Raut wajah ayah Jack tampak sangat kecewa pada sang putra! Ia pun meninggalkan mansion mewah putranya itu dengan segala kemarahan yang ia bawa. Namun sesekali ia juga merasa sakit hati terhadap apa yang terjadi, ia merasa telah menelantarkan Jack sedari kecil sehingga ia tidak takut padanya.
Namun bagaimana pun juga, Jack terlalu bagus dalam bekerja sehingga membuat kemajuan besar di pe
Jack benar-benar meminta maaf atas segalanya pada Karina, ia tidak tega melihat pipi gadis yang di cintai nya harus di tampar di rumah ini beberapa kali.
"Jack apa kamu benar-benar mencintai ku?" tanya Karina.
"Tentu saja, bagaimana bisa aku tidak mencintaimu, aku juga mencintai bayi kita walau belum bisa kita sentuh."
Mendengar itu Karina semakin percaya bahwa Jack benar-benar mencintainya.
3 bulan berlalu, kandungan Karina sudah terlihat cukup membesar dari bentuk ramping tubuh sebelumnya. Jack juga berniat segera melangsungkan pernikahan namun terlalu banyak pekerjaan yang tidak bisa ia undur, Karina pun mengerti.
Karena ia terus ikut ke kantor bersama Jack, kehamilan Karina bukanlah rahasia semata lagi.
"Apakah kamu kesepian?" tanya Jack pada kekasihnya itu, yang sedang duduk sembari membaca buku tetapi dengan raut wajah masam.
"Aku ingin sekali ice cream!" jawabnya mirip dengan seorang anak kecil yang sedang merajuk.
"Ice cream?" Jack langsung membuka ponselnya.
Melihat tingkah Jack Karina sedikit kesal. "Kenapa malah melihat ponsel?"
"Aku ingin melihat di internet apakah itu tidak masalah untuk bayi kita, dia kan masih kecil bagaimana jika dia kedinginan ketika kamu memakan ice cream!"
Karina tertawa. "Jack, apa yang kamu pikirkan? ini permintaan bayi kita!"
"Benarkah?"
"Ya, dia sangat menginginkan nya!"
"Kalau begitu ayo kita pergi mencari ice cream!"
Dengan senang hati Karina langsung bangkit dan menggandeng tangan Jack. Mereka pergi ke mall yang tidak jauh dari kantornya.
Karina langsung sedikit berlari begitu melihat toko ice cream yang memang sudah terkenal dengan brand itu. Wajahnya memperlihatkan pandangan takjub.
Jack benar-benar luluh dengan wajah menggemaskan gadis itu. "Apa kamu menginginkannya?" tanya Jack.
"Tapi aku bingung semuanya tampak menggiurkan!" banyaknya pilihan rasa, membuat Karina kebingungan.
Jack kemudian memanggilkan seorang pelayan toko ice cream itu! "Tolong bungkus semua rasa dengan ukuran besar." ucap Jack.
"Jack apa kamu akan membelikan aku semuanya?"
"Tentu saja!" jawabnya.
"Tapi aku juga tidak bisa memakan semuanya!"
"Kamu bisa menyimpan nya di dalam lemari ice, sehingga ketika kamu mau akan lebih mudah untuk memakan nya."
Karina tersenyum mendengar penuturan Jack.
Mereka kembali ke kantor, Karina fokus memakan ice cream dengan rasa blackcurrant sedangkan tangan Jack membawa plastik berukuran besar berisi cup besar ice cream mahal itu.
"Jack, enak sekali!" Karina menyendok satu sendokan ice cream dan memasukkan nya ke mulut Jack.
Sebenarnya Jack tidak terlalu makan ice cream, tetapi ia hanya senang melihat Karina terlihat bahagia.
Mereka duduk di ruangan kerja Jack lagi. "Jack, aku kenyang sekali!"
Gadis itu merengek lagi dan lagi dalam beberapa waktu.
Jack menoleh ke arah cup ice cream yang bahkan tidak habis setengahnya.
"Aku ingin makan sesuatu!" ucapan itu keluar lagi dari mulut Karina.
"Apa sayang?" Jack dengan lembut menanyakan keinginan kekasihnya itu.
"Makanan timur tengah, aku melihatnya kemarin di televisi itu terlihat enak!"
"Apa namanya?"
"Itu berasal dari Turki."
"Sayang, itu masih daerah Asia yang berbatasan dengan Eropa."
"Baiklah, iya itu. Namanya kebab!"
"Ini keinginan mu atau anak kita?" goda Jack.
Karina tampak mengernyitkan dahinya. "Baiklah tidak usah!" jawabnya ketus.
Jack hanya bercanda saja sebenarnya, namun Karina sepertinya sensitif sekali setelah hamil. "Jadi apa kamu ingin kebab?" Jack baru saja melontarkan pertanyaan lagi, namun Karina tiba-tiba menangis.
"Sayang kenapa? apa ada yang salah?" tanya Jack.
Karina menggeleng pelan. dia diam tak menjawab pertanyaan Jack dan merubah posisi duduknya dengan menjauh dari Jack.
"Hei!" ucap Jack.
Karina diam seribu bahasa. Jack takut sekali saat itu, ini pertama kalinya Karina menangis.
Jack merogoh kantung celananya, dan menyuruh Han melakukan sesuatu.
Satu jam sudah ia membujuk Karina namun gadis itu tetap tak mau bicara.
Tidak lama Han masuk ke ruangan Jack membawa sebuah alat beserta seseorang dengan seragam koki.
"Sayang, tukang kebab nya sudah datang mau pesan ukuran apa?"
Karina awalnya tidak melihat ke arah siapa yang datang, akhirnya ia mengangkat wajahnya. "Hei, apa ini?" tanya Karina.
"Tukang kebab, bukan tukang ice cream!"
"Kamu!" Karina tampak terharu.
Ia segera bangkit dan berjalan ke arah tukang kebab itu. Karina menginginkan daging, sayuran dan mayonaise yang banyak.
"Hei, apa kamu akan memakan semuanya?" tanya Jack.
"Tentu saja!" tanpa rasa bersalah pada Jack Karina dengan ceria menjawabnya.
Dibalik senyum Karina ada Han yang susah payah mencari keberadaan tukang kebab itu. Ia juga harus membayar tinggi agar dia mau di bawa kemari.
Karina hanya menginginkan satu kebab saja, ia menyuruh Jack memberikan kebab gratis itu untuk karyawan mereka.
Dan lagi-lagi Jack hanya menuruti.
Karina benar-benar melahap makanan yang ia inginkan itu, ia juga menyuruh Jack memakan apapun yang dia makan, padahal selama ini Jack juga terbatas akan makanan dan sangat pemilih.
Setelah memakan makanannya apa yang terjadi? gadis itu muntah tidak tertahan, Jack membantu nya di kamar mandi! Tubuhnya lemas, dan membuat Jack khawatir tentu saja.
"Sayang, jangan panik! aku baik-baik saja. Ini bukan masalah."
"Kamu memuntahkan semua yang kamu makan, jangan makan apapun lagi!"
"Makanan yang aku makan sangat enak, lagi pula aku muntah memang setiap hari karena bawaan bayi. Tidak masalah ini normal."
"Aku ingin segera melihat bayi kita, bukankah hari ini adalah saatnya ke rumah sakit?"
"Ah, aku hampir lupa sayang." jawab Karina.
Jack kemudian membungkuk kan badannya sejajar dengan perut Karina. "Sayang, Mama mu lupa jadwal kamu ke Dokter dia sangat jahat!" ucap Jack.
Karina tampak gemas pada pipi Jack sehingga ia memegang kedua pipinya dengan keras, dan Jack mencium perut buncit Karina.
Mereka pergi ke rumah sakit bersama, dengan senang hati akan melihat bayi mereka.
Begitu masuk karena pasien VVIP Jack tidak perlu mengantri ia segera masuk ke ruangan Dokter kandungan Karina.
Karina langsung di suruh terlentang di atas sebuah kasur untuk melakukan USG. Begitu sebuah cairan dingin di oleskan di perutnya, dan alat itu bekerja, sebuah gambar muncul di monitor. Dokter memperkirakan jenis kelamin bayi itu.
Jack sangat antusias melihatnya. "Ya ini sudah mulai terlihat, jenis kelaminnya perempuan!" ucap ibu Dokter.
Karina mengira Jack akan sedikit kecewa, karena biasanya para anak tertua akan menginginkan anak laki-laki. Namun Jack sangat bahagia. "Ah, aku akan memiliki seorang putri yang cantik, sehingga akan ada dua putri cantik di rumah kami!" ucap Jack, memuji calon anaknya sekaligus Karina.
Dokter itu pun tersenyum dan Karina sedikit malu-malu.