Tidak ada jawaban dari Ruby. Dia hanya tersenyum saja.
"Ruby... Apakah kau mencintaikuku?" ucap Rizky sambil mengeratkan pelukannya pada Ruby dari belakang. Hembusan napasnya di belakang telinga Ruby.
"Tentu saja aku mencintaimu titik Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Ruby.
"Entah mengapa, tiba-tiba di dalam hatiku merasa ragu dan takut kepadamu titik karena di istana ini tidak hanya aku yang mencintai kamu tapi banyak bahkan yang lebih tampan dan lebih hebat dari ku. Aku takut.... "
Ruby turun dari ayunan titik kemudian berdiri menghadap ke arah Rizki dan meletakkan jari telunjuknya tepat di depan bibir pria itu.
"Jangan takut. Siapapun yang mencintaiku, mau dia lebih tampan atau lebih hebat dari kamu... aku nggak peduli! Itu sudah jadi hak mereka untuk mencintai, atau membenci seseorang termasuk aku. Yang penting di hatiku hanya ada kamu dan kamu seorang," jawab Ruby sambil tersenyum.
Pria itu tersenyum. Menyentuh pergelangan tangan Ruby, mengarahkan tangan lembut itu membelai pipi rahang dan dagu nya. Lalu, dia memasukkan telunjuk lentik gadis itu ke dalam mulut, menghisab dan menggitnya lembut.
Ruby terdiam, menikmati sensasi aneh di ujung jarinya. Dia tidak tahu, ini rasa apa. Tapi, berat baginya untuk menyudahi hal ini.
"Ya, aku tahu kau mencintaiku. Tapi, apakah kau bisa membuktikannya, agar aku tidak ragu?" ucap Rizky lagi dengan nada sensual dan sedikit mendesah.
"Bukti apalagi yang harus aku berikan padamu? Tidak cukupkah membuktikan dengan adanya aku di sini? Padahal kau juga tahu, aku masih belum saatnya mati. Aku sering menahan sesak karena rindu dengan keluargaku. Tapi, aku tidak bisa menyalurkan rasa rinduku pada mereka. Oke, mungkin aku kasih bisa sekali datang ke rumah menyaksikan mereka yang juga merindukan aku. Tapi, apakah mereka bisa menyalurkan rasa rindunya terhadapku selain hanya menangis sambil memandang fotoku? Jangankan melihat, merasakan keberadaan ku saja mereka tidak, Riz. Apakah ini kurang untuk membuktikannya?" tanya Ruby. Dia marah, ketika Rizky tiba-tiba saja meragukan dirinya.
"Iya, aku tahu. Maaf. Maafkan aku, tapi, yang aku maksud bukan itu... Kita sama-sama mencintai. Tapi, kita tidak pernah melakukan apa yang biasa insan lakukan ketika mereka sama-sama jatuh cinta," ucap Rizky.
"Apa maksudmu?"
"Izinkan aku mencintaimu," ucap Rizky, kemudian ia mendaratkan kecupan pada pipi Ruby.
Ruby diam, membiarkan prianya mencumbunya, bahkan, saat bibir pria itu mulai rakus dan ganas mencumbu bibirnya, Ruby juga diam. Ini yang pertama baginya. Bahkan, saat kedua tangan Rizky bergerilya di seluruh tubuh Rupee meremas semua tak jalan yang ada mulai dari dada hinga bokong.
"Aaaaah!" desah Ruby tanpa sadar.
Rizky menggendong tubuh ramping gadis itu, membawanya ke sebuah tempat. Terbuka, ditumbuhi banyak rumput dan bunga-bunga. Yang jadi poin utama, tempat itu sepi. Tidak ada siapapun selain mereka.
"Kita di sini saja," ucap pria itu.
Ruby tidak menjawab apa-apa. Tatapannya sayu, ia pasrah dengan apa yang akan Rizky lakukan padanya. Ingin sekali dia menolak. Tapi, tubuhnya sangat menginginkannya.
'Ini aku tidak didunia manusia, kan? Harusnya tidak apa-apa, kan?' batin Ruby. Dia mengingat beberapa hari yang lalu, dia juga menjumpai salah satu temannya juga nampak bercinta di dekat dapur bersama pria yang biasa diutus ibunda hantu mereka untuk menjaga pintu gerbang.
***
"Bunda Ratu, apa hukuman bagi hantu yang menjalin hubungan diam-diam dengan bangsa iblis?" tanya Lily sambil memijat kaki bunda hantu mereka yang tengah bersantai di dalam kamarnya.
"Dia akan diusir dari tempat ini. Dia akan di tolak dari alam ini. Terserah, mau pergi ke mana dia. Kembali, menjadi hantu gentayangan di dunia, atau... Antri untuk bereinkarnasi. Yang jelas, kedatangannya di alam ini sudah tidak lagi diterima. Kamu, kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu? Kau sudah lama di sini, harusnya tahu peraturan ini, kan?"
"Iya, Bunda Ratu. Aku mengerti. Ah, saya terlalu suntuk. Bagaimana, jika kita ke taman saja, Bunda? Di sana tempatnya enak, kita akan rilex. Dengan begitu, beban yang ada di kepala dan pundak kita secara perlahan akan berkurang," saran Lily.
"Baiklah! Mungkin, aku perlu jalan-jalan ke taman. Apakah bunga di sana tetap indah terawat?" tanya wanita paruh baya itu, yang sebenernya, di alam situ usianya sudah mencapai ribuan ratusan tahun.
"Bunda lihat saja sendiri. Saya tidak mau dikata besar omong saja," jawab Lily berjalan di belakang bunda Ratu hantu bersama lima temannya.
***
"Aaah!" Desah Ruby lagi, ketika benda keras menggesek selangkangannya. Dia hanya pasrah saat dibaringkan oleh Rizky dan ditindih tubuhnya... Bahkan, ia juga diam, ketika pria itu mulai membuka kancing bajunya, dan membebaskan bukit kembarnya yang lembut, halus dan montok. Desahan dan erangan keluar dari bibirnya saat pria itu mulai memilin, dan menggigit keras putingnya.
"Ah... Riz... Apa yang kau lakukan padaku?" racaunya dengan suara terengah-engah karena rasa nikmat yang menjalar di sekujur tubuhnya.