Chereads / Dunia Kita Berbeda / Chapter 8 - 8. Tumpukan Hutang, Beban Hidup

Chapter 8 - 8. Tumpukan Hutang, Beban Hidup

"Nih kembalian nya. Makasih ya." Kata Abang penjaga toko alkohol itu.

Clara mengangguk. Lalu dia mengambil sisa uang nya untuk dia buat membeli nasi dan makanan. Hanya sepuluh ribu, namun dia bisa membeli beras seperempat kilo dan membeli telor ataupun tempe.

Dia terbiasa membeli dengan yang secukupnya.

"Jadi udah lunas yah bang?" Tanya Clara.

Abang itu mengangguk, "Bilangin sama bapak mu, jangan terus terusan minum ya?"

Clara mengangguk dan dia segera menjalankan sepeda butut itu menuju tempat kerja nya, dia harus bekerja sebagai tukang pencuci piring di salah satu restoran.

Kini hari dia gajian, dan lumayan banyak gajian itu sekitar 3 jutaan. Dia harus membayar uang sekolah, menyisakan untuk tabungan, dan biaya kehidupan selama 30 hari.

Hidupnya sesulit ini dan karena itulah dia jadi tidak bisa mendapatkan kebebasan. Citt... Sepeda nya berdecit setiap kali di rem. Setelah memarkikan mya dia turun dan masuk ke dalam restoran megah. Bekerja selama 4 jam dan akhirnya dia mendapat kan gaji nantinya.

Sudah pukul setengah dua belas malam, dan dia sudah lelah. Mengantri sebagai para karyawan untuk menerima gaji. Kepala nya pusing akibat terlalu sering bekerja.

"Clara... Ini gajian mu ya." Kata manager nya.

"Iya, makasih Pak..." Kata Clara dengan tersenyum lebar.

Setelah itu dia segera berbalik badan, menatap amplop yang cukup tebal. Dia menyisihkan uang untuk tabungan dan membayar sekolah nya. Kini sulit sekali hidupnya. Rasanya ada di ujung ambang ambang kematian.

"Baik, kalian semua bisa pulang sekarang... Terimakasih atas kerjasama dan kerja keras kalian..." Kata Manager.

Clara mengangguk, dia segera berbalik badan mengendari sepeda nya dan menuju pulang ke rumah. Pak Manager memberikan nya makanan yang sisa di restoran, dan Clara juga membawa makanan yang tadi di berikan oleh Dahlia.

Dia segera berbelok dan masuk ke gang kumuh yang sangat kecil. Dan pada akhirnya dia masuk ke dalam rumah kecil yang kurang bersih, dan cat dinding yang sudah usang.

"Adik adik... Maafkan Kakak Yo? Kakak lupa buat kasih makanan kalian..." Kata Dahlia dengan memberikan makanan yang super duper lezat sekali. Dirinya kini jadi tersenyum lebar menatap semua anak anak disini dengan wajah yang begitu ceria.

"Mbak Clara... Makasih ya. Kita udah nunggu dari lagi. Makanan nya enak banget." Kata salah satu anak yang bernama Gio.

Clara mengangguk dia mengacak acak rambut anak itu dan tersenyum lebar. Dia tidak menyangka akan anak anak yang dibuang dan di terlantarkan ini.

"Bagaimana sekolah kalian? Sudah sampai mana?" Tanya Clara dengan tersenyum lembut terhadap teman teman kecil nya ini.

"Ya... Kita sudah bisa perkalian dan pembagian. Juga kita belajar tentang bahasa Indonesia." Kata teman perempuan satunya yang bernama Sinta.

Clara menatap wajah gadis itu dengan begitu sedih nya. Lalu dia tidak bisa menahan rasa sedih itu. Anak anak disini begitu terlantar karena orang tua nya yang sering mabuk mabuk an dan akhirnya juga tidak bisa mengahasilkan uang nya untuk anak mereka.

Clara memungut anak anak jalanan ini, mencarikan rumah bekas. Ini adalah rumah besar punya paman nya yang sudah tidak layak di pakai. Clara akhirnya memperbaiki nya dan membuat kan rumah rumah kecil ini untuk 10 anak ini. Terdiri dari 8 pria dan 2 anak perempuan. Dua anak perempuan ini tidur di rumah nya Clara. Sedangkan 8 pria anak laki laki ini menempati rumah kecil ini.

"Wah... Kalian makan dengan lahap. Setelah ini kalian tidur yah. Ini... Ada saku dari Kakak, bagi bagi ya..." Kata Clara dengan tersenyum lebar.

Setelah itu dia berlari ke arah rumah nya sebelum ayah nya pulang. Dia menguncir kamar nya dan di sana dia sudah menatap dua anak kecil yang terlihat begitu menggemaskan, tidur terkurap dengan tersenyum lebar.

Brak!! Tepat di saat Clara tertidur, ayah nya langsung menghantam pintu ini dan membuat nya jadi merasa lelah sekali. Jadinya hanya bisa mengunci tubuh nya di kamar ini.

"Clara!! Keluar kau! Jangan sembunyi terus! Bodoh!" Teriak ayah nya dengan begitu menyeramkan sendiri.

"Astaga! Dasar anak tidak berbakti pada orang tua!" Teriak Ayah nya.

Tubuh ayah nya yang gemuk, berotot, dan Begitu bau sekali dengan bau alkohol nya yang begitu menyengat sekali.

"Keluar Clara!!" Teriak Ayah nya yang begitu jahat sekali. Dirinya yang sekarang jadi lebih takut dan akhirnya memutuskan untuk keluar sebelum pintu kamar nya jebol.

"Mana?! Mana gajian mu hah?!" Bentak ayah nya, dan dia sekarang langsung mengambil dan menyahuti amplop yang ada di saku celana Clara.

"Cuma sejuta?! Mana yang lain nya hah?!" Bentak Ayah nya.

"Sudah dibuat untuk... Bayar sekolah Pak." Kata Clara dengan menunduk kan kepala nya begitu dalam.

Lalu bapak nya segera mendorong nya hingga jatuh dan kini malahan membuat Clara merasakan sakit di bagian punggung nya. Dia tidak bisa berhenti untuk menangis hingga dua adik adik nya terbangun. Membantu Clara untuk berdiri.

Setiap gajian bukannya dia senang dia malah sediu, karena rasa tertekan nya terhadap dunia disekitar nya. Ini menyebalkan sekali dan malahan membuat Clara tidak ingin memperlihatkan kondisi nya pada bapak nya.

Pukulan, tendangan, dan setiap tindakan serta ucapan ayah nya adalah hal yang paling membuat nya sakit.

"Kakak baik baik saja kan?" Tanya Adik nya yang bernama santi.

Clara mengangguk lalu memeluk kedua adik nya yang bernama santi dan Tuti.

---***---

Randy tertidur di kamar nya lalu terbangun kembali karena ponsel nya yang berdering berkali kali. Itu adalah kakak nya, Dahlia. Ini sudah jam setengah satu pagi, kenapa anak ini pulang begitu malam sekali?

"Kakak? Kakak kenapa pulang malam malam sekali?" Tanya Randy dengan kepala nya yang terus bergerak kemana mana.

Dia tidak bisa menahan rasa takut nya pada Dahlia ini, lalu dia tidak bisa menahan rasa lelah nya lagi.

"Tolong jangan bilang ke mama." Kata Dahlia yang langsung berlari ke rumah dan mulai tidur kamar nya.

Randy kembali masuk ke dalam rumah nya dan mulai merasakan ada yang aneh dengan ibu nya. Namun dia tidak bisa paham dengan keadaan sekitar nya, menggerak-gerakan kepala nya dan akhirnya dia tidak bisa menahan rasa pusing kepala nya.

Dia akan pusing jika terus terusan berpikir keras seperti ini.

"Aarrghh!" Teriak Randy dengan memukul mukul kepala nya, merasakan rasa sakit kepala nya hingga merasa begitu sedih sekali.

"Randy? Randy!! Nak kenapa kamu?" Tanya Ibu nya yang mulai panik dan akhirnya menidurkan Randy ke dalam kamar nya Randy.

"Randy baik baik saja ma..." Kata Randy dengan tersenyum kecil. Meski hidung nya terus mengucurkan darah.