Chereads / Love More Precious / Chapter 16 - Pembalasan dendam

Chapter 16 - Pembalasan dendam

Part ini terdapat banyak adegan kekerasan yang tidak patut di contoh, ini hanya cerita fiksi belaka. Untuk anak yang berada di bawah umur jangan berbuat hal-hal yang aku taro di sini.

***

"Lo, serius?"

Binar diam, dirinya fokus mendengar apa yang Marcel perintahkan.

'Bagian leher sebelah kiri, kamu bisa serang itu terlebih dahulu karena berada di titik sendiri nya'

Dia mengarahkan pisau kecilnya ke arah leher pria tua itu.

"Kau tau apa kesalahanmu Tuan Burnley?" tanya Binar sebelum melanjutkan aksinya,

Mendapat jawaban serupa gelengan itu membuat Binar jengah, "Bahkan saat keluar D2 menghampiri dirimu, kau dengan teganya melupakan kami," cerca Binar

Athala diam, tidak tau harus bereaksi bagaimana. Dia juga tidak pernah menyangka kenapa pekerjaan Binar se menyeramkan dan se extrem ini, tidak ada dipikirannya. Yang ada dipikirannya hanyalah tentang mengintai dan mengawasi.

"Tepat di leher kiri," ucap Binar lagi,

Tetapi saat berbicara itu dia tidak mendapatkan respon dari Athala, akhirnya Binar sejenak menengok ke arah Athala.

"Tha?" panggilnya,

Athala memandang Binar, tangannya mendadak gemetar. Entah dia trauma atau apa, rasanya tidak bisa lagi melakukan kekerasan pada orang lain terlebih disaksikan oleh seorang wanita meskipun itu Binar yang bahkan sudah terlalu sering melakukan itu.

"Aku akan mengeksekusi nya sekarang, jika memang kau tidak bisa ... keluar saja sekarang, tunggu aku di depan,"

***

Dua hari setelah hari itu, dimana Athala ditinggal oleh Binar mengejar orang targetnya dia disuruh untuk kembali ke tempat Binar saat sepulang ngampus.

Awalnya dia pikir akan pergi makan atau hangout seperti remaja lainnya, tetapi dia malah dibawa kemari. Terlebih lagi dia disuruh ikut menyaksikan dan membantu.

"Kau bisa melakukannya sendiri?" tanya Athala,

Pada saat yang sama, tuan Burnley yang tidak diikat atau diberikan pengaman agar tidak kabur malah mengambil balok kayu yang diberikan pada Athala.

Athala yang melihatnya berusaha membalikkan posisi menjadi dia yang berada di posisi Binar, tetapi Binar yang peka malah memeluk dan menutupi seluruh tubuh Athala dengan tubuhnya.

"AKH!"

Binar menolehkan matanya tajam, "Bahkan kalau kau akan melarikan diri, kakek ku sudah menunggu kematianmu di luar,"

Athala terus menatap punggung Binar, apa perlu dia memanggil ambulance atau polisi kemari. Tetapi rasanya tidak bisa karena Binar pasti akan tertangkap juga.

"Sakit?"

Saat sedang tegang-tegangnya, sempat sekali Athala menanyakan kondisinya.

"Lebih baik kau keluar saja," ucap Binar, dia terus menatap ke arah tuan Burnley. Berjaga-jaga jika nanti dia akan menyerang tiba-tiba.

Ruangan yang memang luas tanpa satu barang pun, gelap, dan hanya ada satu kursi untuk duduk tuan Burnley malah membuat kesan menyeramkan dan mengintimidasi. Bahkan Athala pun merasakan itu. Saat lengah, keduanya tidak sadar bahwa Tuan Burnley mangsanya sudah menghilang masuk ke kegelapan.

"Sial," umpat Binar,

Dia melirik Athala, kenapa harus dia memanggil pria itu?

'Di depan ada rombongan kakek mu, Diamond Dark. Tidak perlu khawatir, kau hanya perlu melumpuhkan persendian di leher kirinya, dia akan melemah dengan sendirinya'

Saat Marcel mengatakan itu, Binar menghela napasnya sedikit lega. Bekas pukulan balok kayu tadi mulai terasa dan langsung melumpuhkan kakinya, dia tidak bisa berdiri tegak dan Athala langsung ikut terduduk.

"Maaf," ucap Athala,

Binar mengangguk, "Lukanya hanya sebentar, tidak usah terlalu dipikirkan." ucap Binar pada saat itu yang malah membuat Athala semakin memikirkannya.

"Kau bisa keluar, setelah ini aku akan menghampiri dirimu di luar. Karena aku juga berkemungkinan akan membunuhnya nanti," ucap Binar,

'Mereka melihat kinerja mu'

Binar menatap ke arah pintu keluar, mungkin sang kakek sedang berada disana untuk menghujat dirinya lagi dan lagi. Membuatnya seakan sangat rendah hanya karena mengeluh sebentar.

"Gue bakal tetep disini, gimana kalau nanti lo malah yang dibunuh sama dia?" jawab Athala,

Binar tertawa, "Mungkin, gak menutup kemungkinan sih. Sebenarnya dia juga lebih menyeramkan daripada aku," tambah Binar yang malah membuat Athala bertambah ciut.

***

Tuan Burnley sudah menempati tempat duduknya lagi, Binar sudah memukulnya menggunakan balok kayu itu. Kejadian rinci nya bahkan tidak bisa diceritakan ulang oleh Binar karena hanya berjalan sekelebat mata.

Saat sedang mengobrol dengan Athala, Binar melihat pria masuk dan dengan sigap mengambil balon kayu besar, sebenarnya dia hanya mengincar batang lehernya saja, tetapi Binar malah memukul batang leher serta tempurung kepala yang langsung membuat darahnya mengalir kemana-mana. Hal ini untuk membuat Athala yang sedari tadi terkagum dengan kecantikan Binar, terkejut dan langsung menjatuhkan dirinya.

"Selesai," helaan napas Binar terasa, ini adalah tugas terakhirnya sebelum terbebas dari dunia ini. Membayangkan diri bisa pergi bermain dan berbagi kebahagiaan dibawah terangnya matahari membuat dia lupa dengan manusia yang hampir menjadi jenazah itu.

"Aku sudah selesai, kau yang akan mengurus sisanya. Aku akan membersihkan diri dan luka ini," ucap Binar pada Marcel,

'Ya, selamat untuk pelepasan mu' ucap Marcel yang dijawab tawa pelan oleh Binar,

Dia menghampiri Athala, "Dia tidak mati, kau jangan khawatir. Ayo kembali,"

"Kau tidak terlihat kejam dadi kenyataannya saat bersama orang lain," nada bicara Athala berubah, bergetar.

Firasat Binar berkata bahwa sebentar lagi pria itu akan kehilangan kesadarannya, bagaimana bisa Binar menjadikan pria ini kekasihnya jika kenyataannya Binar yang lebih pantas untuk menjadi seorang pelindung.

"Kau punya pekerjaan yang harus dilakukan, jangan terlalu memikirkan hal ini. Bersihkan dirimu dan jangan pulang dalam keadaan sepeda itu,"

Binar sudah lama diam dengan kehidupan ini, dia sudah banyak melihat bahkan melakukan hal-hal menyeramkan yang bahkan tidak bisa dilihat orang lain. Contohmya membunuh, dia bisa melakukan apa yang dia sukai dengan perintah itu, tetapi kali ini tidak bisa. Karema perintah yang hanya menyuruh Binar untuk membuatnya lumpuh saja.

"Kau tidak ingin bangun?"

Athala meraih lengan Binar dan bangun, kakinya yang masih lemas membuat dia tidak sanggup berdiri tegak. Dia menjatuhkan dirinya ke pelukan Binar.

"Cih, lemah." ucap Binar,

"Kau yang bodoh, bagaimana seseorang yang baru saja membunuh orang lain mempunyai ekspresi sesantai itu?" balas Athala,

"Aku mungkin sudah terbiasa, lagipula aku tidak akan melakukannya lagi. Ini yang terakhir," jawabnya.

Athala memejamkan matanya, "Terakhir ataupun tidak, kau lebih layak disebut psychopath daripada mafia."

"Monster?" tanya Binar memperjelas statusnya,

"Hm, kau monster." ujar Athala,

Apa dia pernah berpikir memenggal kepala orang yang bahkan baru dia kenali bukanlah hal yang baik untuk kesehatannya, jump scare yang menakutkan. Bayang-bayang yang terus menghantui, dan bahkan itu bisa menimbulkan trauma psikis. Tetapi kenapa Binar terlalu santai dengan hal itu