"Saya memang tidak memiliki sesuatu yang untuk diberikan pada anda, yang muliya raja, Luccifer. Tapi coba tolong dengarkan dulu permintaan saya. Siapa tahu, anda berkenan membantu saya," ucap Lily penuh hormat.
Lili tidak mau mengulur waktu lagi. Dia harus segera mengutarakan an-naba yang ingin dia katakan pada Lucifer lalu segera kembali ke daerah asalnya.
Lucifer terdiam mencoba memikirkan apa yang ditawarkan oleh Lily, sambil mengelus rahang dan dagunya sendiri yang tegas.
Kembali Lily sedikit mengangkat wajahnya mengintip wajah Lucifer yang terkenal sadis dan beringas. Ha cacing itu sebenarnya cukup tampan juga, Hanya saja karena dia terkenal sangat kejam jadi tidak ada makhluk betina yang berani mendekati dia. Kecuali dia sendiri yang menginginkan makhluk betina tersebut sebagai pemuas di atas ranjang.
Itu pun, dia juga tidak tahu, seperti apa cara dia main. Kasar, atau tidak.
"Baik aku setuju. Aku akan membantumu," ucap Lucifer dengan nada angkuh.
"Terima kasih yang mulia Lucifer. Saya tahu sebenarnya anda sangat baik hati dan mau menolong makhluk rendahan seperti saya. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Lily, kemudian dia memohon diri, untuk segera pergi ke alam hantu. Atau, jam tidur segera berakhir, dan dia ketahuan oleh ibunda hantunya.
Melihat penjagaan di depan gerbang sangat ketat, lili mengendap-endap melalui pintu belakang. Dia berusaha menerobos di sana. Meskipun dia seorang hantu dan bisa menembus benda, tembok dan besi. Tapi, di alamnya sendiri tidak. Karena, pada seluruh pagar dan dinding terdapat rajah, yang tak bisa ditembus oleh mahluk apapun. jika digunakan manusia seperti pintu dan tembok. Hanya manusia sakti mandraguna yang bisa meraga Sukma saja yang dapat menembusnya.
"Lili Dari mana saja kau? Bahkan ini baru menginjak senja kau sudah?" tanya salah satu temannya, Anabel, dengan tatapan penuh selidik.
"Aku... Aku dari jalan-jalan karena bosan setiap hari terus berada di dalam istana. Mumpung semua orang tidur dan beristirahat, harusnya tidak masalah kan jika aku pergi jalan-jalan karena tidak ada hal yang akan aku kerjakan?" Jawab Lily dengan sedikit gugup. Kemudian ia segera berlari untuk menghindari pertanyaan selanjutnya dari Anabel.
Saking buru-buru nya, dan tidak fokus karena menoleh ke belakang takut Anabel mengejar. Tanpa sengaja dia menabrak Ruby yang baru saja keluar dari kamar Rizky.
"Kak Lily. Mau ke mana, kau?" sapa gadis itu dengan ramah.
"Aku mau masuk ke kamarku," jawab Lily dengan ketus. Dia menyeringai jahat setelah melewati Ruby. Dalam hati ia berkata, 'Kau nikmati saja hari-hari terakhir kamu bersama Rizki di istana. Karena sebentar lagi riwayat mu akan tamat. Kau akan diusir dari sini, hahaha."
Sementara di kerajaan Lucifer, Iya terus menyiapkan diri membawa mantel kebesarannya untuk segera pergi ke istana hantu. Tempat dimana Lily tinggal. Namun, dia datang ke sana bukan untuk menemui lili melainkan Ruby.
"Yang mulia Lucifer, Apakah anda akan benar-benar membantu wanita hantu yang datang tadi?" tanya asisten pribadinya dengan kedua tangan di lipat ke depan dan kepala menunduk.
"Tentu saja. Namun, perlu kamu ingat aku menolong dia bukan karena aku dermawan dan mau berbaik hati. Melainkan, memang ada hal yang sepertinya memang bisa menguntungkan dan kubuat untuk bersenang-senang," jawab pria bertubuh tegap dan tinggi itu.
"Saya mengerti yang mulia Lucifer. Anda hanya mau melakukan sesuatu yang bagi anda menguntungkan."
Lucifer tersenyum sinis kemudian Ia pun menghilang. Menyisakan cahaya berwarna merah.
Kala itu, saat tidak mendapatkan kegiatan, Ruby duduk di ayunan taman seorang diri. Tidak berselang lama, datang Rizky, dia tidak langsung menyapa gadis itu. Namun, langsung mengayunkan ayunan yang di duduki oleh kekasihnya mereka masih di dunia.
Sekejap kemudian menoleh ke belakang dengan kepala mendongak ke atas. "Rizky... Kau mengagetkanku saja," ucap Ruby sambil tersenyum.
"Kenapa? Apakah kau tidak menyukai kedatanganku di sini?" tanya pria itu sambil tersenyum.
"Tidak. Eh, maksudnya, aku bukan tidak menyukai kedatanganmu di sini. Aku suka sekali," jawab Ruby sedikit nervous.
Lamanya tinggal di istana hantu dengan aturan yang sangat ketat, membuat Dia sangat jarang sekali bertemu dengan kekasihnya itu. Jadi wajar apabila saat bertemu meskipun ini bukan pertemuan yang pertama ia merasa grogi.
Rizky tersenyum, ukuran tubuhnya ke depan dan meletakkan dagunya di atas pundak Ruby sambil memeluk gadis itu dari belakang.
"Aku juga senang, apabila selalu mendapatkan kesempatan berdua saja denganmu seperti ini," bisik pria itu.
"Bukannya selama ini kita sering berdua?" ucap Ruby.
"Ya, aku tahu itu. Tapi, tidak seperti saat ini. Aku benar-benar bahagian kali ini bersamamu," ucap pria itu lagi. Kemudian, memberi kecupan pada pipi Ruby. Sementara, gadis itu hanya diam dan tersenyum saja, meskipun, ia merasa seperti ada yang tidak beres dengan kekasihnya ini. Tapi, apa dia tidak tahu pasti apa itu.