Gadis Menjadi Jalang
Tanpa kami sadari, ternyata sudah ada orang yang memperhatikan kami dari belakang. "Bagus," ucapnya sambil menyatukan kedua tangan lalu menepuknya kuat!" Aku yang melihatnya tidak menyangka bahwa itu adalah Shui yang dari tadi memperhatikan kami.
"Kau melakukannya dengan bagus, Sayang," ucap Shui sambil mencium pipiku sebentar, aku pun kaget dan hanya menundukkan kepala saja.
"Wanita jalang katamu, kau akan merasakan bagaimana menjadi wanita jalang," ucap Shui sambil menjambak rambut gadis itu secara tiba-tiba, kenapa dia bisa sejahat dan sekejam itu.
"Sialan!" ucap gadis itu, Shui hanya terkekeh dan langsung saja meremas kedua gundukan wanita itu. Melihat itu serasa tangan ini menampar pipi mesum milik dia, rasanya sakit ketika Shui melakukan itu di hadapanku.
Aku pun pergi berniat melangkahkan beberapa langkah tapi terhalang saat dia memanggil nama ini. "Kau tidak perlu cemburu, aku hanya mengetesnya saja," ucap Shui saat badan ini berbalik itu cukup membuatku malu mengetahui dia mengungkapkan rasa hati ini.
"Shido!" teriaknya dengan sangat kuat, hingga membuat rumah ini bergema.
"Iyah, Tuan," jawab Shido yang datang dari arah dapur.
"Kuserahkan wanita jalang ini padamu, lakukan sesukamu. Ayato kau juga boleh bergabung. Ini hadiah buat kalian karena setia padaku selama ini, tenang saja dia masih perawan," ucap Shui kemudian menjambak kuat rambut gadis itu, dan melemparkannya ke dekapan Shido.
Shido dan Ayato berterima kasih kepada Shui sedangkan gadis itu bukannya menangis dia hanya menundukkan kepala saja. Aku pun melihat Shui yang mulai menghampiriku.
"Ternyata kamu sudah pandai bicara ya," ucapnya sambil mengelus pipi ini.
"Akh! Tidak Tuan," balasku.
"Sebagai gantinya kau harus menemaniku nanti malam," ucap Shui yang membuatku kaget kenapa otaknya sekarang jadi sangat mesum semenjak kejadian waktu itu.
"Maksudnya apa?" tanyaku
"Karena kau cemburu, terpaksa aku memberikan gadis itu pada Shido dan Ayato," jawab Shui. "Sebagai gantinya kau yang harus memuaskan nafsu ini," lanjutnya lagi sambil menyeringai.
"Tapi Tuan-" Belum selesai aku bicara dia langsung saja mencium kening ini, membuat tubuh yang tadinya lemas mendadak menegang.
"Siapkan dirimu ya," ucapnya pelan kemudian pergi, ke mana lagi dia sekarang akan melangkahkan kaki. Apa ini? Kenapa jantungku berdegup kencang, sepertinya aku mulai gila, melihatnya yang semakin lama semakin kecil dan menghilang.
******
Pov Ayato
"Siapa yang pertama?" ucap Shido sambil melemparkan gadis itu ke kasur. Gadis itu terus berontak dan meminta untuk ke luar, tidak biasanya Shui memberikan santapan nikmat seperti ini.
"Aku saja," balasku dengan cepat, ingin menikmati seorang gadis perawan itu sangat langkah, jarang sekali ini akan terjadi, sialan hasrat ini mulai menggelora melihat seluruh lekukan tubuhnya.
"Tidak aku saja!" ucapnya lagi, dan membuatku sedikit kalah. Aku harus mencari jalan lain agar gadis ini menjadi milikku yang pertama.
"Kau sudah memiliki istri, jika istrimu mengetahuinya kau akan mati," jawabku dan dia langsung diam. Nyatanya istri Shido itu sangat kejam, dia tampak berpikir dan ujungnya berdecit kesal.
Aku sudah mengatakan pengalaman pertamanya harus jadi milikku, tubuh ini sudah tidak sabar lagi menghantamnya dengan sangat kasar membuat dia mendesah manja di bawah.
"Terserah kau, aku keluar dulu," ucap Shido yang kemudian pergi meninggalkan aku dan gadis ini berduaan, ternyata dia takut jika istrinya sampai mengetahui hal ini.
Akhirnya aku menang, sekarang waktunya untuk memulai aksiku dengan gadis ini. "He, bagaimana rasanya tubuhmu ini?" tanyaku sambil mendekatkan diri padanya.
"Pergilah!" teriak gadis itu kemudian menendangku, tapi tidak dengan semudah itu, dengan sigap menangkap kaki gadis itu dan membuatnya terjatuh. Kemudian aku mengambil beberapa tali, dan mengikat kaki gadis ini pada pinggir-pinggir kasur, hingga membuat gadis itu membuka lebar pahanya.
Tangannya juga diikat ke atas menggunakan tali yang sisa. "Wow! Sangat indah," ucapku yang kemudian menindih dan menjilati leher gadis itu.
"Pergi kau sialan!" berontak gadis itu, tapi tidak bisa karena pergelangan tangan dan kakinya telah diikat.
"Akh! Ribut sekali. Kau mengganggu konsentrasiku!" bentakku sambil menjambak rambut gadis itu hingga menangis, dia cukup mengganggu di saat bagian penting seperti ini.
"Akh ribut sekali! Kau mengganggu konsentrasiku!" bentakku padanya sambil menarik rambutnya hingga menangis.
"Hiks ... ampun!" Gadis itu pun memegang rambutnya.
"Namamu?" Dengan sadisnya aku menanyakan nama gadis ini sambil memperkuat tarikan pada rambutnya.
"Komori Yui!" Dengan perasaan marah dan kesal akhirnya gadis ini memberitahu namanya.
"Komori! Jadi itu nama keluargamu?" Aku melepaskan tanganku dari rambut wanita itu.
"Iya!" Dengan air yang masih mengalir di mata gadis ini, dia menjawab pertanyaan yang kulontarkan lagi, kenapa dia sangat takut sekarang, bukannya tadi dia tidak melawan atau berbicara sedikit pun.
"Baiklah, basa-basinya sudah selesai nona Komori. Saatnya aku melakukannya denganmu," ucapku sambil membuka dan memulai aksiku kepada Yui, atau yang lebih tepatnya menyentuh dan menghancurkan dirinya seperti yang diperintahkan oleh tuan.
"Aku mohon jangan." Dia bermohon agar itu tidak terjadi, tapi aku tetap saja melakukannya, tidak memedulikannya sama sekali.
Menjilati setiap lekukan tubuhnya yang begitu harum, lalu meremas kedua gundukan besar yang berada di dadanya, sesuai keinginanku dia mendesah membuat hasrati ini semakin panas.
Aku membuka seluruh pakaian kami tanpa penghalang sama sekali, mengelus bagian intinya lalu mulai menusuk-nusuknya menggunakan satu jari. Dia merintih dan kembali menangis.
Ini bagian yang aku suka, langsung saja merasakan miliknya basah tak kalah cepat aku langsung mengarahkan barang ini ke bagian intinya. "Jangan!" pekiknya, tapi itu sama sekali tidak berguna.
Aku mendorongnya perlahan, sialan ini sangat sempit dan menjepit punyaku dengan sempurna bahkan menariknya agar semakin masuk ke dalam. Aku melihatnya lalu mengulum bibir itu dan dengan satu sentakan berhasil menerobosnya.
Merasakan cairan keluar dengan sangat deras, dia menangis dan aku memberhentikannya sebentar. Merasakan pijatan yang dia berikan di dalam sana, tapi ini terlalu lama aku tidak tahan lagi.
Aku mulai menggerakkannya perlahan, melihat aksinya yang kesakitan aku berhenti lalu memulainya lagi dengan tempo santai, merasa dia mulai tenang aku mempercepat gerakannya.
Ini sangat nikmat, punyanya menjepit dan mengurut dengan sangat lihai, aku merasakan dia mengeluarkan cairan mesumnya berulang kali. "Aku ingin keluar!" ucapku dan dia berteriak memohon meminta di luar.
Tidak mungkin, itu suatu kenikmatan yang akan hilang. Merasakan gejolak yang semakin panas dan rasa yang ingin keluar, langsung saja aku mengeluarkannya di dalam, melegakan semuanya.
Rasanya sangat nikmat dan dia hanya menangis dari tadi, aku tersenyum dan mengelus pipinya, lalu melakukan beberapa ronde lagi sampai puas, setelah itu Shido masuk untuk menggantiku.
Gadis itu terlihat lemas dan tertekan, dia hanya bisa menangis dan melindungi tubuhnya yang bahkan tidak ditutupi oleh sehelai benang pun. Saat Shido masuk dan aku merapikan pakaianku, wajahnya berubah menjadi pucat. Sepertinya dia menyesali kenapa dia harus hidup seperti itu.
"Seberapa tahan dia?" tanya Shido.
"Setidaknya dia berhasil memuaskanku," ucapku dan dia tersenyum sinis menatap gadis itu atau yang lebih tepatnya seorang jalang.
"Wow ... sekarang tugasmu untuk memuaskanku," ucapnya sambil memegang tubuh gadis itu.
"Jangan Tuan, aku mohon."
"Maaf kan aku, perintah tuanku tidak bisa dibantah. Kau cukup menikmatinya saja, aku akan membuatnya terasa nikmat."
"Jangan!" Shido mulai menyentuh gadis itu dan aku kembali menjumpai Shui.
Ayato pov end