Pelajaran hari ini sangatlah singkat sekali, dan Randy masih mengelilingi kelas. Dia harus mengembalikan buku di perpustakaan sebelum libur nasional dua hari. Tapi selama dia berjalan menuju perpustakaan seluruh siswa dan siswi menatap nya. Dari cara berjalan nya, dan cara dia berbicara.
Randy hanya diam saja seolah tidak ingin memperpanjang masalah nya. Dia berbelok setelah ada kelas komputer dan setelah itu menaiki tangga. Kemudian saat dia berbelok untuk masuk ke perpustakaan seseorang yakni Johan membuat nya tersandung hingga jatuh ke lantai yang telah mereka beri lem tikus.
Itu erat sekali, membuat nya benar benar tertempel. Tangan nya kesusahan melepaskan lem itu, hingga keluar darah karena kulit nya sobek. Dan alas sepatu nya yang tidak bisa di tarik. Randy hanya menunduk kan kepala nya, dalam hati nya dia marah sekali, tapi dia harus menahan nya. Jika tidak semua orang malah akan membuat dia jadi terasingkan..
"Kenapa kau tidak melawan? Takut?! Ayo sini lawan!" Bentak Johan dengan menarik kerah baju anak yang tidak bersalah itu.
Randy dengan kepala miring dan bahu kiri nya yang terangkat itu menggeleng. Bibirnya terus bergetar tanda jika dia panik dengan situasi ini. Bukannya di tolong semua orang orang malahan sibuk menontonnya. Bahkan ada yang membawa poster bertuliskan, "Sekolah Kita Punya Satu Orang Gila"
Randy bisa membaca nya tapi dia tidak bisa memprediksi apa situasi di sekitar nya. Randy terus berjalan meski Johan mengikuti nya. Lalu dia memasukkan buku itu kembali ke rak nya. Kini dia hanya perlu berbalik untuk pulang, tapi rasanya aneh sekali. Dan benar saat dia berbalik seluruh teman nya berubah menjadi hantu.
Itu adalah kostum dan topeng menyeramkan ya sengaja dibuat untuk menakut nakuti Randy.
"Ada apa dengan kalian...." Ucap Randy yang tidak takut sama sekali pada kenyataannya.
Semua siswa siswi yang merasa sia sia saja akhirnya membuka topeng dan masker mereka. Kembali pergi ke aktifitas masing masing. Sedangkan dalam benak nya Johan rasanya dia belum puas untuk mengerjai anak ini.
Tujuan kedua Randy adalah lapangan bola basket. Dia hendak melihat pertandingan yang berlangsung antara sekolahan nya dengan sekolahan lainnya. Di sana ada Rio dengan seragam basket nya yang berwarna merah dan tim lain yang berwarna kuning.
Randy bertepuk tangan saking antusiasnya, hingga dia pun ikut meneriaki teman setia nya ini. Rio telah mendapatkan poin 5 untuk sekolahan nya dan karena itulah semua siswa yang ada disini meneriaki nama Rio agar semangat nya terus bangkit. Tapi karena kelamaan berteriak Randy jadi keselek, bahkan dia terbatuk batuk.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Dia membuat seluruh penonton risih.
Randy hendak pergi keluar tapi seseorang menahan nya, memberikan nya minuman segar dan itu adalah gadis Oolong, alias Clara.
Dia melambaikan tangan nya dan tersenyum lebar ke arah Randy, saking kaget nya Randy tidak sengaja menyiramkan air yang dia simpan di mulut pada wajah salah satu siswa dengan rambut kribo nya.
Byurr....
"Ya! Randy! Kau... Astaga... Oh M To The Gee!! Lihat tau! Bedak nya rontok tau!" Kata si Kribo. Nama nya Anton.
"Maaf... Maafkan aku." Kata Randy dengan kebingungan hingga dia membantu Anton, si pria yang agak banci ini dengan mengelap kan rambut nya dengan handuk milik Rio.
"Oh M To The Gee.... Akhirnya bisa ngerasain keringat nya Rio..." Kata Anton dengan lebay nya.
Clara mengerutkan kening nya, ini pertama kali nya dia menatap manusia dengan rambut nya yang begitu menggumpal bahkan memenuhi ruangan dan tidak lupa akan satu hal. Gaya lebay nya yang tidak cocok dengan nama aslinya itu.
Anton? Pria setengah perempuan yang suka pakai skin care, bedak, dan liptint di sekolah. Serta pria satu satunya yang masuk dalam kelas merias. Patut di acungi jempol pria ini, sungguh jika urusan make up, desain, dan fitur tubuh adalah jago nya. Hanya saja....
Satu kekurangan nya. Dia tidak bisa menghentikan tumbuh nya rambut kribo ini. Beberapa kali pun di potong yang ada makin lama makin lebat.
"Clara... Kenapa kamu ada disini?" Tanya Randy dengan bola mata nya yang terus berputar kemana mana.
"Itu tim sekolah ku. Makanya aku ada disini. Kamu sedang mendukung teman mu?" Tanya Clara balik.
Randy mengangguk dia kembali meneriaki nama Rio tapi Clara lupa jika dia juga kenal dengan Rio. Bahkan dia lupa jika namanya pria itu adalah Rio.
"Kamu suka basket?" Tanya Clara.
Randy menggeleng.
"Aku tidak pandai dalam hal olahraga. Aku hanya bisa lari dengan cepat." Kata Randy dengan tersenyum lebar.
Saat di lihat lihat apa yang di katakan Bu Sisca soal Randy yang sedikit mengalami gangguan autism ini adalah suatu kenyataan. Bahkan hanya dengan menatap tingkah nya saja semua orang akan tau jika dia tidak normal.
Bola melesat ke arah keranjang dan Rio lagi lagi mencetak skor.
"Wooo!!! God Rio! God Rio!" Teriak lainnya.
Sebutan Rio di sekolah adalah tuhan nya bola. Dia begitu jago sekali mengendalikan benda berbentuk bulat itu.
Randy mengangkat telpon yang sempat masuk ke dalam panggilan nya. Dan dia di kejuaraan akan sesuatu di sana ibunya berkata jika Dahlia harus segera pergi ke rumah sakit. Randy di suruh untuk mencari pacar nya Dahlia.
"Ada apa?" Tanya Clara yang tau betul jika Randy sedang kebingungan sekarang.
"Aku harus pulang. Ah... Mmm... Satu. Dua. Tiga. Empat. Dahlia... Pacar nya... Dahlia..." Randy terus terusan mengoceh, mengoceh dengan apa yang dia inginkan. Ini adalah hari yang sungguh melelahkan bagi Clara tapi dia memutuskan untuk mengikuti Randy dan meninggalkan lapangan bola basket.
"Randy! Tunggu!" Teriak Clara dengan suara nya yang cukup lantang sekali.
"Kamu... Kamu mau ikut?" Tanya Randy.
Clara mengangguk dia sudah janji pada ibunya Randy untuk menjaga Randy. Meski sebenarnya mereka baru saja kenal satu sama lain.
Dalam perjalanan pulang Randy terus terusan menggerutu memilih dan menatap angkutan umum yang terus terusan melaju tanpa dia hentikan.
"Kau mau pergi ke mana? Jalan apa?" Tanya Clara.
"Aku mau pergi ke... Ke rumah pacar nya Dahlia. Dia sedang sakit. Katanya... Karena... Pacar nya." Kata Randy.
"Kakak mu hamil?" Tanya Clara dengan begitu heboh nya. Tali Randy menggeleng dia.
"Aku tau kakak ku tidak seburuk itu." Kata Randy.
Jika berada di sekitaran Clara entah kenapa jantung nya berdegup 32 kali lebih kencang dan malahan membuat Randy jadi makin panik saja.
"Ada apa?" Tanya Clara.
"Tidak ada apa apa. Ayo kita pulang." Kata Randy. Jika dalam kondisi ini kadang kadang Randy terlihat normal normal saja.