Chereads / Dunia Kita Berbeda / Chapter 18 - 18. Teman Baru Ku

Chapter 18 - 18. Teman Baru Ku

Randy pergi ke sekolah nya tepat waktu, turun dari mobil sopir nya dan masuk ke dalam kelas tepat waktu. Hari itu dia tidak ada upacara karena lapangan nya basah dan banjir akibat hujan deras semalam. Randy duduk di bangku nya sambil memakan permen coklat yang selalu dia bawa untuk membuat nya tersenyum di pagi hari.

Saat menoleh kebelakang dia tidak melihat ada Rio di sana, teman nya itu belum datang bahkan 2 menit sebelum pelajaran dimulai. Guru mereka datang, itu adalah Pak Henry seorang guru matematika yang sangat garang sekali, bahkan jika ada anak yang salah menjawab soal di soal pertama maka julukan anak itu mulai hari itu juga adalah seorang 'tumbal' Randy menghembuskan napasnya.

"Baik anak anak, selamat pagi selamat sejahtera... Semoga pagi kalian makin semangat karena matematika!---"

"Hoooo!!!" Sorak ramai siswa yang membenci pelajaran itu, kecuali Randy. Dia adalah siswa yang sangat mahir dalam kemampuan berhitung dan berpikirnya itu.

Randy menoleh ke belakang lagi dan tidak melihat Rio di sana. Hingga pelajaran selesai pun Randy tidak melihat ada Rio di sana.

"Baik, siapa yang tidak membawa buku matematika PR? Disini kurang satu anak... Selain Rio?!" Bentak Pak Henry dari depan kelas.

Randy merogoh tas nya dan baru saja sadar jika bukunya itu tertinggal di meja nya. Astaga padahal kemarin dia sudah diperingatkan oleh Dahlia untuk berkemas buku, dia malahan asyik membaca buku komik.

"Randy?!" Bentak Pak Henry dengan suaranya yang begitu menyeramkan sekali.

"Maju! Ambil 30 daun kering dan sapu latar halaman aula! Sekarang juga!" Pinta gurunya itu.

Randy mengangguk, jujur dia kali pertama nya di hukum di sekolahan ini. Di saat semua temannya berisitirahat dia harus memunguti daun daun kering sebanyak 30 biji dan setelah itu dia di minta untuk menyapu halaman aula. Sungguh ini adalah pekerjaan paling menyebalkan yang pernah di dapatkan oleh Randy.

Bruk! Johan lagi lagi berulah, dia memukul salah satu adik kelas dengan kasarnya hingga adik kelas itu terjatuh, terpental dan tersungkur di lantai aula.

Buk! Buk! Buk! Pukulan yang didapatnya banyak sekali, membuat Randy bergidik ngeri. Dia membantu anak itu dan berusaha untuk tidak takut dengan Johan.

"Hen... Hentikan sekarang juga! Ini.. ini sekolah! Jangan... Ja---"

"Dasar culun! Hey! Jika ku bilang pergi pergilah!! Berikan aku uang sekarang juga! Jika kalian berani mengadu? Siap siap tenggorakan kalian akan kering!" Ancam Johan dengan suaranya yang begitu menakutkan.

Randy hanya diam saja dia membantu Adik kelas nya untuk bangkit. Dan di saat itulah Randy mengeluarkan uang nya untuk Johan. Dan untung nya saja Johan langsung pergi. Meninggalkan mereka berdua di ruangan besar aula.

"Siapa... Siapa... Siapa namamu? Kau.. kau... baik baik saja?" Tanya Randy dengan suaranya yang tergagap gagap akibat pukulan dari Johan itu. Mengerikan sekali rasanya.

"Nama ku... Ferdi. Terimakasih kak..." Kata anak yang menggunakan kacamata itu, tubuh nya kurus dan kepala nya setengah botak.

Randy mengangguk dia memberikan sebungkus permen coklat manis untuk Ferdi dan dia langsung lari karena ketakutan. Randy merasa bangga sekali meski dia juga mengalami luka-luka di tubuh nya.

.

.

.

.

Seorang pria yang tengah pulang sekolah, berjalan di jalan trotoar dengan tersenyum lebar. Dia baru saja mendapatkan nomor ponsel milik Ferdi, adik kelas nya itu kini resmi jadi teman nya meskiereka baru saja mengenal selama beberapa detik. Randy dengan kepala nya yang sedikit miring ke kanan, jalannya bungkuk, dan bahu kirinya yang terangkat.

"Randy!" Teriak seorang cewek yang ada di sebrang jalan. Itu adalah Clara yang baru saja pulang sekolah juga. Sekolahan mereka tidak berjarak begitu jauh. Masih bisa saling bertemu meski tentu saja Drajat sekolah nya mereka sungguhlah berbeda.

"Randy kenapa kamu tersenyum seperti itu? Ada kabar gembira?" Tanya Clara dengan tawa kecilnya.

Randy mengangguk, dia memberikan sebungkus permen coklat pada Clara, seperti biasanya bahkan Clara sangat bosan jika terus terusan di beri coklat itu.

"Aku bangga... Karena... Aku bangga." Kata Randy dengan tawa tidak jelas nya itu.

"Mmm... Kau baru saja dapat teman baru? Siapa dia? Cerita dong!"

Randy mengangguk malu malu dia memberikan ponselnya pada Clara dan menunjukkan foto pria yang menggunakan kacamata, kurus, dan sedikit botak.

Dalam hatinya Clara di menahan tawa yang ingin sekali meledak dalam benakknya.

"Wah teman mu lucu sekali... Randy ya kenapa kamu tidak menelepon nya sekarang?" Tanya Clara.

Randy menggeleng dia mengatakan jika Ferdi sedang ada les bimbingan belajar dan dia tidak ingin menganggu orang yang sedang belajar. Itu di larang dalam hukum belajar. Bahkan Randy membenci orang yang menganggu nya ketika belajar.

Kemudian Clara bercerita soal Rio yang tidak masuk sekolah sekarang. Itu karena neneknya Rio yang sakit.

"Oh aku baru tau jika Rio punya nenek..." Kata Randy dengan memakan jajanan yang di berikan oleh Clara. Itu rasanya asin dan sangat pedas sekali. Semenjak dia dekat dengan Clara dia jadi sering memakan makanan yang mengandung micin yang terlalu berlebihan.

Clara tiba-tiba saja menarik tangan Randy dan mengajak nya untuk melakukan foto di salah satu teman yang baru saja di buka.

"Wah... Ruangan ini sangat bagus sekali...." Kata Randy. Dia baru saja masuk ke dalam taman mini yang ada hutan Amazon 3 dimensi. Itu karena mereka menggunakan kacamata tiga dimensi. Hingga membuat Randy seperti anak kecil berusia 10 tahun.

"Lihatlah. Kakak itu aneh sekali, masa gitu aja dia senang banget..." Kata anak SMP yang jelas sekali begitu polos.

Clara menoleh ke belakang dia tau jika Randy mendengarkan nya karena itulah dia memelotot pada siswa siswi SMP yang mengejek Randy itu.

"Randy! Mau berfoto?! Setelah berfoto-foto kirimkan pada Ferdi. Buat anak itu iri dengan persahabatan kita..." Kata Clara dengan semangat sekali, berusaha untuk mengalihkan padangan Randy dari perkataan anak tadi.

Mereka berdua setelah lelah duduk di salah satu bangku sambil memakan sosis bakar yang di jual disini. Randy mengatakan jika dia benar benar tidak pernah merasakan sosis bakar yang harganya hanya lima belas ribu doang. Dan karena itulah dia merasakan ada yang aneh dengan mulutnya.

"Astaga... Kau orang kaya ya?! Aku lupa... Pasti kau makan sosis yang harga nya satu juta..." Kata Clara dengan tersenyum lebar. Dan itulah yang membuat Randy tidak nyaman, karena hartanya itu dia jadi selalu di ejek teman temannya.

"Kamu tidak suka di bilang seperti itu?" Tanya Clara.

Randy mengangguk.

"Baiklah, aku minta maaf." Balas Clara dengan tersenyum lebar.