Berhubung Binar adalah anak satu-satunya atau tunggal di keluarga itu, banyak yang berharap bahwa Binar akan mendapatkan kekasih dan segera menikah. Padahal dulu tidak banyak yang memperhatikan dirinya.

"Bukan, bunda. Dia bahkan baru saja bertemu denganku," jawab Binar berbohong.

"Apa benar? Bunda barusan lihat kau tampak akrab dengannya,"

"Dia menanyakan arah," jawabnya lagi acuh,

"Kau tida pernah sampai lari keluar untuk membantu seseorang, bunda tau lebih jelas bagaiamana kamu sebenarnya." jawab bunda,

Binar menghela napas, dan saat bundanya melihat itu dia merasa menang dan menyuruh Binar membawa pria yang disebut-sebut sebagai kekasihnya itu.

"Bukan pacarku, bunda!" ucap Binar lagi dan lagi,

"Tidak apa, jika itu temanmu bawa saja kemari. Jarang sekali ada yang bertamu,"

Tidak ada pilihan lain selain menghela napas dan menuruti saja apa yang bunda inginkan.

Dia akan membawa Athala besok, ke rumahnya.