Karina tampak murung begitu melangkahkan kakinya di depan rumah, tangannya tak terlepas dari genggaman pak Selorin.
"Ayah, rasanya aku ingin tinggal disini saja!" ucap Karina, karena ia tidak tega berpisah dengan Ayah yang sangat di sayangi nya itu! Ditambah usia pak Selorin yang tidak lagi muda.
"Nak, ayah akan mengunjungimu nanti setelah semua panen selesai! Ayah akan di sana saat kamu melahirkan cucu pertama Ayah."
Karina tampak mengusap air matanya. Jack juga sebenarnya tidak tega melihat istrinya seperti itu, namun tugas pekerjaan dia sangatlah banyak.
Mereka pun pamit pulang, di perjalanan Karina diam seribu bahasa! Air matanya sesekali ia seka karena terus keluar.
"Sayang, bagaimana jika Ayah kita ajak tinggal di kota saja, agar kamu tidak perlu mengkhawatirkannya?"
Mendengar penuturan suaminya, Karina langsung menatap Jack. "Apakah boleh? kamu serius?" tanya Karina.
Jack mengangguk cepat, Karina pun tersenyum manis pada suaminya.
Melihat tawa sang istri yang mulai terdengar, membuat Jack lebih tenang.
Perjalanan ini juga akan sama melelahkan nya seperti saat mereka berangkat ke desa. Mereka berhenti beberapa kali karena Karina merasakan kram di perutnya.
Setelah perjalanan jauh, tiba lah mereka di mansion. Sambutan pun sudah bersiap begitu Jack dan Karina keluar dari mobil. Perut Karina yang besar membuat Jack tidak jauh dari gadis itu memeganginya.
Nyonya Emily langsung membantu mengeluarkan koper dan semangka juga timun yang di bawa Karina dari rumahnya.
Buah segar itu langsung di masukan ke dalam lemari pendingin, sementara Jack dan Karina langsung masuk ke kamarnya karena kelelahan.
Karina merasa kakinya sangat pegal, Jack menyuruh Emily untuk membawakan kursi pijat di lantai satu rumahnya. Beberapa pegawai mengangkat kursi pijat yang berbobot hampir seratus kilo itu.
Karina langsung duduk di sana, dan hanya bagian betis nya saja yang pijat, ia tidak ingin di pijat di bagian punggung karena takut berpotensi buruk untuk bayinya.
Karina sampai tertidur di kursi itu, sementara Jack melanjutkan tidurnya di atas ranjang. Kelelahan yang mereka rasakan, membuat keduanya tertidur cukup lama.
Sarah keluar dari kamarnya dan mengetahui Kirana dan Jack sudah pulang dari desa, begitu pun Han yang baru saja kembali dari kantor.
Malam hari Jack dan Karina turun dari lantai dua untuk menyantap makan malam, Sarah dan Han begitupun Nyonya Emily diminta Jack untuk ikut bergabung.
Mereka mulai menyantap menu makan malam yang di siapkan oleh Chef rumah itu, dan sebagai hidangan penutup, Jack menyuruh asisten rumah tangga lainnya untuk memotong semangka yang ia bawa dari desa Karina.
Buah yang sangat merah itu langsung di sajikan dengan potongan indah di atas meja makan, Karina memakan satu iris buah semangka itu karena ia sudah terlalu kenyang makan.
Sarah menatap buah dengan biji hitam itu di atas meja, ia teringat ucapan Dave dahulu tentang ayahnya yang memiliki kebun semangka, mereka berniat tinggal di desa membantu pak Selorin berkebun sebelum takdir berkata lain.
"Karina apakah ini dari kebun mu?" tanya Sarah.
"Ya, Jack yang memetik nya membantu Ayahku."
"Dave bilang buahnya sangat manis dan selalu memanen banyak setiap tahun!"
"Ya tentu, namun tahun ini tidak terlalu banyak karena Ayah Hana berkebun sendirian!"
Mendengar percakapan Karina dan Sarah, Jack mulai kehilangan nafsu makan nya.
"Sayang, ayo kita istirahat ini sudah malam!" ketakutan Jack tampak nya membuat pengaruh pada raut wajah Sarah.
Karina yang merasa tidak enak pun, memohon pamit pada yang lainnya.
Han hanya menatap mata Sarah yang dengan kuat menahan air mata agar tidak jatuh.
"Ambil tisu!" Han memberikan lembaran tisu untuk di pergunakan Sarah menyeka air matanya.
Dengan uluran tangan itu Sarah mengambil tisu yang di berikan Han.
Jack merasa sangat tidak tenang setelah pulang dari desa, ia merasa lebih baik berada di sekitar keluarga Selorin agar ia bisa melindungi informasi tentang Dave dengan baik! Semakin ia menjauh, semakin sakit perasaannya akan takut kehilangan Karina.
Satu Minggu berlalu, Jack sudah mulai terbiasa masuk kerja kembali! Ciuman selaku mendarat di dahi Karina bukti masih membara nya cinta Jack pada perempuan itu, sang anak yang akan segera lahir pun ia cium dengan baik penuh cinta di atas perut istrinya.
"Daddy cepat pulang ya, kerjanya hati-hati." ucap Karina menirukan ucapan nya seperti anak kecil.
"Sayang, Daddy berangkat dulu ya!Nanti mau Daddy bawain apa?"
Karina mulai mengedarkan pandangannya kemana mana ia bersiap meminta sesuatu yang sangat ia inginkan. "Ice cream mint Daddy, ukuran besar!" ucap Karina lagi.
Jack gemas sekali pada Karina, ia juga tidak bisa memungkiri itu hanya keinginan istrinya bukan bayinya. "Baik, akan Daddy beli ukuran paling besar ya! Tunggu Daddy pulang."
Jack um berangkat dan melambaikan tangan pada Karina, perempuan itu melihat mobil suaminya sampai hilang dari pandangan.
"Sam, bagaimana istirahat mu?" tanya Jack pada supirnya itu, hari ini Han ia suruh istirahat karena sudah bekerja ekstra keras selama ia tidak masuk kantor.
"Terimakasih Tuan, istirahat nya cukup sekali!" jawab Sam, sepulang nya dari desa Jack menyuruh Sam untuk istirahat dan bisa pulang ke rumahnya.
Dengan raut wajah bahagia Jack memasuki area kantor setiba nya disana, rupanya sang Ayah sudah datang lebih dulu untuk menemui anaknya! Selama ini ia tidak bisa masuk karena peraturan di rumah Jack yang tidak mengizinkan ia masuk.
"Ada apa datang ke kantor?" tanya Jack.
"Karena kamu menutup area mansion mu."
"Untuk apa menemui ku?"
"Apakah seorang ayah harus memiliki izin untuk menemui putranya?"
Jack mengepalkan tangannya, "Apa ayah lupa? bagaimana aku meninggalkan aku saat ada di titik terburuk kehilangan ibuku?"
Ayah Jack mengepalkan tangannya. "Itu sudah berlalu Jack, sudah sangat lama! Kamu harus melupakannya sekarang juga."
"Andai ayah satu kali saja datang ketika ibu sakit, mungkin aku akan berperilaku berbeda sekarang."
"Apa semua ini karena diriku?"
"Lalu karena siapa? tentu saja anda dan istri muda anda."
"Cukup Jack, Ayah kesini bukan untuk berdebat! Ayah hanya merindukan mu dan ingin melihatmu."
"Tidak d yang perlu di khawatirkan sekarang, lagipula aku sudah besar."
Mendengar jawaban penuh kekecewaan, akhirnya Ayah Jack keluar dari ruangannya dan pergi.
Jack kembali bekerja namun mood nya sulit di kembalikan, bahkan sampai jam pulang pun ia tidak tersenyum sama sekali.
Sepulangnya dari kantor Jack langsung pulang, Karina yang menyambut nya langsung berlari mengambil jas sang suami yang sudah ia buka dan di letakan di tangan kirinya.
Karina menatap kiri dan kanan namun Jack tidak membawa kantong plastik atau paper bag apapun, Karina padahal sudah menunggu ice cream pesanan nya.
Jack berjalan ke lantai dua dan memasuki kamarnya, sedangkan Karina menebak kenapa suaminya sampai lupa apa yang ia janjikan!