Gadis
"Tapi, jangan salahkan aku jika anakmu perempuan, aku akan memasukkannya ke kandang buaya jika dia sudah lahir," ucap Shui dengan senyum sinis. Seketika mataku langsung melebar mendengar tuturan kata yang diucapkannya.
Ada apa dengan anak perempuan? Apa bedanya sama anak laki-laki? Aku pun tertunduk, terasa sesak di dada dan air mata ini turun tanpa diperintah, dia begitu kejam tega membunuh anaknya sendiri.
Shui mengangkat daguku dan berkata, "Aku yakin kau akan memberikanku seorang anak laki-laki." Aku tidak tahu keinginannya itu dapat terkabulkan atau tidak. Air mata ini berhenti turun merasa tenang.
Tapi bagaimana kalau bayi ini tetap perempuan? Apa dia akan mati? Apa dia tidak pantas untuk hidup karena dia terlahir sebagai perempuan? Shui melanjutkan pekerjaannya, beberapa menit kemudian kami selesai mandi.
"Tuan mau ke mana?" tanyaku yang melihatnya berpakaian rapi sambil membawa beberapa pistol.
"Bukan urusanmu!" sentaknya dengan keras. Aku pun tertunduk "Sial! Aku mau bekerja," jawabnya lagi.
Aku pun tersenyum, walaupun dia tidak menanggapinya dan langsung saja pergi meninggalkanku sendiri. Setelah beberapa jam, Shui pergi. Ayato menghampiriku.
"Asyik, ada yang dapat perhatian tuan," goda Ayato sambil mencolek badanku.
"Apa yang, Kakak katakan? Aku tidak mengerti sama sekali," tolakku dan dia menaikkan satu alisnya lalu membulatkan mulut dan terkekeh.
"Ya, sekarang memanggil dengan sebutan kakak, bukannya kamu memanggilku dengan sebutan, tuan?" ucapnya ketus.
"Iya, oke, kenapa Tuan Ayato berkata seperti tadi? Puas!" Dia pun tertawa sambil memegangi perutnya, membiarkanku memperhatikan dirinya seperti orang gila. .
"Ok biar kuceritakan, waktu itu saat tuan pergi meninggalkan kamarmu dan menghampiriku, wajahnya tampak berseri seakan habis membunuh mangsanya, jarang sekali dia menunjukkan wajah itu, dulu dia memang sering tersenyum saat bermain bersama kita, tapi kali ini senyumannya, senyuman kepuasan."
"Lalu apa yang terjadi selanjutnya, tidak perlu memikirkan sifatnya. Dia akan berubah nanti, aku akan membawanya berobat saat dia bisa dikendalikan," kekehku dan Ayato menatap layas.
"Ayato! teriak tuan sambil menuruni anak tangga satu per satu. Aku yang mendengar dan melihatnya merasa terkejut. Hamba tuan, jawabku dengan membungkukkan badan sebentar. Tuan pun berhenti dan berdiri tepat di hadapan badan ini.
Jaga dia, jangan biarkan dia kabur lagi. Aku mau ke luar sebentar, ucap tuan lalu pergi sambil memanggil Shido untuk menyiapkan mobil. Perhatian 'kan? Sebentar lagi bakal jadi nyonya?" ledek Ayato lagi.
Aku tidak menyangka kalau Shui menyuruh Ayato menjagaku agar tidak kabur lagi. Itu tidak akan mungkin, dia sudah menyentuhku. Aku tidak sebodoh itu lari tanpa pertanggung jawaban, walaupun itu sakit.
♡♡♡
"Lepaskan ... tolong... lepas...." Terdengar samar-samar seorang wanita yang teriak dari bawah. Aku pun keluar dari kamar lalu menuju ke asal suara itu. Seorang wanita yang berpakaian seragam sekolah sedang diseret oleh Ayato.
"Ada apa Tuan Ayato?" ucapku lalu mendekatinya. Aku memanggil Ayato dengan sebutan kakak ketika kami berdua saja, dan akan memanggilnya dengan sebutan tuan jika sedang berkumpul.
"Maafkan aku, aku harus segera membawanya!" Bukanya dijawab dia malah membawa gadis itu pergi memasuki gudang, aku pun mengikutinya.
"Masuk!" ucap Ayato lalu mendorong gadis itu.
"Tuan jangan kasar." Sambil mendekati gadis itu, tapi gadis itu malah mendorongku dan berkata, "Pergilah dariku, ini semua adalah perbuatan suamimu." Apa maksud dari perkataannya? Aku bahkan tidak tahu sama sekali, dan juga aku belum menikah.
"Aku tidak mengerti perkataanmu, aku tidak memiliki seorang suami," balasku yang kemudian membuatnya tersenyum seperti nenek sihir.
"Tidak punya! Jelas dia adalah suamimu bukan? Hanya kau satu-satunya wanita di sini, lagi pula siapa lagi yang mau jadi istri dari pria bajingan itu selain dirimu!" bentaknya padaku yang membuat tubuh ini tersentak dan menahan emosi.
Plak!
Aku menampar pipinya kuat, yang membuat Ayato kaget dan membulatkan matanya, dia yang memancing emosi ini keluar, jangan karena dia berpikir aku satu-satunya wanita ini dia menganggap diri ini bukan wanita baik-baik.
"Bajingan katamu! Kau tidak tahu sisi baiknya jadi jangan ucapkan kata kasar itu untuk dirinya!" teriakku di hadapannya, entah mengapa mulai dari tadi aku ingin marah dan akhirnya pun aku melampiaskannya pada gadis itu. Hanya gara-gara masalah kecil.
Dia pun terkekeh, sambil memegang pipinya. "Wanita jalang. Mungkin dia membayarmu untuk melakukan ini."
"Kau!" teriakku. Mata ini langsung sontak saat melihat Ayato menendang gadis itu dengan kasar hingga membuatnya terjatuh.
"Sekali lagi kau berani menghinanya, hukuman matimu akan berjalan dengan sangat cepat!" tegas Ayato dengan nada yang mengerikan, andai dia tahu aku juga tinggal di rumah ini harus menguji diri terlebih dahulu.
"Hukuman? Maksudnya," gumamku saat melihat Ayato tersenyum. Aku menatap Ayato, meminta penjelasan tentang apa yang terjadi, dia pun mulai menceritakannya.
Flashback Ayato Pov
Saat di dalam mobil, "Di mana berkas-berkasnya?" tanya tuan sambil mengarahkan tangannya pada Shido. Mendengar perkataan tuan, Shido langsung saja membuka tasnya dan mengambil beberapa map lalu menyerahkannya pada tuan.
Aku hanya bisa melihat dari arah lain. "Ini Tuan, penjahat yang melukai Mirai malam hari itu adalah geng Brose yang isinya semua adalah lelaki tua yang tidak memiliki pekerjaan apa pun.
Mereka hanya memeras harta orang-orang, lalu melakukan sesuatu yang kasar kepada seorang gadis jika mereka melihatnya sedang sendirian," ucap Shido, tuan hanya mendengar perkataannya lalu tetap melihat foto-foto para penjahat itu dari dalam map yang diberikan Shido.
"Bagaimana dengan ketuanya?" tanya tuan secara tiba-tiba, Shido memandangku dan aku hanya menundukkan kepala.
"Ketuanya adalah seorang duda beranak satu. Dia memiliki seorang anak perempuan yang masih duduk di bangku SMA."
"Baiklah, aku mau anak itu," ucap tuan lalu menutup mapnya.
"Ke lokasi!" Arah tuan pada sopir, lalu sopir itu pun pergi ke lokasi yang ditentukan yaitu tempat para geng Brose.
Sesampainya di tempat. "Apa tujuan kalian?" sambut mereka ketika aku, tuan dan Shido turun dari mobil.
"Aku ingin bertemu dengan ketua kalian," ucap Shido mewakili tuan. Para geng Brose itu hanya melakukan senyum sinisnya lalu meludah ke tanah menandakan mereka jijik melihat kedatangan kami.
Tuan mengangkat tangannya lalu menepuknya di atas, seketika itu pula para pengawal datang dan membuka jalan agar kami bisa masuk. "Ternyata kalian berani datang sendiri," ucap ketua mereka yang tak lain adalah Tadao.
"Aku hanya ingin menyampaikan, kau ingin berlutut dan mencium kakiku serta menjilatnya atau putri kesayanganmu akan mati di tanganku. Kau tahu jika permintaanku tidak dikabulkan, maka lihat saja nanti. Kau akan tetap melihat anakmu tapi kepalanya saja!" tegas tuan.
"Aku tidak takut, putriku tidak ada bersama kalian," jawabnya sambil tertawa.
"Terserah, waktumu tinggal besok jika kau tidak melakukannya berarti aku harus memenggal kepala anakmu lalu mengirimnya padamu, sebagai hadiah yang sah," ucap tuan lalu pergi.
"Setidaknya itulah yang terjadi mengapa gadis ini aku seret ke sini!"
"Tapi, kalian begitu kejam," jawab Mirai sambil memperhatikan gadis itu.
"Sudahlah Mirai, kau tidak perlu mengasihaninya."
"Tapi, Tuan Ayato!"
Flashback off Ayato Pov End