Chereads / Sexy Husband / Chapter 6 - Aku Akan Menikahimu

Chapter 6 - Aku Akan Menikahimu

Aku Akan Menikahimu

Esok paginya, aku membuka mata merasakan berat di tubuh dan sakit di sekitarnya, saat kaki ini mulai bergerak. "Akh...!" erangku sambil memegang selangkangan yang sangat perih.

Kenapa ini bisa terjadi, rasanya seperti ada yang terkoyak di sana aku tidak menyangka ini akibat saat pertama kali disentuh oleh lelaki, aku melihat Shui tertidur pulas dengan badan yang ditutupi oleh sebuah selimut besar dan lembut.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini? Apa aku akan hamil? Mungkin itu bisa terjadi karena dia semalam tidak menggunakan pengaman, dia juga melakukannya bersamaku sebanyak tiga ronde.

Namun, bagaimana aku memastikannya, aku melihat wajahnya yang tertidur pulas. Dia sangat nyenyak bahkan saat seekor nyamuk menggigit tangannya dia tidak ter gubris sedikit pun, aku memukul tangannya pelan lalu membuang nyamuk yang mati.

Langsung saja kaki ini turun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi. Saat aku menginjakkan kakiku ke lantai, sebuah tangan meraih tanganku kemudian menariknya. Membuat tubuh ini kaget dan tidak dapat menjaga keseimbangannya.

Aku pun terjatuh, dan melihat ke arah sesuatu yang menarikku. "Tuan!" ucap bibir ini saat melihat Shui memegang erat tangan kecil milikku.

"Mau ke mana?" balasnya dengan nada agak malas, apa dia tidak bisa mengatakannya tanpa harus menyentuh tangan, ini terasa sakit, akibat pergumulan dia kemarin membuat semua tubuh ini meninggalkan bekas merah.

"Aku mau mandi," jawabku sambil menundukkan kepala, dia diam menatap tepat tanpa mengedipkan matanya.

"Baiklah, kalau begitu ayo mandi bersama," ajak Shui dan langsung saja dia beranjak dari tempat tidur dan menarikku juga, tidak aku tidak mau kejadian kemarin terulang kembali itu sangat sakit.

"Aku malu, Tuan!" ucapku saat di kamar mandi, dia tersenyum seakan-akan ingin menerkam diri ini langsung.

"Tidak perlu malu, aku sudah melihat semua tubuhmu bahkan sudah menikmatinya," ucap Shui sambil memojokkanku ke dinding. Pengungkapan yang sangat memalukan bagiku, entah kenapa rasanya begitu menyenangkan.

"Akh! Iya, Tuan," ucapku tertahan karena merasakan sesuatu yang kerap semakin besar di bawah, apa benda itu akan mengeras dan membesar lagi lalu masuk ke dalam tubuh ini dengan mudah.

"Lanjut ya," bisiknya Shui sambil menyatukan bibir kami, mengulumnya perlahan dengan kedua tangan meremas dada ini. Aku mengerang merasakan nikmat tersendiri yang keluar dari tubuh.

Belum ada lima menit tubuh ini kembali panas, dia mendudukkanku ke lantai lalu menarik tengkuk ini dan memperdalam ciuman kami, membuat lidah ini terbiasa dengan aksinya.

Aku memutar lidahku sesuai irama yang dia lakukan, lalu mengisapnya dan mengabsen setiap gigi miliknya. Tubuh ini semakin panas saat dia membawaku ke dalam pangkuan hangat, merasakan benjolan kasar di sana.

Seperti batu yang mulai memanjang dan semakin lama mengeras, aku menggoyangkan pinggul ini ke kanan dan kiri memberikan syarat bahwa tubuh ini ingin lebih. Shui tersenyum lalu membuatku menghadap ke tembok.

Membuka seluruh pakaiannya dan milikku, dia menarik rambut ini, menjilat leher belakang lalu meremas dadaku, kemudian turun memegang bagian inti di bawah, dia mengelusnya lalu tangan jahil itu mulai memasukkan satu jari di sana.

Aku menatapnya dengan napas yang tidak teratur, dia hanya tersenyum menggerakkan tangannya perlahan lalu semakin lama semakin cepat membuatku tidak tahan lagi merasakan sesuatu akan keluar.

Kudongakkan kepala semakin ke belakang, menekannya di dada milik dia. Lalu mengerang merasakan cairan nikmat itu keluar, tubuh ini terasa sangat lemas membuatku tidak tahan, tapi ingin lebih.

Dia membungkukkanku, terlihat jelas dari bawah sini bahwa miliknya akan segera masuk menghantam milikku, mata ini terpejam merasakan tusukan benda asing yang besar dari sana.

Dia mengerang lalu memeluk tubuh ini, meremas dadaku dan mulai menggerakkan pinggulnya merasakan sensasi nikmat. Apa yang aku lakukan benar atau tidak?

Dia membalikkan tubuh ini menghadap ke arahnya, aku memeluknya erat dan dia mulai melakukan pergerakan itu lagi dengan cepat, membuat tubuh ini bergerak cepat sesuai iramanya.

"Pelan," desahku merasakan benda itu dengan sempurna menusuk sampai ke rahim. Dia hanya diam dan melakukannya lagi dengan tempo yang sangat cepat membuat milikku terasa panas dan perih.

Tautan kami membuat rasa panas di ruangan ini semakin memanas, dia menyalakan kran air dan membasahi seluruh tubuh. Aku melihat wajah mulus miliknya, dia tersenyum miring dan menggerakkan pinggulnya lagi.

Aku mencakar punggungnya merasakan nikmat itu akan segera keluar, dia semakin memeluk tubuh ini erat dan memompanya dengan cepat. "Sakit!" pekikku dan dia semakin cepat tidak peduli sama sekali.

Rasanya tubuh ini bergejolak merasakan cairan panas yang menyembur dengan sempurna masuk sampai ke rahim, perutku terasa panas tapi rasa nikmat juga menyelimutinya.

Milikku berkedut dengan sempurna, dia menghela napasnya lalu mengatur kembali. Tubuh ini masih terasa lemas, aku memeluknya erat tak ingin melepas tautan kami.

"Sudah," ucapnya menggendongku lalu mendudukkan tubuh ini ke samping, aku melihat benda yang masuk ke dalam tubuh tadi, dia sangat besar dan masih tegar sampai sekarang.

"Lanjutkan mandi," ucapnya dan aku mengangguk dan melanjutkan membersihkan diri bersama dia, membersihkan semua tubuh sampai bersih dan tidak mengeluarkan aroma bau milik dia lagi.

Sialan, kenapa aku baru ingat untuk mengingatkan dia agar tidak melakukan hal tadi di dalam. Bagaimana jika aku hamil, apa dia mau bertanggung jawab? Tapi tetap saja aku sudah menganggapnya sebagai kakak, tidak mungkin tubuh ini memiliki pengikat tertentu dengannya.

"Tuan! Jika aku hamil?" tanyaku yang membuatnya memberhentikan aksinya, apa dia akan menyuruh diri ini meminum obat? Itu tidak masalah sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.

Namun, kenapa rasa ingin memilikinya juga timbul dari hati ini. Aku tidak mau dia menikahiku tapi di satu sisi aku ingin dia selalu bersama dengan diri ini, menjadi saudara selamanya.

"Itu mudah aku akan menikahimu."

Ketika kata aku akan menikahimu terdengar, rasanya seperti dunia ini membenciku. Tidak mungkin Shui menikahiku, aku sudah menganggapnya sebagai kakak. Tapi, jika aku menolaknya, aku yang akan semakin hancur.

Bagaimana nasibku jika aku benaran hamil? Aku tidak bisa membiayai hidupku sendiri. Dan juga aku tak sanggup untuk pisah jauh darinya, mengapa dunia membuatku seperti ini? Kenapa dia menolakku? Semakin aku menolaknya, semakin hancur juga aku.

Haruskah aku mengatakan iya dan langsung meminum obat menghindarkan hal ini terjadi, tapi jika dia sampai tahu maka tangan kekar miliknya itu tidak akan segan-segan menyayat kulit ini.

Aku melihat dia dan dia tersenyum lalu mengambil pakaian dia dan menutupi tubuh yang telanjang. Kenapa dia bisa mengatakan hal seperti tadi, apa tidak ada cara lain selain menikah.

Aku menginginkan dia di sampingku bukan berarti hubungan suami istri, aku tidak tahan lagi dengan ini semua, seakan-akan semua dunia yang ada menolak akan kelahiranku.