Hukuman
Sesampainya di rumah aku langsung pergi ke kamar membawa semua barang-barang kami, akhirnya masa-masa dikurung di rumah lagi terulang kembali dan hidup membosankan akan dimulai.
Aku melihat Shui menatap tajam seakan ingin marah, apa aku punya salah lagi dimata dia. "Akh!" ucapku saat Shui mendorong tubuh ini kuat ke atas tempat tidur, membuat pernya membentur kepala.
"Kau sudah melakukan banyak sekali kesalahan bukan? Sekarang waktunya memberikan hukuman!" ucapnya sambil memegang daguku, sialan kesalahan apalagi yang aku lakukan.
Kenapa di matanya aku selalu salah, padahal semuanya sudah aku lakukan untuk dia. Tatapannya itu membuat tubuh ini bergetar lagi, air mata ini tak dapat ditahan lagi mengingat dia akan memukulnya lagi.
"Maafkan aku, Tuan," ucapku sambil menangis. Melihatku menangis Shui langsung membersihkan air mata itu dengan tangannya. Jari jempolnya mengelus pelan wajah ini, seperti sepasang kekasih yang sedang bahagia.
Tiba-tiba saja dia menciumku dengan lumatan yang agak sedikit kasar, membuatku mendesah di sela-sela kegiatannya, apa keinginannya sekarang ini pertama kali dia berani menyentuh tubuh ini sebagai seorang pria dan wanita.
"Apa yang tuan lakukan ... mph ...," ucapku sambil menahan desahan saat dia mulai menggigit leherku.
"Ini adalah hukumanmu, karena kau tidak menemukan wanita yang kuinginkan," ucap Shui lalu melanjutkan kegiatannya, menyentuh setiap lekukan tubuh ini lalu menjilatnya bergantian.
"Tuan," ucapku saat dia mulai memaksa membuka baju ini, apa dia yakin akan melakukan hal ini, tapi kenapa dia sampai tega. Aku mendesah lagi merasakan sentuhan geli saat dia meremas dada ini.
Aku memeluk tubuhnya erat merasakan sensasi yang berbeda di sana, bagian kewanitaanku seperti berkedut merasa aneh. Aku mencoba menjauhkan badannya tetapi dia menatap tajam dan menggeleng.
Membuka seluruh pakaianku dan tersenyum saat melihat dada ini terpampang jelas di matanya tanpa penutup sekecil apa pun, aku berusaha menutupnya tetapi dia memaksa melepas tangan ini dan meremasnya dengan sedikit kasar.
Aku terus menggeleng dan dia meletakkan jari telunjuknya ke bibirku lalu mulai mengulum dada ini, aku memberontak tapi tetap saja dia yang lebih kuasa melakukannya.
Semua tubuhku dikekang olehnya, dia tidak boleh melakukan hal ini. Aku masih terus memberontak sampai dia menggigit ujung dadaku dan aku diam, menahan tangis ini.
"Ini akan nikmat, kau hanya perlu diam saja," ucapnya dan aku mengangguk, apa yang dia inginkan tidak akan pernah bisa dibantah.
Aku mengangguk dan dia mengulum dada ini sambil membuka celananya lalu bajunya, kini seperti bayi yang baru lahir sama denganku, aku melihat ke bawah merasakan ada benda keras yang menyentuh perut.
Mata ini langsung melotot dengan sempurna melihat benda panjang milik dia sangat sempurna di atas perutku. "Kau menginginkannya?" tanya dia dan aku menggeleng langsung mengalihkan pandangan.
Aku merasakan sentuhan geli di sekitar perut yang mulai turun ke paha, dia menciumku paksa lagi dan memainkan lidah yang ada di dalam sana. Tangannya menyentuh kewanitaanku dengan sempurna.
Menimbulkan rasa nikmat tersendiri di sana, rasanya jiwa ini bergejolak ingin keluar. Aku menggigit lidahnya saat tangan yang di bawah itu memutar daging kecil di bawah.
Shui tersenyum dan mempercepat gerakannya, membuat desahan ini tidak teratur lagi dan aku memukul kepalanya. "Aku mau buang air kecil," ucapnya dan dia malah tersenyum mempercepat gerakan tangannya.
Rasanya seperti ada yang bergejolak meminta keluar, aku teriak merasakan sebuah kenikmatan lega keluar dari kewanitaanku. Dia tersenyum dan langsung saja melanjutkan ciumannya.
Rasanya tubuh ini sangat lemah, tapi tadi aku ingin lebih lagi. Aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh kewanitaanku. Dia menatap mata ini lalu mengangguk, balasan menggeleng diberikan.
"Tidak, Tuan," ucapku saat menyadari kejantanannya sudah bersiap masuk kewanitaanku. Dia langsung memeluk tubuh ini erat, menciumku lembut dan rasa sakit di bawah sana mulai terasa.
Aku meremas punggungnya merasakan sakit yang luar biasa, kewanitaanku serasa akan terkoyak. Dia menatapku lagi, lalu mengangguk, aku menggeleng lalu dia tersenyum menghantam kejantanannya.
"Sakit!" teriakku, berusaha mendorongnya tapi tenaganya lebih kuat. Aku menangis dan dia hanya diam membersihkan air mata ini lalu mulai menciumku lagi sambil meremas dada ini.
Tubuhku seakan mau hancur saat dia menghantamnya dengan kuat tadi, dia melihatku lagi dan mengangguk lalu mulai mengerakkan pinggulnya perlahan membuat rasa sakit itu muncul lagi.
Aku menggeleng dan dia hanya diam melanjutkan permainannya, tangan ini meremas seprei dan sesekali mencakar punggungnya saat sentakannya mulai terasa kuat.
"Perlahan," ucapku dan dia mengangguk mencium bibir ini lalu meremas dadaku pelan, melalukan gerakannya perlahan di bawah sana. Kewanitaanku mulai terasa biasa atas kehadiran kejantanannya.
Dia mempercepat gerakannya membuat sakit itu muncul lagi beserta rasa nikmat yang lain, aku mengerang dan dia mempercepatnya lagi membuat kedua rasa itu berpadu.
"Ini sangat sempit," desahnya mendongakkan kepala ke atas lalu mempercepat gerakannya lagi membuatku mulai merasakan nikmat melakukan hubungan ini. Dia meremas dadaku lalu memutar ujungnya dengan lidah.
Mengangkat kaki kananku satu ke atas lalu dia mulai pergerakannya lagi dengan irama yang dia inginkan. "Aku mau buang air lagi," desahku dan dia hanya mengangguk.
Aku tidak tahan lagi, cairan yang sama seperti tadi keluar lagi. Dia tersenyum dan mempercepat gerakannya lagi membuat tubuh ini mati lemas. Aku sudah tak sanggup lagi.
Kapan dia akan selesai melakukan hal ini, aku merintih dan dia hanya mengangguk mendongakkan kepala ke atas. Rasanya cairan itu ingin keluar, aku memukul badannya dan dia mempercepat gerakannya.
Lalu menyentaknya dengan cepat membuatku mengeluarkannya lagi di sambut dengan cairan panas yang menyembur ke dalam. Dia mendongak lalu memeluk tubuh ini.
"Panas," ucapku dan dia hanya tersenyum lalu melepaskan memeluk tubuh ini erat, aku menatap wajah yang penuh dengan peluh itu. "Sakit," ucapku dan dia langsung melepaskan kejantanannya lalu memasukkan kepala ini ke dekapannya.
"Terima kasih, kau masih menjaga kesucianmu dengan sempurna," ucapnya mencium kening ini. Apa dia akan berubah menjadi baik jika aku memberikan kewanitaan ini di saat dia ingin melakukannya.
"Sakit," ucapku lagi merasakan kedutan di bawah sana, dia mengangguk laku mengelus punggung belakang. Aku ingin dia menjadi baik seperti ini terus tidak memukulku jika salah.
"Tidurlah," ucapnya dan aku mengangguk menutup mata, berharap hari ini akan selalu datang dan dia bersikap baik. Melupakan hal-hal gila yang dia lakukan selalu.
"Perutku sakit," ucapku merasakan nyeri dan dia langsung pergi lalu kembali lagi sambil membawa botol dan meletakkannya di perutku lalu memeluk tubuh ini dan menutup matanya.
Dia ternyata masih punya sisi peduli terhadapku, aku tidak menyangka setelah kejadian itu dia masih menganggapku sebagai manusia bukan hewan yang di pekerja kan.