Praang..
Zirah dari Lord Irits hancur karena serangan dari Fire God yg menyerang bagian belakang zirahnya tadi. Sementara Ryuzaki, White Shinigami, dan Fire God sudah bersiap untuk menghadapi Lord Irits yg sebentar lagi akan mengamuk.
"Wahahaha.. ini mulai menarik," ucap Lord Irits teriak kegirangan karena akan menghadapi kekuatan besar dari pahlawan planet ini.
***
Sementara itu, Aiza yg tadi berdiri di atas gedung turun ke bawah dan menghampiri Mei yg sedang terduduk tidak berdaya karena aura mengerikan Lord Irits yg dirasakannya tadi.
"Apa kau tidak apa-apa?"
"K-kau.. Aiza?" tanya Mei yg masih sedikit gemetaran.
"Iya, kau benar. Ayo, kita segera pergi dari sini, disini berbahaya," ajak Aiza sambil mengulurkan tangannya kepada Mei.
Mei meraih tangan Aiza dan segera berdiri. Dia kemudian berlari kecil bersama Aiza untuk menjauhi area pertarungan antara para Hero dengan Lord Irits.
Sambil berlari, Mei menanyakan sesuatu kepada Aiza yg membuatnya berhenti sejenak.
"Aiza.. Bagaimana caranya kau membujuk pembunuh bayaran itu kesini?" tanya Mei.
Aiza kemudian berhenti, "Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Aku mendengar rumornya, kalau dia tidak bisa bekerja sama dengan siapapun, kecuali dengan client yg memiliki kontrak dengannya."
Aiza hanya terdiam.
"Lalu kenapa.. orang sepertimu bisa membujuknya untuk bergabung dengan kita?"
"Orang sepertiku? Bukankah kata-kata itu sedikit kasar? Jadi, apa kau ingin tahu bagaimana caranya membujuknya?"
"Iya."
"Hah.. baiklah."
**
*Beberapa saat sebelum Kapal Luar Angkasa Lord Irits datang*
Aiza bersama dengan seorang Agent level 5 berangkat menuju ke alamat yg diberikan oleh Ryuzaki. Alamatnya kira-kira cukup berada di pinggiran Java City. Setelah sampai, Aiza kemudian keluar dari mobil sementara sang Agent menunggu di dalam mobil.
Saat keluar dari mobil, dia melihat pemandangan disekitar daerah itu. Daerah perkampungan kecil yg kumuh dan kotor. Alamat yg diberikan oleh Ryuzaki tertuju ke salah satu rumah susun yg berada di pemukiman kumuh ini.
Aiza kemudian menelusuri gang yg hanya bisa dilewati oleh dua orang. Banyak anak kecil yg bermain-main di gang tersebut dan orang tua yg lalu lalang disana.
Aiza kemudian menaiki sebuah tangga apartemen dan berhenti di lantai tiga. Dia sekarang berdiri tepat di depan pintu kamar paling ujung. Aiza kemudian memeriksa kembali alamat yg diberikan oleh Ryuzaki. Setelah memastikan kalau alamatnya sudah benar, Aiza kemudian mengetuk pintu tersebut.
Tok.. tok.. tok..
Beberapa saat menunggu tapi tidak ada respon dari dalam. Aiza kemudian kembali mengetuk pintu untuk kedua kalinya. Tapi lagi-lagi tidak ada respon.
"Mungkin dia sedang tidak ada disini."
Aiza memutuskan untuk pergi dari depan kamar itu dan mencari di tempat lain.
Sriing..
Saat Aiza berbalik badan, tiba-tiba sudah ada belati yg menodong leher Aiza. Aiza tidak bergerak, dia kemudian memperhatikan orang yg menodongnya itu. Orang itu memakai celana jeans dan Hoodie putih.
"Apa yg kau lakukan disini? Aku rasa kau bukan salah satu dari client-ku," ucap orang itu.
"A-Apa kau White Shinigami? Aku Aiza Yuki, dari organisasi S.E.I.D. Aku berniat untuk memanggilmu karena akan menghadapi misi penting," ucap Aiza.
Orang itu hanya menatap Aiza. Kemudian dia menarik belatinya menjauh dari leher Aiza.
"Orang dari organisasi, ya? Bukankah aku sudah bilang kalau aku menolaknya."
"Tapi kami sangat membutuhkan bantuanmu, kehidupan manusia sedang dalam bahaya!" ucap Aiza.
"Heh.. Lagi-lagi itu? Apa Ryuzaki yg mengirimmu kesini untuk merayuku? Maaf saja, aku tidak akan luluh dengan mudah oleh wanita."
"Kau salah!"
"Hmm?"
"Aku kesini bukan karena Ryuzaki yg menyuruhku. Aku kesini karena keinginanku sendiri!" ucap Aiza.
"Hehem.. begitu ya? Yah, aku tidak terlalu peduli kau dikirim oleh siapa. Tapi jawabanku tetap sama."
White Shinigami tetap menolak untuk bergabung dengan kelompok untuk melawan bencana yg diprediksikan oleh Ryuzaki. Aiza kemudian kembali bertanya yg membuat White Shinigami sedikit terkejut.
"Apa kau memiliki keluarga yg terbunuh?"
"Apa yg kau maksud?"
"Aku dengar kau menjadi pembunuh bayaran karena keluargamu terbunuh. Dia adalah adikmu, kan?"
Grep..
White Shinigami dengan cepat langsung mencekik leher Aiza karena telah membuat White Shinigami marah.
"Jangan sok tahu soal aku, bocah!"
"A-Aku juga sama. Ke-Kehilangan keluargaku, orang yg paling aku sayangi. Aku juga pernah berada di posisi yg sama denganmu. Depresi, kemarahan, kesedihan, merasa tidak berguna. Ta-Tapi, aku menyadari sesuatu, kalau hal yg kulakukan saat itu adalah salah.."
"Aku hanya memiliki dia saat itu, dan seorang yg bahkan aku tidak kenal merebutnya dariku! Apa kau paham dengan yg aku rasakan saat itu?!"
"Aku juga..! Aku juga merasakan apa yg kau rasakan! Jangan pikir hanya kau saja yg orang yg paling menderita di dunia ini, dasar bodoh..!"
White Shinigami terdiam dengan apa yg dikatakan oleh Aiza. Dia sedikit merenggangkan cekikannya yg membuat Aiza lebih bisa bernafas dan berbicara dengan lebih lancar.
"Kau pasti merasakan kesedihan, tapi jangan terus menerus meratapinya. Itu tidak ada gunanya! Kau harus terus menatap ke depan, karena.."
"..?"
"..Karena kau harus terus hidup, apapun yg terjadi."
Ucapan yg dikeluarkan Aiza benar-benar telah membuat White Shinigami terdiam. Kata-kata Aiza mengingatkannya dengan kata-kata terakhir adiknya yg membuatnya menggigit bibir bawahnya.
White Shinigami kemudian melepaskan cekikannya dari leher Aiza. Aiza kemudian memegangi lehernya sambil batuk akibat cekikannya. White Shinigami kemudian berjalan menuju tangga turun.
"Ma-Mau kemana kau?"
"Bilang kepada Ryuzaki, kalau aku tidak perlu dijemput," ucapnya sambil berjalan menuruni tangga.
"Nao.. maafkan kakak," gumam White Shinigami.
***
"Begitu ceritanya."
"Heh, kau bisa mengungkapkan emosimu di depan pria? Sulit dipercaya," ucap Mei yg seperti tidak percaya.
Aiza bercerita dengan Mei di area pertempuran dimana banyak ledakan dan puing-puing yg terlempar, tapi mereka tidak memperdulikannya.
Srrrkk..
Kemudian pandangan mereka tertuju ke seekor alien yg mengendap-endap mencoba kabur dari mereka berdua.
"Biar aku saja yg urus," ucap Mei sambil melesatkan anak panah yg mengenai kaki alien itu.
"Keeek!"
"Padahal aku mengincar kepalanya. Gemetaran ini tidak bisa berhenti, sial."
Alien itu mengeluarkan asap dari tubuhnya yg menghalangi pandangan Aiza dan Mei. Kemudian alien itu berhasil kabur dari mereka.
"Lebih baik kita cepat pergi dari sini," ucap Aiza.
"Ba-Baiklah."
Bersambung...