Chereads / Sexy Husband / Chapter 19 - Kisah Menyedihkan II 18+

Chapter 19 - Kisah Menyedihkan II 18+

Kisah Menyedihkan II

Warna kuah bakso yang sedikit berminyak berubah menjadi darah, Shui langsung saja memuntahkan bakso tersebut. Untung saja dia belum menelannya, seketika dia langsung menelepon pamannya tetap ponselnya mati. Rasa cemas mulai muncul, tapi ayah Shui mengatakan bahwa pamannya baik-baik saja di sana. Tidak perlu dikhawatirkan Shui percaya kepada ayah, kemudian dia pergi dan membuang bakso yang diberikan tadi.

Seminggu kemudian terdengar kabar berita bahwa keluarga Marxiano telah membunuh Subaru Sakamaki, pamannya Shui. Mendengar kabar tersebut, ayah Shui langsung saja pingsan. Dia tidak menyangka bahwa adiknya akan mati dan dagingnya dijadikan bakso. Bahkan dia masih bisa mengirim bakso tersebut sebagai hadiah ulang tahun anaknya.

Shui turun tangan dan membawa Ayato, Shido dan beberapa pengawal untuk mendatangi keluarga Marxiano di kediamannya. Keluarga Marxiano sudah berada di Jepang, karena ulah yang dilakukan mereka. Polisi Inggris mengirimkan keluarga Marxiano ke Jepang untuk ditangani langsung oleh pihak yang bersangkutan.

Tepatnya di dipinggir hutan Shui bertemu dengan keluarga Marxiano. "Kau! Kenapa kau membunuh pamanku?" tanya Shui sambil mengepalkan tangannya. Para pengawal Shui langsung saja menangkap keluarga Marxiano, anaknya atau yang disebut Niana langsung di jauhkan dari orang tuanya.

Shui menyuruh Shido mengambil pisau yang sangat tajam dari dalam mobil, Shido mengambilnya kemudian memberikannya pada Shui. Tangan mereka sudah diikat kuat, jadi mereka tidak bisa lagi lari dari mana pun.

Dengan sekali sayatan di kaki ayah Niana atau yang sering dipanggil Glen darah segar keluar dengan sangat lancar. ibu Niana dan Niana memohon ampun supaya mereka tidak dibunuh, tapi Shui tidak memedulikannya dan mulai memotong kaki Glen dengan sangat cepat.

Bahkan Glen sudah berteriak meminta tolong tapi tidak ada yang menolongnya, darah Glen berserakan di mana-mana memenuhi jalan dan baju yang dikenakan Shui. Shui bersusah payah memotong kakinya Glen, tapi tidak bisa karena menggunakan pisau yang kecil.

Niana terus berteriak meminta tolong, tapi tidak ada yang mau menolongnya. Shui melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh mereka kepada pamannya, menjadikan potongan tubuh dia bakso.

Shui kurang puas dengan yang dilakukannya, dia mengambil pisau yang lebih kecil dari saku celananya. Lalu mulai mengukir namanya di pipi ibunya Niana atau yang sering disebut Kikyo, Kikyo merintih kesakitan sambil memaki Shui dan mengatakan Shui adalah anak durhaka.

Mendengar itu Shui langsung menarik panjang pisaunya di kulit Kikyo hingga membuatnya menjerit kuat dan memandikan darahnya sendiri. Shui memotong rambut Kikyo sampai habis, Tuan menggunakan potongan rambut itu untuk membersihkan tangannya dari darah Kikyo.

Glen merasa kasihan dengan istri dan anaknya, akibat ulah yang dilakukannya. Tapi dilain sisi dia tidak bisa membantu.

Glen dipaksa untuk memakan dagingnya sendiri secara mentah, daging dari pahanya tadi sudah dicampur dengan tepung. Jadi warnanya agak merah pudar. Glen menolak, tapi Shui membuka paksa mulutnya dan memasukkan daging tersebut ke dalam mulutnya. "Jika kau memuntahkannya, maka anakmu akan aku siksa!" Perintah Shui. Glen pun menelan dagingnya sendiri, rasa seperti mau muntah. Bayangkan makan daging sendiri, pasti rasanya sangat mengerikan.

Glen hampir hilang kesadaran karena kekurangan banyak darah, begitu juga dengan Kikyo. Tuan menyuruh Kikyo untuk memakan daging mentah suaminya.

Kikyo tidak bisa menolak, semua badannya terasa sakit. Apalagi dibagian perut. Dia pun menerimanya dan menelanya dengan cepat. Tepat di depan mata Kikyo Ayato membunuh bayinya dan melemparkannya di depan matanya. Walaupun sebenarnya bayinya sudah mati diluan.

Kikyo menangis memandang janinnya yang mati di hadapannya. Niana berteriak sekuat mungkin karena melihat ibu dan ayah akan mati. Dia meminta untuk melepaskan ayah dan ibunya. Shui merasa suaranya sungguh berisik, dan membuat Shui menamparnya dengan sangat kuat sampai pingsan. Shui berpikir bahwa Niana mati, ternyata tidak.

"Shido, ambil tembak dan bunuh mereka berdua," ucap Shui kemudian masuk ke dalam mobil. Shido mengambil tembak dan menembak Glen dan Kikyo hanya dengan sekali tembakan untuk satu orang. "Bawa mereka dan buang anaknya ke sungai bersihkan TKP dan saksi mata jika ada yang melihat kita!" perintah Shui dari dalam mobil.

Pengawal Shui langsung melaksanakan perintah tuannya. "Tuan jasad mereka berdua," tanya Shido.

"Buang ke kandang buaya," jawab Shui. Itulah nasib yang harus diterima Niana, ibu dan ayah mati tepat di hadapan dia, bahkan dia sekarang akan dihukum mati oleh Shui.

Sekarang keadaan Niana sudah tidak mengenakan busana lagi, hanya ditutupi oleh kain putih yang tipis. Shui sudah bersiap untuk menyambuk Niana hingga Niana berteriak kesakitan. "Kau sudah siap?" tanya Shui.

Niana sempat ingin melaporkan kejadian yang menimpa keluarganya, ketika buang ke sungai Niana melupakan semuanya, kepala dia terbentur ke batu hingga lupa ingatan, lalu saat dia mengingat semuanya dia mengurungkan niat melapor karena tiada guna dan memilih membalas dendam, tapi semua sia-sia.

Tangan dan Kaki Niana diikat dengan kuat, dengan posisi badan telungkup. Sekarang dia tidak bisa bergerak sama sekali. Satu cambukkan diluncurkan, Niana berteriak sekuat mungkin akibat rasa sakit yang ada di punggungnya, matanya berair menandakan dia menangis.

Shui hanya memandang Niana sambil tertawa melihatnya, darah yang keluar dari punggungnya berwarna merah pekat dengan berbau amis, tapi itulah yang membuat Shui merasa senang, darah yang keluar dari punggung Niana itu masih kurang untuk membalaskan dendam Shui kepada keluarganya.

Shui menyambuk Niana untuk ke dua kalinya, kali ini cambukkannya sungguh kuat, bahkan suara cambukkan tersebut bergema di mana-mana. Punggung Naina sudah berlumuran oleh darah, bahkan daging putih dari punggungnya tersebut sudah tampak jelas, hanya saja dicampur dengan darah.

"Bagaimana, apa rasanya nikmat?" Dengan senyum mematikannya Shui melontarkan perkataan tersebut sambil memandang wajah Niana. Wajah Niana sekarang sudah sangat berantakan, air mata berserakan di wajahnya, rambutnya yang acak-acak kan menutupi setengah wajah.

"Lepaskan aku, sialan," jawab Niana. Shu hanya memandangnya dengan wajah datar, Shui berpikir bahwa Niana pantas mendapatkan hukuman seperti ini. Walaupun di dalam lubuk hati Shui dia merasa kasihan, dia berpikir bagaimana wanita itu adalah aku, tapi itu hanya pikiran kenyataannya yang ada di hadapannya adalah Niana Marxiano anak dari seorang pembunuh yang sempat selamat akibat kelalaian yang dilakukannya.

Sekarang Shui sudah siap untuk menyambuk Niana lagi, tapi seketika tangannya berhenti saat melihat Niana terkulai lemas. Hati baiknya tergerak dan membuatnya batal melakukan hukuman, kali ini Shui melepaskan Niana, Niana langsung di bawah oleh pengawal Shui untuk segera diobati.

Walaupun Shui ingin membunuh Niana, tapi dia tidak tega dan merasa kasihan. Dia tahu bahwa yang bersalah itu adalah orang tuanya Niana bukan Niana. Niana merasakan seluruh punggungnya sakit dan perih tapi dia tidak bisa melakukan apa pun, dia hanya diam sampai pengawal Shui membawanya ke rumah sakit.