Chereads / Mr. Bodyguard Don't Love Me (Bhs Indonesia) / Chapter 22 - Berita Baik atau Buruk

Chapter 22 - Berita Baik atau Buruk

...

Kembali ke aktivitas biasanya.

Ruang istirahat gedung Starshot.

Verss, Mimin dan Derek menikmati istirahat siangnya di sela jadwal Verss yang padat, kembali lagi menjadi Versa Yanng yang sangat sibuk, Gale tidak terlihat di dalam ruangan, sangat aneh biasanya ia selalu nempel kemana saja Verss pergi, mungkin karena ruang istirahat dan terutama gedung Starshot sudah cukup aman hingga pengawal pribadi misterius itu bisa meninggalkan Verss sejenak untuk mengurus masalah pribadinya.

Di atas sofa Verss dan Derek asik memainkan game online berdua, mengabaikan suara televisi yang menyala di depan mereka, hanya Mimin yang serius memperhatikan berita siang sambil terus memasukkan kripik kentang kesukaannya ke dalam mulut kecilnya, ia duduk mengangkat satu kakinya ke atas sofa bak perompak dalam film-film, cewe tomboy itu memang sudah tidak punya malu bertingkah seenaknya di depan Versa dan Derek yang memang sama sekali tidak memperhatikannya.

Kruess kruess.

Mulut Mimin penuh, matanya besar melihat berita yang muncul. Seorang reporter wanita di dalam layar.

"Berita ekonomi hari ini, saham Karmen Group menukik turun beberapa hari setelah pemakaman pemilik perusahaan berlangsung, pihak keluarga menjual saham dalam jumlah yang banyak hingga menyebabkan harganya menukik hingga harga paling rendah selama dua puluh tahun belakangan, konon perusahaan yang sebelumnya sudah di ujung tanduk sudah berapa kali melelang saham sejak beberapa bulan lalu tapi belum berhasil, pemilik saham dominan sekarang dimiliki publik dengan jumlah hampir tujuh puluh persen, masih belum diketahui siapa yang mendominasi tapi penjualan saham ditutup sebelum interval kedua dan akan dibuka kembali menjelang sore, menurut direktur utaman Karmen Group Luke Karmen mengatakan mereka mengambil keputusan melelang saham setelah berbagai upaya untuk menyelamatkan beberapa anak perusahaan tak kunjung berhasil"

Tak lama muncul wajah seorang pria sebaya yang diwawancara seorang reporter wanita di dalam ruang kerjanya.

"Yah ini langkah yang sangat sulit, manajemen sudah melakukan berbagai upaya tapi sepertinya memang harus melepas anak perusahaan dan menjual saham ke publik, setelah ini Karmen Group akan berpindah tangan..." Suara responden dalam televisi.

Vers mengangkat kepalanya, walau sampai kapanpun ia akan selalu mengingat suara itu.

Matanya melihat dengan tajam, seolah menahan diri untuk tidak meledak, Verss maju dan meraih remote control, mematikan televisi cepat.

Mimin yang tengah serius menonton terkejut, ia begitu semangat melihat berita ekonomi tapi layar tiba-tiba mati, ini berita ekonomi pertamanya, Edwin bilang ia harus banyak nonton berita agar lebih pintar. Mulutnya masih penuh makanan saat melirik Verss yang masih memegang remote dengan wajah pucat, tadinya ingin marah tapi ia malah bingung.

"Vers, kok dimatikan, khan lagi nonton berita" Mimin berusaha mengambil remote itu dari tangan Verss tapi pemuda itu malah menyingkirkannya ke meja di belakangnya, agak jauh dari Mimin.

"Verss ngantuk kak, mau tidur beritanya berisik"

Mimin protes.

"Yah apa hubungannya, Verss tidur tidur saja di pojok sana kenapa mematikan televisi, ach Verss ini, sinikan remotenya, lagi seru beritanya"

Saat Mimin masih merajuk dari arah pintu muncul Edwin yang berhenti sejenak.

"Ehem, Min, kita ada rapat dadakan, ayo cepat"

Pria empat puluhan yang sudah berkeluarga itu masuk dan berbicara dengan suara datar, melirik Mimin dan mengibaskan tangannya, Mimin masih sibuk mengunyah tambah kesal, ini khan jam istirahat kenapa ada rapat dadakan?

"Eh maksudnya, jam satuan yah bos?" Tanya Mimin, Edwin mengarahkan tangannya.

"Sekarang ayo, ini menyangkut masa depan perusahaan jangan banyak protes"

Verss dan Derek saling melirik, keduanya bukan bagian dari perusahaan secara langsung jadi tidak usah ikut rapat, Verss dan Derek melanjutkan mainnya tanpa melihat wajah Mimin yang kesal berkali lipat, mau tak mau mengangkat pantatnya yang berat dan menyeret dirinya kearah pintu.

"Aahh nyebelin"

Dua pemuda itu diam-diam mentertawakan Mimin, dan tak mau pusing melanjutkan main mereka yang sedang sangat seru, tapi, suara pintu dibuka kembali.

Ceklek.

Gale, yang masuk dan langsung menuju ke arah sofa, berdiri di depan Verss lama hingga agak menganggu, tadinya Verss juga ingin mengacuhkannya tapi pria tanpa suara tanpa bayangan seperti hantu itu sepertinya tidak akan membiarkan ia sendiri.

"Ada apa Gale?" Verss terpaksa bertanya duluan.

Gale akhirnya duduk di depan Verss, masih diam sambil menunggu Verss menyelesaikan permainannya, akhirnya karena kesal Verss menurunkan ponselnya, melihat wajah konyol Gale yang menunggunya.

"Ada apa sih kok diam saja, langsung to the point ajah"

Gale kikuk, ia menggaruk kepala belakangnya.

"Eh itu, tuan muda, besok, sudah tidak ada jadwal khan?" Tanya Gale.

Verss nengerutkan dahinya berpikir.

"Em, harus tanya Mimin, aku lupa, memang kenapa?" Verss pikir hal penting apa, ia hendak melanjutkan mainnya kembali saat tangan Gale menutup layar ponselnya.

"Em itu, tuan muda ikut yah, kita ke suatu tempat, tempat yang pasti tuan muda sukai"

Verss mengerutkan dahinya, pria di depannya ini sepertinya menyembunyikan sesuatu, hal yang mungkin sangat penting, tapi apa sih yang bisa ia lakukan, palingan mengajak candle light dinner di rooftop restoran bintang lima, atau mengajak ke taman bermain, heh ia mungkin bisa menebak apa yang diinginkan pria bertubuh tinggi besar itu.

Verss menepuk tangan Gale dari layar ponselnya.

"Iyah, kalau tidak ada acara yah"

Gale tak bisa menahan diri, ia tersenyum sendiri, ia sangat jarang tersenyum tapi saat itu sepertinya moodnya sangat baik, Verss yang melirik dari balik ponselnya mengerutkan dahinya, curiga, tapi, yah sudahlah, ia percaya seratus persen pada pria itu, ia selalu melakukan hal yang terbaik untuknya.

"He"

Pagi datang.

Langit sudah terang sejak tadi, udara segar dan suara burung-burung kecil bernyanyi di antara pohon yang tumbuh di kiri kanan jalan setapak menuju ke suatu tempat di mana Gale menghentikan kendaraannya terlihat sangat indah.

Gale menggandeng tangan Verss turun dari mobil dan bersama menelusuri jalan setapak berbatu alam dengan kanan kiri jalan yang ditumbuhi tanaman bunga beraneka rupa dan warna, walau Verss agak ragu turun karena sepertinya ia pernah melihat tempat itu, walau, semua cukup berbeda dalam pandangannya.

Verss masih mengagumi pemandangan sekitarnya, suasana yang sangat tenang, udara segar, halaman yang sangat luas dengan beberapa mainan untuk anak kecil di sisi kiri dan kanan, ayunan yang agak bergoyang saat dihempas angin, warna bangunan di ujung jalan yang sangat indah, bangunan..

Verss menghentikan langkahnya, sepatu pantofel berwarna putih hitam yang dikenakannya berhenti di atas jalan berbatu bulat, tak bisa lagi bergerak, ia menarik tangannya lepas dari Gale.

"Gale, ini, di mana?" Verss bertanya, bibirnya agak gemetar, matanya bulat besar melihat rumah besar tiga lantai dengan cat berwarna biru terang, atap berwarna merah gelap, dengan gorden jendela bermotif bunga yang melambai ditiup angin, balkon lantai dua dan lantai tiga yang luas, terlihat beberapa orang berdiri di sekitar rumah, mungkin mereka adalah para pelayan.

######