Kini, di depan pintu rumah megah dengan ukiran mewah berwarna hitam dengan kombinasi emas kami disambut oleh dua wanita dengan pakaian khas pelayan yang sangat sopan. Mereka berdua duduk Ketika aku dan Rizky melewatinya.
"Ini di mana?" bisikku pada Rizky.
"Ini rumah kita. Ayo, aku ajak kau bertemu dengan ayah dan ibu."
Tiba-tiba perasaanku tidak enak saja. seperti, aka nada hal yang tak mau kuhadapi terjadi. Namun, harus tetap aku lalui. Kenapa, ya? apakah yang dipanggil ayah dan ibu oleh Rizky akan membenci dan tak menyukaiku? Ah, kalaupun mereka akan membenciku, dan memintaku keluar dari tempat ini, aku percaya dan yakin, laki-laki yang ada di sebelahku ini pasti akan tetap memperjuangkanku.
Tidak lama kami berjalan, maksutnya mengawang. Karena sejak tadi kami sama sekali tidak melangkahkan kaki. Bahkan, kaki kami juga sama sekali tidak menginjak tanah. Kini, kami berdua berada di sebuah ruangan besar, seperti ruang meeting di dunia manusia. kursi depan yang posisinya lebih tinggi dari kursi yang lain yang memanjang di kiri kanannya dan juga di depannya duduk dua orang laki-laki dan perempuan. Kalau dilihat-lihat, mereka adalah yang paling berumur daripada yang lainnya.
'Siapa mereka semua?" bisikku lagi, penasaran.
"Nanti kamu juga akan tahu, siapa saja mereka, ayo jangan hanya bengong di sini!" serunya sambil menggandeng tanganku.
"Kau sudah pulang, Riz?" sapa wanita itu sambil melihat kea rah Rizky. Sementara aku, merasa kaku, untuk tersenyum saja susah saking canggungnya.
"Iya, Ibu. Ini, Rizky juga mengajak Ruby pulang. Ibu dan ayah mengizinkan dia tinggal di sini bersama kami, kan?" jawabnya.
"Jadi, ini alasanmu sering kabur-kabur ke dunia manusia selama ini, Riz?" tanya pria dewasa itu.
"Jika Ayah sama ibu mau mngizinkan dia untuk tinggal di sini bersama kami, Aku janji, tidak akan kabur dan lebih patuh pada kalian."
Dua orang itu pun saling bertatapan kemudian senyuman menempel di bibir mereke berdua. Lalu, wanita yang dipanggil ibu itu pun mengangguk pelan seolah memberi intruksi atau sebuah isyarat.
"Kemarilah, kau yang yang Namanya Ruby? Mulai sekarang, kau akan tinggal di sini di bawah asuhan kami," ucap wanita itu dengan lembut.
Aku hanya diam, mengangguk dan menyajawab, "Ya." dengan suara lirih yang mungkin hanya bisa kudengar sendiri.
"Lintang! Ajak adik barumu Rubi ke kamarnya. Kenalkan aturan-aturan yang ada di sini. Serta tempat-tempat yang tidak boleh di jamah," ucap wanita yang dipanggil ibu oleh semua hantu yang ada di sini.
"Ayo!" ajak seorang gadis pemilik rambut panjang dengan muka datar. Entah, aku yang terlalu sensi atau bagaimana. Aku merasa kalau gadis bernama Lintang ini sangat keberatan dengan kedatanganku di sini. Lalu, bagaimana dengan gadis-gadis yang lain?
"Mulai sekarang, ini adalah kamarmu. Dilarang berkeliaran di siang hari. Jangan sama kan dengan amnusia. Kita bukan lagi manusia. jadi, aktifitas kita adalah malam hari," ucapnya dengan letus dan muka yang datar.
"Iya, Kak. Terimakasih nasehatnya. Ada aturan lagi kah selain itu?" tanyaku. Mencoba mencairkan suasana hatinya agar dia tidak terlalu kaku. Sebenarnya aku pun males jika harus berhadapan dengan sosok dengan karakter seperti ini. Tapi, karena dia yang ditujunjuk oleh ibunda, yam au gimana lagi? Suka atau tidak ya harus terpaksa menyukainya.
"Kamu lakukan saja satu aturan yang kutunjukan padamu. Jangan sampai kau melanggarnya. Baru, tanyakan aturan yang lain!" jawabnya setengah membentak. Membuat nyaliku ciut saja. haduh dibentak sama hantu, kok ya nyeri ini hati.
Mulai saat ini, aku benar-benar resmi menjadi hantu dan hidup bersosialisasi dengan sesama hantu. aku rasa, mau hantu atau manusia semua sih sama saja. yang baik ya baik yang jahat ya jahat. sama tergantung kita. harus pandai-pandai membawa diri. namun, walau begitu juga ada banyak perbedaan antara alam manusia dan alam kami.