Setelah diserang oleh Big Bro dan Mei. Bukannya semakin melemah, Cida malah menjadi semakin berbahaya dengan cairan asam dan racun yg menyelimuti hampir seluruh bagian tubuhnya. Anak panah Mei juga tidak berguna karena akan langsung meleleh jika terkena cairan asamnya.
"Kita tidak bisa mendekat," ucap Mei.
"Aku tahu itu. Tapi walau bagaimanapun, kita tidak boleh menyerah begitu saja!"
Cida berjalan mendekati mereka berdua. Dengan langkah yg sedikit berat, dia menghampiri Mei dan Big Bro yg sedang bimbang.
"Oi, oi, ada apa? Aku sudah terluka begini, apa kalian tidak ingin menyerangku? Hehe.. dasar makhluk lemah!"
Big Bro sedikit terpancing mendengar provokasi yg diucapkan oleh Cida. Dia ingin segera menyerangnya, tapi Mei berhasil menahannya.
"Dasar makhluk sialan..!"
"Jangan terpancing! Makhluk itu berusaha membuat kita lengah dan menyemburkan asamnya saat itu terjadi," ucap Mei menenangkan Big Bro.
"Cih.."
Big Bro mencoba mengendalikan emosinya dan saat kepalanya sudah dingin, dia mengambil posisi kuda-kuda dan bersiap untuk menyerang Cida.
Bzzt.. Bzzt..
"Apa yg akan kau lakukan?" tanya Mei.
"Tenang saja, aku sudah mengontrol emosiku, sekarang biarkan aku fokus sebentar."
Big Bro berkonsentrasi untuk melakukan serangan berikutnya. Dia kembali mengeluarkan aura membunuh yg membuatnya terasa seperti monster besar. Kemudian dia melesat dengan cepat ke arah Cida.
"Heh! Percuma saja, kali ini kau terlihat lambat dimataku," ucap Cida yg mengeluarkan cairan asam dari telapak tangannya.
Big Bro berhasil menghindari serangan itu dan tepat berada di depan Cida. Tapi ketika dia sudah berada di depan Cida, dia melesat ke arah kiri tapi masih bisa diprediksi oleh Cida. Lalu melesat ke belakang tapi lagi-lagi masih bisa ditebak.
Sriing.. Sriing.. Sriing..
Kecepatan yg luar biasa dari Big Bro melesat memutari Cida, tapi Cida masih bisa melihat kemana Big Bro akan melangkah selanjutnya, seakan-akan Big Bro lambat dimata Cida. Dari kejauhan, Mei hanya bisa membidik saja tanpa melepaskan anak panahnya karena takut tanpa sengaja mengenai Big Bro.
Syiing..
Big Bro melesat tepat ke atas kepala Cida dan mencoba menerjang kepala Cida dari atas. Tapi Cida masih bisa melihat gerakannya dan sedikit melompat ke belakang untuk menghindari tusukan pedang Big Bro.
"Cih!"
Big Bro hanya menusuk tanah dan tepat berada di depan Cida, Cida menyadari itu dan menyemburkan cairan asam yg mengenai Big Bro. Tapi Big Bro masih bisa melompat mundur meninggalkan pedangnya tertancap di depan Cida.
"Hah.. hah.."
"Hehehe.. meninggalkan senjatamu sama saja bunuh diri ketika di medan perang," ucap Cida sambil memegang gagang pedang Big Bro yg tertancap.
"Hah.. hah.. kita lihat saja, apa itu benar atau tidak."
"Hmm?"
Bzzt.. Bzzt.. Sryiiing..
Pedang Big Bro tiba-tiba mengeluarkan percikan-percikan listrik. Di sekitaran pedang itu juga mengeluarkan percikan-percikan yg mengelilingi Cida. Dan saat itu Cida tidak menyadari kalau dia sedang dalam jebakan yg dibuat oleh Big Bro.
"Jangan-jangan..?! Aaakhhhh!!"
Zrrrtt.. Zrrrrtt..
Cida tersetrum oleh tegangan listrik yg tinggi karena berada di dalam lingkaran percikan listrik itu dan juga karena memegang pedang Big Bro yg tertancap.
"Kenapa dia bisa seperti itu?" tanya Mei.
"Karena gerakan memutarku yg cepat tadi, energi listrik yg ada di dalam tubuhku tertinggal di tanah yg kupijak. Lalu aku menyalurkannya lewat pedang yg kumiliki. Yah, walaupun itu artinya aku harus merelakan satu lagi pedang milikku," ucap Big Bro.
"Lagi?"
"Tapi, jika serangan ini tidak berhasil. Maka kita akan benar-benar dalam bahaya yg besar. Hehehe.."
Cida tersetrum cukup lama sekitar beberapa menit. Setelah daya listriknya menghilang, Cida jatuh tersungkur ke tanah.
"Apa sekarang kita benar-benar berhasil?"
"Aku rasa.. belum."
Cida mulai sedikit demi sedikit bergerak. Dia mulai berusaha berdiri dan kembali melawan Big Bro dan Mei. Keadaan Cida benar-benar sudah berantakan. Wajahnya terbakar dan hampir seluruh tubuhnya menghitam. Tapi meski begitu, dia masih belum juga mati.
"Dasar.. Dasar makhluk kurang ajar.. Itu sakit, sialan!"
"Masih belum mati juga?!"
"Kita harus mundur!" ucap Big Bro.
"Mau lari kemana kau?"
Cida menyemprotkan cairan asam dan racun dari kedua tangan dan mulutnya ke arah Mei. Kecepatan cairan asamnya lebih cepat dari sebelumnya yg membuat Mei tidak sempat menghindar.
"Awas!"
Cssshh..
Punggung Big Bro terkena cairan asam karena berusaha melindungi Mei. Mei yg melihat itu hanya terdiam dan tak sanggup untuk berdiri.
"Ce-cepat lari.."
"Hahaha.. matilah kau.."
"Teknik Petir.."
Cida menghentikan serangannya karena merasakan sebuah energi besar yg sedang menuju kearahnya.
"Raishin no Sakebi!"
Lesatan petir yg mengarah langsung ke kepala dari Cida, tapi masih bisa dihindari olehnya. Cida berbalik badan untuk melihat siapa yg menyerangnya tadi. Dan dia adalah Lightning Mask.
"Kau memiliki indra yg bagus untuk merasakan aura membunuh musuh, ya? Hebat sekali," ucap Lightning Mask.
"Siapa kau?"
"Tapi bagaimana jika lawanmu tidak menunjukkan aura membunuhnya? Apa kau bisa mengalahkannya?"
"Apa maksud.."
Craashh..
"Eh..?!"
Sebuah panah tiba-tiba menancap dari bagian belakang perutnya dan menembus ke bagian depan. Ternyata Big Bro dari belakang menancapkan anak panah Mei menggunakan tangannya.
"Electric Burst!"
"Gaaakkhhh!!"
Big Bro menyalurkan energi listriknya ke anak panah tersebut yg membuat organ dalam Cida merasakan panas setruman tersebut.
"Dan untuk yg terakhir.."
Lightning Mask memodifikasi petir menjadi bentuk dua belati dan langsung memasang kuda-kuda.
"Teknik Petir : Raishin no Muken, Ni-nen!"
Bzzss.. Srriingg..
Lightning Mask melesat dan memutar di udara dua kali lebih cepat yg membuat Cida tidak bisa bereaksi. Tiba-tiba saja kepala Cida sudah terpisah dari tubuhnya dan kemudian ambruk ke tanah.
Begitu juga dengan Big Bro yg ambruk dan meringis menahan rasa sakit akibat cairan asam yg mengenai punggungnya tadi.
"Aduuhh.."
Shota, Saibo, dan Techno-Man langsung menghampiri Big Bro dan Mei yg terluka. Begitu juga Lightning Mask yg baru saja membunuh Cida.
"Seranganmu yg terakhir itu, aku benar-benar tidak merasakannya," puji Lightning Mask ke Big Bro.
"Hehehe.. paman juga hebat."
"Paman?! Aku masih dua puluh empat tahun!"
Jendral milik Lord Irits lainnya telah dikalahkan. Sekarang hanya tersisa dua dari mereka yg sedang berhadapan dengan Ryuzaki dan Fire God.
Bersambung...