Matahari terbenam hingga membuat pemandangan di atap kamar nya Randy begitu menakjubkan. Kini tiga orang berkumpul dengan membawa buku masing masing, Randy dan Rio mengeluarkan barang barang bekas nya untuk membuat robot. Mereka ada proyek sains, katanya yang paling bagus akan di beri hadiah tiket liburan ke London.
Sebenarnya Randy bisa saja membeli tiket itu, tapi Rio ingin Randy untuk mencoba membuat robot dan mengikuti kompetisi ini. Waktu yang di berikan adalah satu bulan, walaupun Rio yakin Randy bisa membuat nya dalam waktu dua Minggu.
Clara menguap, dia dari tadi mengerjakan tugas bahasa Indonesia milik dua teman nya ini. Namanya kerja part time. Rio dan Randy Clara untuk mengerjakan tugas itu.
"Nih udah selesai. Mana uang nya?" Tanya Clara.
Randy mengeluarkan uang lima puluh ribu, begitupun dengan Rio. Baru baru ini kabar menakjubkan juga datang dari keluarga Rio. Ayah nya baru saja di angkat jabatan nya di perusahaan ayah nya Randy.
Dan tentu saja itu membuat Rio jadi lumayan banyak uang, dia baru saja beli rumah baru juga kemarin. Dan ayah nya membeli kan dirinya satu buah motor. Meski hanyalah motor beat matic. Tapi itu sangat berguna sekali baginya.
"Wah Terimakasih semua nya... Aku yakin ini bakalan dapat seratus." Kata Clara dengan membacakan doa di depan buku bahasa Indonesia milik Randy dan Rio.
Randy tertawa, ada ada saja kelakuan Clara. Topik mereka beralih ke arah yang lebih serius sekarang, itu tentang bisnis warung yang mereka jalani. Sudah lumayan sukses, tapi mereka jadi keteteran karena akan ada ujian dua Minggu ke depan.
Dan mereka bingung akankah warung mereka buka atau tidak?
"Mmm... Bagaimana jika kita pakai satu karyawan? Kita bisa membagi hasil nya." Kata Rio.
Randy menggeleng tidak setuju.
"Itu kan kerjaan kita satu satunya. Nanti penghasilan yang kita dapatkan jadi lebih berkurang... Bagiamana jika kita buka warung nya jam setengah tujuh malam sampai jam sembilan malam saja? Kita bisa pakai online juga. Nah, setelah itu kita bisa belajar." Kata Randy.
Matanya tidak pernah menatap orang yang sedang ia ajak berbicara, sibuk dengan alat elektronik yang ada di depan nya.
"Wah! Tidak salah Randy Wijaya memang sangatlah cerdas!" Kata Rio dengan bertepuk tangan, begitupun dengan Clara.
"Woah... Kamu bisa ngajarin kita kan nanti waktu ujian?" Tanya Clara, sedikit memaksa.
"Tidak. Kalian harus belajar sendiri!" Kata Randy dengan sebal.
Itu adalah kebiasaan Randy, dimana dia sangat pelit sekali dengan ilmu nya. Meski dia tau jika manusia harus berbagi satu sama lain karena manusia mahluk sosial, tapi dia tidak akan pernah membagi kan cara belajar nya.
"Hanya minta ajarin. Bukan minta jawaban." Ucap Clara.
Randy akhirnya mengangguk terpaksa. Setelah itu dia berlari ke dalam kamar mandi, katanya kebelet pipis.
"Clara kamu sudah punya pacar?" Tanya Rio dengan cengengesan.
"Hey?! Yang benar saja! Aku aja masih sibuk dengan urusan hutang... Bagaimana mungkin aku sempat memikirkan cinta? Iyuh..." Kata Clara yang merinding dengan membayarkan kata cinta dan pacar dalam hidup nya.
Setelah itu dia memakan camilan yang ada di hadapan nya, menengok ke arah Rio yang mengeluarkan sebuah amplop tebal sekali.
"Apa ini?" Tanya Clara dengan merasa aneh.
"Uang. Aku pernah membuat mu susah. Karena ayah ku... Ayah mu jadi bangkrut. Ini uang dari ayah ku, untuk ayah mu... Ku mohon terimalah..." Kata Rio dengan memaksa Clara untuk mengambil uang itu.
"Ya... Jangan lah... Aku ga enak Nerima nya. Lagian itu udah lama banget loh. Udah ga apa apa. Ayah ku bangkrut juga karena dia males kerja. Suka judi." Kata Clara dengan tersenyum tipis, meski matanya berkaca kaca.
Rio menggeleng. Dia memasukkan uang itu kedalam tas sekolah Clara dan menutup resleting nya hingga rapat.
"Tidak. Aku sudah melihat kamu sudah payah selama ini. Kumohon terimalah." Kata Rio.
Dulu entah tahun berapa itu, mungkin saat Clara naik SMP. Sebenarnya dia sudah kenal Rio. Mereka baru sadar itu beberapa bulan yang lalu, 4 tahun yang lalu, ayah nya Rio dan Ayah Clara kerja sama membangun usaha dan bisnis.
Tapi suatu saat Ayah nya Rio ingin berkarir sendiri hingga nekat menghancurkan bisnis yang sudah mereka bangun bersama. Hancur sudah pekerjaan dan karir ayah nya Clara. Itu membuat Clara jadi sulit sekali dalam hidupnya.
"Aku... Kembali..." Kata Randy dengan suara cekikikan nya yang seperti anak kecil.
"Hey. Kalian sudah pernah datang kesini belum? Ayo! Ayo pergi ke toko nya Bu Ani... Beli mie pedas. Katanya jika mie itu di buka hadiah nya hp loh!" Kata Rio dengan semangat sekali.
Randy melotot. Sejak kapan hal itu ada?!
"Kita hanya perlu membeli tiga bungkus mie Korea pedas. Dan siapa tau kita semua dapat. Iya kan?!" Tanya Rio dengan semangat.
"Ayo beli! Kita harus beli! Ayo!! Aku akan beli!" Teriak Randy dengan semangat sekali.
Dia berlari layaknya seorang anak kecil yang baru saja umur 7 tahun. Yang gembira karena diberi es krim oleh ayah nya.
Rio tertawa, padahal dia hanya iseng aja pengen cobain mie yang lagi viral itu. Samyang samyang apalah itu.
"Beneran? Hahaha... Ada ada aja sasaran marketing nya..." Kata Clara dengan tertawa terbahak bahak.
Rio juga tidak menyangka akan mendapatkan informasi seperti itu.
"Kamu sudah punya hp Rio?" Tanya Clara.
Rio menggeleng.
"Aku tidak punya. Aku malas untuk mempunyai nya, toh aku juga ga tau cara pakai nya... Pakai telepon umum lebih enak menurut ku. Praktis. Meski harus bayar sih." Kata Rio dengan tertawa kecil.
"Lihatlah... Dia yang kaya sangat gembira sekali hanya untuk mencari hp itu." Kata Clara dengan menggeleng gelengan kepala nya.
.
.
.
.
Malam itu mereka berdua berkumpul di warung Bu Ani. Tempat toserba yang terdapat tempat untuk memasak mie nya juga. Tshun 2018, semua nya sudah tersedia. Randy memilih bungkus yang menurutnya sangatlah berharga. Butuh waktu 10 menit untuk itu hingga dia tersenyum dan mengambil bungkus mie itu.
"Yah... Ga dapet..." Kata Rio dengan cemberut.
"Yah... Aku juga ga dapet nih... Ya udah lah ga apa apa. Yang penting kenyang hahaha..." Kata Clara dengan tertawa lebar.
Mereka segera merebus mie. Sedangkan Randy menatap bungkus mie di hadapan nya. Krek. Dia mulai membuka nya dengan gunting. Hingga sampai di mana dia melihat bungkusan itu.
Zonk! Tulisan yang jelas sekali besar dan padat.
"Hahahhaa... Lihatlah! Dia juga tidak dapat hahahaha!!!" Tawa Randy begitu puas nya.
Misi berburu keberuntungan mereka gagal! Randy alhasil harus menghabiskan mie yang sangat pedas itu.