Chereads / Dunia Kita Berbeda / Chapter 10 - 10. Tidak Ada Orang yang Menghormati Nya

Chapter 10 - 10. Tidak Ada Orang yang Menghormati Nya

Jam Ketiga akan segera di mulai tapi se isi kelas itu sangatlah berisik membuat Randy merasa terganggu. Mencoba untuk menahan nya tapi yang ada dia malah tersakiti. Ini sungguh menyiksa nya, sesungguhnya tapi dia tetap saja diam. Diam dan diam seperti seorang anak yang bodoh.

Berkali kali menatap Rio yang masih sibuk mengerjakan pr yang belum selesai di samping nya.

"Hey hey hey! Jamkos nih! Jamkos!" Teriak Johan yang rasanya sudah gatal untuk tidak membuat keributan.

"Yoi! Kenapa ga mulai aja bos?! Bwahahahahaahha!!" Tawa keras teman nya.

Randy berusaha untuk tidak menarik perhatian, itu berhasil namun seketika itu juga teman nya Randy menjegal nya saat dia hendak pergi ke kamar mandi. Rio berdiri dia sudah hendak menolong Randy tapi tangan dan kaki nya di tahan oleh lima anak, anak buah Johan.

Randy merengek mengeluarkan suara suara untuk meminta pertolongan.

"Tolong...." Kata Randy pelan. Sedangkan Johan dan teman teman nya terus terusan memukul anak yang tidak bersalah ini.

Perut buncit nya tadi rasanya lebam sekali, dia hendak mengatakan sesuatu pada Johan tapi tidak bisa. Sedangkan Rio dia juga ikut di pukuli karena berusaha melepaskan genggaman dan eratan dari 5 anak buah Johan.

"Hey! Johan! Jika kau manusia kau harusnya tau apa yang terjadi?!" Bentak Rio yang berusaha mengingat kan jika Randy adalah anak yang sedikit berbeda dari mereka semua.

Para murid cewek cewek berusaha untuk menghentikan perbuatan Johan tapi satupun dari mereka tidak berani. Sedangkan para siswa cowok hanya diam saja merasa tidak peduli dan menonton itu sebagai bahan hiburan.

"Johan. Maafkan aku...." Kata Randy dengan menahan gerakan kaki Johan yang terus menginjak nya.

"Astaga... Kau bisa bersuara? Stop stop... Kita tanya dulu sana Randy." Kata Johan dengan tersenyum menatap Randy.

Rio makin khawatir dia berusaha untuk melepaskan 5 anak yang malahan bertambah dua menjadi 7 anak. Randy mendongak kan kepala nya. Menampilkan wajah lebam dan banyak nya luka di sekeliling wajah itu. Lalu bertanya apa yang sudah dia lakukan hingga membuat Johan marah pada nya?

"Apa salah ku?" Tanya Randy dengan menahan tangisan nya.

"Salah mu? Tidak ada. Hanya saja.... Aku sedikit lelah melihat mu. Kepala miring mu, cara jalan mu, dan tatapan mu." Kata Johan dengan meremas mulut Randy dengan kasar.

Randy merengek kesakitan. Dia berusaha untuk berdiri, dia akan tetap berdiri meski tidak ada orang yang menghormati nya. Bahkan kucing pun malu jika hanya menatap nya seperti ini.

Randy berjalan menuju alat kebersihan. Dia memberikan sapu itu pada Johan. Dan Johan menerima nya dengan aneh.

"Bunuh aku... Jika kau malas menatap ku. Aku juga malas mendengarkan kalian." Kata Randy dengan mata nya yang sudah mengeluarkan air mata.

"Jika kau ingin lakukan. Maka akan ku lakukan." Kata Johan yang berusaha untuk berlari dengan menodongkan sapu yang ujung tongkat nya sangatlah runcing.

Para siswa dan siswi kelas berteriak berusaha untuk tidak menatap hal itu sebagai hal yang mengerikan.

"Johan!!!" Teriak Rio yang akhirnya berhasil melepaskan 7 anak yang sedang kelelahan menahan nya. Menendang tubuh Johan hingga terjatuh dan merampas sapu itu.

Randy menutup mata nya rapat rapat. Setelah itu Rio mengamankan Randy dengan membawa nya ke ruangan guru. Bahkan hanya dengan mengetuk pintu nya saja tidak ada satupun orang yang bangkit untuk mengatakan apakah ada sesuatu yang terjadi dengan Randy.

Namun akhirnya ada yang berdiri dan itu adalah guru mereka sendiri. Bu Anis.

"Ada apa Nak?" Tanya Bu Anis. Dia begitu khawatir hanya dengan menatap Randy dan Rio seperti ini.

"Johan bu... Dia hampir saja membunuh Randy." Kata Rio dengan begitu takut nya dengan apa yang sudah terjadi pada mereka.

"Apa benar Randy?" Tanya Bu Anis untuk memastikan jika mereka tidak sedang berbohong dengan dirinya.

"Benar Bu." Kata Randy.

Lalu Rio membawa masuk ke dalam ruangan guru dan duduk di kursi nya Bu Anis. Guru guru lainnya hanya menanyakan keadaan Randy hingga Rio sendiri kesal.

"Bu. Yang paling parah disini adalah Randy. Dia bahkan muntah darah. Pak? Bu? Tanyakan lah sesuatu pada nya." Ucap Rio.

"Percuma kami tanya. Jika dia tidak paham dengan apa yang sedang kami tanyakan." Jawab Pak Guru.

"Iya. Seharusnya kamu jangan dekat dekat dengan anak itu. Jika perlu kamu pindah kelas dan saat kamu pindah kelas itulah, kamu bisa mendapatkan peringkat satu." Ucap Bu guru yang malahan membuat Rio jadi panas.

Randy tau tidak ada satupun orang yang peduli dan menghargai nya. Hanya saja dia terus diam. Memendam nya sendiri, dan menganggap semua nya sebagai cobaan dalam hidupnya.

"Randy... Kau mau minum?" Tanya Rio.

Randy mengangguk. Setelah tegukan pertama Bu Anis datang dan memeluk Rio. Menyuruh murid nya itu untuk mengantarkan Randy ke ruangan UKS.

"Kamu dan Randy sekarang ke ruangan UKS. Obati semua luka luka itu. Dan urusan Johan sudah ibu urus. Randy Rio... Maafkan Bu Anis yang sudah terlambat masuk kelas." Ucap nya.

---***---

Randy pulang dengan pakaian yang lusuh, mata nya bengkak, pipi nya lebam, dan bibir nya sobek. Terus melangkahkan kaki nya dengan mantap, dia sengaja tidak ingin menggunakan mobil jemputan karena dia ingin merasakan jadi seperti anak lainnya. Kini dia bukanlah lagi seorang anak yang manja, dia adalah anak yang mandiri.

Dia melambaikan tangan nya untuk menyuruh angkot itu berhenti. Tapi saat angkot itu berhenti sopir itu hanya dengan menatap penampilan Randy, langsung pergi begitu saja.

Randy menatap nya dengan sedih. Semua nya tidak ada yang melihat nya. Menyedihkan sekali. Semua orang pilih kasih pada penampilan.

"Loh? Kamu Randy bukan?" Tanya seorang gadis yang baru saja pulang sekolah juga.

Randy mengangguk. Dia senang sekali bisa bertemu dengan Clara disini. Dia melambaikan tangan nya.

"Ada apa dengan wajah mu?" Tanya Clara dengan cemas. Dia memegang pipi dan bibir Randy.

"Hanya... Hanya... Hanya make up. Untuk... Untuk... Untuk acara... Se... Sekolah." Kata Randy hingga tergagap gagap.

Lalu Clara tertawa dia mengangguk kan kepala nya dan melambaikan tangan nya pada angkutan umum.

"Satu jurusan?" Tanya Clara dengan menunjukkan mobil angkut.

"Iya." Balas Randy. Dia masuk duluan dan duduk di kursi belakang. Dia akhirnya bisa meluruskan kaki nya.

"Kamu sudah menunggu angkutan umum berapa jam? Sampai ngos-ngosan gitu?" Tanya Clara dengan memberikan air minum nya.

"Satu jam, dua belas menit, 4 detik." Kata Randy dengan menatap jam tangan nya.

"Hah....." Clara mengangguk kan kepala nya berusaha untuk memaklumi apa yang sedang terjadi pada Randy.