Clara pulang sekolah lebih awal karena badan nya yang meriang, dan dia merasa kepala nya pusing seolah olah akan pecah terbelah. Clara yang merupakan gadis SMA yang duduk di kelas satu di salah satu sekolah negeri biasa ini berjalan di jalanan trotoar hingga dia tidak sengaja menemukan uang 100 ribu yang tergeletak di jalan seperti rejeki nomplok di siang hari.
Randy yang kebetulan lewat sana melambaikan tangan nya, Randy pulang lebih awal juga karena di sekolahan nya ada acara rapat penting guru sehingga seluruh murid di liburkan meski mendapat segerombolan tugas tugas pekerjaan rumah. Clara yang ada di sebelah nya Randy itu ikut makan roti mahal yang diberikan oleh Randy.
"Ini harganya 80 ribu, kenapa kamu beri berikan orang lain?" Tanya Clara, rasanya dia sudah makan uang untuk 2 Minggu nya.
"Karena aku yakin kamu akan suka. Clara... Aku... Aku mau tanya, kenapa semua orang... Memanggil ku culun? Apakah karena... Karena... Aku cuek?" Tanya Randy dia membuat wajah sedih nya itu tampak sangat menyedihkan.
Clara menggeleng dia memakan roti itu dengan sangat baik sekali, rasanya lembut, manis, dan renyah setiap kali di gigit. Bahkan rasanya lebih enak dari nasi yang harga nya 20 ribu.
"Ran, kamu tau ga kenapa kamu di bilang culun? Itu karena sikap dan penampilan mu. Jadi pria itu harus yang tegak. Jalan nya harus tegap seperti para tentara. Kamu juga harus olahraga agar punya otot. Kamu---"
"Hey! Kalian sudah pulang?" Tanya Rio yang tiba tiba saja datang dengan berlari lari kecil ke arah mereka berdua. Membuat perbincangan Randy dan Clara terpotong.
Rio merangkul Randy dengan mengalungkan tangan nya di leher pria itu. Dan mengedipkan matanya pada Clara. Mereka jadi tampak begitu dekat dan satu lagi yang harus mereka ingat ingat.
Randy dan Rio sekarang bekerja di warung pecel itu yah mereka jadi lebih dekat selama beberapa bulan ini. Dan hasil penjualan pecel itu di bagi kan dengan rata. Randy sih tidak terlalu mementingkan uang nya dia hanya suka setiap kali berinteraksi dengan banyak orang, dia tidak pernah berinteraksi hingga sedekat itu sebenarnya.
Tapi karena dia harus melayani pembeli dia jadi sangat semangat dalam setiap pekerjaan nya. Randy memasukan roti terakhir nya dalam mulut dan memberikan Rio permen coklat yang sangat lezat.
"Thankyouuu... Oh ya, kalian udah kerjain tugas sekolah belom? Eh kamu kenapa Clara? Sekolah mu di liburkan juga karena rapat guru besar besaran?" Tanya Rio dia tampak aneh setiap kali melihat tubuh Clara lemas.
"Aku sedang demam. Karena itu aku ijin pulang... Eh kalian buka warungnya sendirian aja ya, aku bakalan bantu kok nanti. Tapi aku tidur dulu ya... Bye!!" Clara melambaikan tangan nya lemas setelah itu dia masuk ke dalam gang kotor nya itu.
Rio tersenyum lebar sedangkan Randy ikut membalas lambaian tangan itu. Kini mereka berdua, dua orang pria yang sangat berantakan ini di suruh membuka warung pecel. Untung nya Rio hanya tinggal menggoreng gorengan seperti tempe ataupun telur, karena bumbu pecelnya sudah di siapkan sendiri oleh Clara.
Sedangkan Randy bertugas untuk menurunkan kursi kursi dan membantu menatap bangku. Dia juga bertugas untuk memotong sayuran ataupun cuci piring.
Warung pecel dibuka!
"Randy! Pesanan meja satu dua pecel di tambah sayuran ekstra!" Teriak Rio dari meja pelanggan.
Randy mengangguk dia menyendok kan nasi ke atas piring khusus yang memakai alas plastik pangsit dan dia menambahkan lauk nya serta ekstra sayuran dan bumbu pecel yang pedas.
"Ini.. ini pesanan nya..." Kata Randy dia terlihat sangat canggung dan takut setiap kali di suruh mengantarkan makanan.
Kini giliran dia yang mencuci piring karena sudah siang hari banyak sekali para pekerja pabrik yang istirahat di jam kerja dan memutuskan untuk makan di warung ini.
"Randy kamu bisa merebus mie instan? Seperti yang Clara ajarkan?" Tanya Rio.
Randy mengangguk dia sudah ahli dalam membuat Mie instan. Setelah belajar selama 1 Minggu akhirnya rasanya benar benar Perfect. Tak disangka selama 17 tahun Randy baru pertama kalinya bisa membuat masakan seperti ini.
Tak berselang lama setelah 2 jam an berlalu, Clara kembali dengan jaket nya yang sudah berlubang, kain nya tipis seperti bukan sebuah jaket. Gadis itu duduk dengan melipat tangan nya sebagai bantalan dia tidur.
"Kamu baik baik saja Clara?---"
Randy terkejut setelah menyentuh dahinya Clara. Dia panas sekali bahkan tangannya Randy sampai terkejut. Dia tidak pernah menyaksikan orang sekuat Clara yang bisa tahan dengan demam itu.
Matanya Clara berkaca kaca tanda jika dia sedang menahan rasa sakit yang campur aduk di dalam tubuh nya.
"Kamu sudah makan Clar?" Tanya Rio dia jadi ikut cemas.
"Ran! Tolong belikan bubur di warung Mak Yati yah!" Pinta Rio.
Randy mengangguk dia berlari secepat kilat di ujung jalan dia berbalik dan kembali bingung, dia lupa di mana warung Mak Yati.
"Eum... Ada yang tau di mana rumah Mak Yati?" Tanya Randy matanya berputar terus membuat sekelompok anak SMP yang lagi nongkrong itu tertawa. Dan mencekam nya dengan rokok yang menyala.
"Tolong... Lepaskan aku... Aku harus pergi membeli---"
Bruk! Randy terbanting. Tubuh nya terjatuh di jalanan yang kasar dengan banyaknya batu kerikil. Anak anak yang lebih rendah tingkatannya dari dirinya itu menginjak dadanya dengan sangat kasar sekali.
"Sakit tau... Tolong hentikan itu..." Kata Randy dia duduk dengan mendekap erat perutnya.
"Hah? Kamu tau bang? Abang tuh kayak gelas kosong! Meski udah di bilangin 100 kali Abang gabakalan bisa di isi. Terus tumpah padahal ga ada lubang apapun. Sudah gue bilang! Warung nya Mak Yati itu di situ!!" Bentak anak itu.
Gelas kosong? Apa maksud anak itu? Pria kecil yang masih berusia 13 tahun yang duduk di SMP kelas 1 itu membuang rokok nya yang masih menyala ke arah lengan Randy. Panas sekali.
Dia tidak paham dengan arti gelas kosong. Semua orang menyebutnya dengan hal itu.
"Kenapa aku gelas kosong?" Tanya Randy sendiri.
"Rio..."
Rio menolong Randy setelah mendengarkan keributan kecil.
"Ada apa dengan mu?! Fateh menggangu mu lagi? Astaga... Dasar anak tengil itu!" Ketus Rio dia tampak sebal sekali dengan Fateh anak SMP tadi.
"Dia memanggilku Gelas kosong. Kenapa dia memanggil ku itu?"
"Itu malahan bagus... Karena meski gelasnya kosong masih bisa di isi. Artinya, kamu adalah orang yang selalu mencari tahu dan belajar tanpa henti..." Kata Rio.
"Tapi dia bilang aku gelas yang bocor." Kata Randy lagi.
"Hm jadi kamu percaya dengan anak yang nilai paling tinggi nya itu 20? Kalau aku sih ga percaya..."
Randy akhirnya paham, fateh adalah anak yang bodoh karena itulah Randy kembali' tersenyum. Dia berjalan di belakang Rio untuk membeli bubur untuk Clara yang sedang sakit.