Randy berbaris mengantri untuk masuk ke dalam rumah sakit. Setelah kemarin selepas pulang sekolah rupanya, kakak nya itu tidak lah hamil dan saat dia telusuri dengan Clara kemarin, bahkan pacar nya Dahlia mengakui jika dia tidak melakukan apa apa dengan kakak nya Randy.
Ramai sekali rumah sakit, sudah seperti pasar malam dengan biang Lala yang menjadi tujuan pertama para pasangan. Randy menghela napas nya, dia menatap jam dinding. Bayar administrasi selalu saja ramai seperti ini. Para pengguna BPJS yang merasa tidak terima dengan rumah sakit, kaum miskin yang meminta keringanan, dan masih banyak lagi keributan disini.
"Baik... Atas nama pembiayaan kamar berapa mas?" Tanya sang suster dengan mengecek berkas di komputer nya.
"Kamar 205 atas nama Dahlia Agung Puspa Wijaya." Kata Randy dengan bola mata nya yang terus berputar. Ini adalah kali pertama nya Randy berbicara di depan banyak orang. Dan tentu saja itu membuat nya sulit untuk beradaptasi.
"Biaya nya 150 juta sekaligus pembayaran biaya operasi, dan ruangan VVIP dan perawatan medis lainnya..." Kata sang perawat.
"Ini..." Kata Randy dengan memberikan kertas rekening nya.
"Baik... Terimakasih banyak." Kata sang suster dengan merasa aneh melihat pria yang kali ini pergi dengan kepala yang cenderung miring ke kanan, serta bahu kiri yang sedikit terangkat.
Seluruh orang menatap nya, berbisik bisik dalam hati. Semua orang tau jika ada yang aneh dengan anak itu. Bahkan satu dua orang secara tidak sengaja meledek nya. Dasar tidak punya hati.
Randy dengar semua nya... Tapi dia hanya diam. Diam, dan diam. Seolah tidak paham dengan situasi sekitar nya.
Satu jam berlalu akhirnya ibunya datang memeluk anak laki laki nya itu dan mengecup kepala nya.
"Kamu sudah pulang sekolah? Sudah di bayar biaya nya Randy?" Tanya mama nya dengan tersenyum ramah.
"Randy... Randy... Mau pergi ke kamar kak Dahlia..." Ucap Randy, dia sedikit tidak nyaman jika berbicara dengan ibu nya. Entah karena apa itu.
Dia segera mendorong pintu kamar kakak nya, dan mendapati Dahlia yang sedang bermain game meski tangan nya di pasang selang infus dan beberapa peralatan medis lainnya.
Dia terkena tumor kista yang tumbuh cukup panjang di perut nya.
"Kakak baik baik saja?" Tanya Randy.
"Yeah, seperti yang kau lihat." Balas Dahlia dengan cuek nya.
Randy mengangguk kan kepala nya dan dia segera membaca komik di sebelah nya Dahlia. Kehidupan keluarga mereka seperti ini, sibuk dalam pikiran dan kegiatan masing masing. Bahkan mereka pernah lupa sama siapa mereka dalam keluarga itu.
Dahlia melirik adik nya dan memberikan nya sebuah coklat manis. Randy tidak mau menerima nya, dia sudah tau jika Dahlia pasti sedang menjahili Randy dengan permen coklat itu.
"Aish... Makan saja. Mumpung aku baik." Kata Dahlia.
Mau tidak mau daripada Kakak nya ini protes dan marah padanya, akhirnya Randy menerima coklat manis itu dan aneh nya coklat itu langsung lumer di mulut nya. Dan membuat mulut nya penuh dengan coklat.
Dahlia tertawa riang, ini sudah jadi kebiasaan Dahlia, menganggu dan menjahili Adiknya sendiri.
"Jangan lakukan itu lagi!" Kata Randy dengan tegas.
"Iya iya... Maafkan kakak. Kamu mau kemana sekarang?" Tanya Dahlia, Randy tidak menjawab nya hanya diam saja sambil menyimpan dendam dalam hatinya.
Dahlia sebenarnya menyembunyikan sesuatu sedari tadi. Itu adalah album keluarga nya, dan di sana ada yang aneh sekali. Dia bisa tau apa yang dia lihat. Randy... Anak itulah yang membuat Dahlia sakit hati.
"Semua orang jahat pada nya. Kenapa aku baru tau? Astaga... Jika dunia nya hancur karena mereka. Aku akan membuktikan nya. Apa yang harus kulakukan?" Oceh Dahlia.
Itu adalah foto album yang di ambil dari dia saat bayi hingga saat ini.
---***---
Mendung sekali cuaca nya, Dahlia masih harus di rawat inap kurang lebih 2 sampai 3 Minggu an dan kini Randy ijin untuk pergi ke toko musik. Dia akan membeli piringan hitam, yah... Randy mengoleksi nya.
Baru baru ini grup Queen menjadi bahan perbincangan lagi setelah Randy tau soal grup Queen itu, dia tampak nya tertarik. Apalagi dengan gitaris nya, Brian. Sungguh itu adalah idola baru bagi Randy. Meski dia hanya bisa bermain seruling.
Melangkahkan kaki nya di tanah tanah lembab bekas hujan dan genangan air akibat banyak nya resapan yang terumbar karena sampah. Randy menggelengkan kepala nya, tidak paham dengan pikiran rakyat. tempat sampah ada di mana mana, apa susah nya sih buang sampah di sana?
"Banyak sekali sampah berserakan..." Kata Randy dengan memungut botol botol bekas dan beberapa sampah plastik lainnya.
Saat dia menatap dua tong sampah yang berbeda dia mengernyit kan kening nya.
"Daun kok di masukin ke non organik sih. Astaga... Mereka aneh sekali. Sudah jelas ada tulisan dan gambar nya." Kata Randy dengan logat nya yang seperti guru.
"Yaelah Randy. Jaman sekarang mana ada orang yang sempat baca tulisan itu. Sini... Biar aku ambil aja." Kata Clara yang tiba tiba saja datang dan mengambil semua botol plastik bekas yang tadi di pungut Randy.
Randy mengerutkan kening nya, dan menutup hidung nya cepat cepat. Lihatlah... Clara tampil dengan pakaian lusuh dan bau sampah yang menyengat di tubuh nya. Sambil membawa karung berisikan botol botolan dia membongkar isi tempat sampah dan memilah milah sampah yang akan dia bawa.
"Kenapa kau lakukan ini?" Tanya Randy dengan polos nya.
"Astaga... Lo ga tau gue kerja apa? Nyebelin banget." Ketus Clara yang sudah tau dia sedang mungut botol, tanda nya dia adalah pemulung. Tapi kenapa Randy masih menanyakan nya.
"Oh. Iya. Aku harus pergi---"
"Tunggu. Bisa bantu gue ga? Tolong angkatin karung nya dong. Berat." Kata Clara.
Randy sebenarnya jijik untuk mengangkat karung itu tapi dia tidak tega menatap wajah dan tubuh lusuh Clara itu. Parfum satu milyar nya itu harus dia korban kan untuk mengangkat sampah plastik ini.
Clara tertawa dia menyuruh Randy untuk berdiri tegak.
"Hey turunkan bahu kiri dan luruskan kepala mu. Astaga... Kau terlihat begitu culun." Kata Clara dengan tertawa lebar.
Randy mengangguk tapi dia tidak bisa melakukan itu, karena posisi ini merupakan posisi yang sudah dia lakukan sejak usia 10 tahun.
Langkah kakinya yang lebih panjang membuat Clara menyuruh nya untuk jalan pelan pelan.
"Bagiamana kondisi kakak mu? Apa sudah di operasi?" Tanya Clara.
"Sudah. Dia masih sakit karena proses rawat dan pemulihan nya yang lama." Kata Randy. Sedangkan Clara hanya ber-oh oh saja seolah paham dengan apa yang di katakan anak aneh ini.