Chereads / Dunia Kita Berbeda / Chapter 16 - 16. Kakak Aneh

Chapter 16 - 16. Kakak Aneh

Hari itu Randy pulang ke rumah nya, pakaian nya basah karena hujan gerimis di toko Bu Wahyu, dia pulang dengan membawa plastik hitam berisikan pecel yang tertinggal di sana, dan dia juga membawa susu botolan untuk stok di rumah nya. Kini dia hendak naik dengan lift rumah nya, namun dirinya malah di panggil Dahlia.

Kakak nya menggunakan Hoodie coklat, sepatu boots dan perhiasan mahal nya. Ramai sekali tubuh nya dengan beberapa atribut itu. Randy menatap kakak nya hingga meneteskan air liur nya.

"Ada... Ada... Apa?" Tanya Randy dia rasa ini tidak sedang ulang tahun, dan tidak sedang ada cara pernikahan. Kenapa kakak nya begitu lebay dengan atribut yang dia pakai?

"Kakak mau ke pesta kehamilan teman kakak... Bye!" Teriak Dahlia.

Randy mengerutkan kening nya, memang ada anak SMA yang sudah hamil? Randy hanya mengangguk saja melambaikan tangan nya dan menekan tombol lift nya.

Kamar berwarna biru ini, Minggu depan akan dia cat warna oranye, tidur terbaring di atas kasur dan menatap lampu lampu pualam yang begitu indah dengan ornamen yang terbuat dari kristal alami. Lantai marmer yang selalu bersih mengkilat, bahkan sandal dan sepatunya selalu ganti setiap kali menginjakkan aspal jalanan yang kotor.

Ini bukan kehidupan boros, hanya saja keluarga nya memang begitu. Mewah dan terkadang menjadi lebih glamour. Ayah dan ibunya sedang datang ke acara fashion di Kanada untuk satu hari satu malam. Dia di dalam kamar ini sendirian.

Ponsel nya bergetar dan menunjukkan username Clara di sana. Dia segera mengangkat nya tanpa pikir panjang.

Tit....

"Ada apa?" Tanya Randy bibirnya bergetar karena rasa gugup dan takut yang bercampur aduk saat bertelepon dan berbicara dengan gadis ini.

"Randy... Tolong aku... Aku ada di perempatan jalan di depan komplek perumahan mu..." Kata Clara dengan suara bergetar, dan terdengar desahan napas tanda jika dia sedang lari saat itu.

"Ya, ya... Aku... Aku akan... Segera kesana." Kata Randy.

Jantungnya berdetak dengan cepat. Panik dengan teman nya yang satu itu, apalagi hujan deras yamg membuat nya makin khawatir. Dia tidak peduli seberapa takut dan kencangnya jantung dia berdetak dia akan terus berlari ke arah jalanan dengan payung yang hampir terbang karena angin.

Di perempatan jalan depan komplek nya, seorang gadis dengan sandal jepit yang sudah putus, yang sedang lari di kejar satu kampung dengan membawa plastik berwarna merah besar yang dia bawa dengan susah payah.

Randy kebingungan, dia tidak pernah mengalami hal seperti ini biasanya.

"Ran!!" Teriak Clara dia langsung menarik tangan gadis itu dan masuk ke dalam taksi yang untung nya ada di sana.

Huh... Hampir saja mereka di lahap satu kampung hanya karena Clara.

"Kami kenapa di... Di... Di---"

"Aku tidak sengaja." Katanya yang menyahut perkataan Randy.

Randy sadar jika plastik itu adalah hasil curian nya. Setelah 15 menit mereka sampai di rumah kumuh di gang kecil yang rumah nya saling berjajaran, berhimpitan, dan hanya dibatasi oleh satu tembok. Di sebelah kirinya adalah sungai dangkal yang kumuh, got got bekas limbah, dan belakang nya adalah hutan yang tercemar karena pupuk pestisida.

Clara terdiam dia hendak mengajak pria itu masuk tapi seperti nya tidak pantas. Dia hanya terdiam dan terus menatap teman cowok nya ini.

"Kenapa?" Tanya Randy. Dia berusaha untuk tetap tenang, meski jantung nya terus terusan berjoget ria dan membuat nya gugup.

"Kamu... Mau masuk? Rumah ku kecil. Kumuh, dan... Kotor. Kamu mau masuk?" Tanya nya sekali lagi.

Randy menatap gang sempit itu, dia mengangguk, sebenarnya dia keberatan hanya saja dia tidak boleh terlihat seperti itu di depan seorang cewek. Itu akan membuat nya malu tujuh turunan.

Sepatu kets putihnya kotor hanya menginjakkan kaki nya di atas jalan gang sempit ini. Dia terus berjalan di belakang Clara, menatap baju yang di jemur, begitu kotor bolong bolong dan tidak layak di pakai.

Rumah setiap orang ini juga terlihat begitu kumuh, dinding dinding tembok nya terlihat retak dan lembap, bahkan jika ada gempa ringan mungkin semua rumah ini akan hancur.

"Dimana... Dimana... Ru, ru... Rumah---"

"Itu. Itu rumah ku. Hahahaha... Kecil kan? Ya, aku tidak bisa punya rumah yang besar seperti mu." Kata Clara dengan tersenyum lebar.

Randy menggeleng, dia tau betul jika gadis ini sedang sedih dan malu hanya untuk menunjukkan rumah nya saja. Randy berusaha untuk tidak jijik dan geli, setiap kali ada kecoa dan tikus yang lewat di sela sela kakinya.

"Kamu ga suka? Aku bisa mengantarkan mu pulang setelah hujan... Atau aku telepon Rio?" Tanya Clara.

"Ya."

Pada akhirnya Randy tidak kuat dia bahkan muntah hanya mencium bau selokan disini, dan seluruh warga yang mendengarkan keributan ini merasa tersinggung.

"Hey! Dia orang kaya ya? Jangan ke sini deh kalo kaya... Sana balik aja! Bikin kesel aja!" Ketus seorang gadis dewasa dengan hanya memakai dalaman baju yang di tutup kain sewek.

Randy menutupi mulutnya dan hidungnya.

"Gini aja udah mau pingsan. Clara... Bawa pulang teman mu itu." Kata bapak bapak dengan mengupil, jorok sekali.

Clara mengangguk dia segera menarik tangan Randy dan menyuruh Randy untuk menunggu Rio di sana. Sedangkan Clara akan memberikan makanan yang dia bawa ini ke Bapaknya.

"Clara... Ma---"

"Tidak apa apa. Maafkan aku karena tidak bisa mengantarkan mu pulang." Kata Clara dengan tersenyum tipis dia langsung lari dan masuk ke dalam rumah nya.

Dia memberikan makanan kepada ayah nya, sia menangis setelah itu rasanya dia begitu malu sekali. Dia seharusnya tidak membawa pergi Randy kesini, sudah pasti pria itu akan jijik.

Dia menatap pria yang masih ada di depan gang.

"Apa... Aku salah?" Ucapnya dalam hati.

Seorang gadis kecil Santi, datang memberikan kecoa mati pada Randy, dan membuat pria itu ketakutan.

"Ini hanya mainan kecoa. Kenapa kamu takut?" Ucap Santi.

Randy mundur satu langkah dari gadis kecil itu, dan menggaruk kepala nya. Rasanya merinding satu tubuh jika sudah seperti ini.

Dia tidak bisa membiarkan ini terjadi, Rio harus segera datang dan menjemputnya. Sesegera mungkin.

"Kakak kakak... Kenapa kok ga mau masuk? Jijik ya?" Tanya Santi.

Randy mengangguk dengan mengigit bibir nya. Dan dari situlah Santi tahu jika orang yang ada di depan nya ini sedikit berbeda dari yang lainnya.

"Kak... Kenapa kakak seperti cewek? Kalo jadi anak laki laki itu ga boleh bungkuk, kepala nya ga boleh miring, sama bahu nya harus tegak." Kata Santi dengan mempraktekkan nya.

"I... I.... Iya." Balas Randy, tapi dia tidak bisa melakukan nya, karena tubuh nya kaku, karena rasa jijik dan geli.

"Kakak aneh." Ketus Santi dengan melemparkan kecoa beneran yang membuat Randy ketakutan.