Pagi itu Randy bangun dari tidur nya setelah kemarin kepala nya pusing karena tubuh nya yang lelah dan hidung nya yang mengeluarkan darah. Dia mandi dengan air hangat yang di siapkan oleh ibu nya, menyisir rambut nya dengan rapi. Ini adalah rambut gaya 1980 an. Dia suka dengan gaya rambut ini setelah nonton film film jaman dulu. Dan di sana lah dia mulai mempraktekkan nya.
Soal penampilan, sudah tidak usah di tanyakan lagi, Randy adalah ahli dalam hal itu. Dia suka sekali dengan gaya rambut, pakaian, dan sepatu. Bahkan di lemari nya penuh dengan sepatu kets anak jaman sekarang tapi dia lebih sering pakai yang jaman dulu, katanya lebih unik.
Anak autis ini bersiap untuk berangkat sekolah, namun ibunya langsung menyuruh dia untuk sarapan. Randy mengangguk. Di meja makan itu dia melihat Dahlia yang menggeram dengan meremas remas perut nya seolah sedang kesakitan. Randy bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada kakak nya itu.
"Tidak ada apa apa. Hanya saja kakak mau datang bulan." Kata Dahlia yang langsung pergi ke kamar nya. Dia tidak sekolah karena nyeri haid.
Randy bingung, apa yang di maksud dengan datang bulan? Akankah bulan itu datang dengan sendirinya? Kenapa dia tidak pernah datang bulan?
"Padahal Randy mau ketemu bulan." Kata Randy dengan mengigit roti tawar isi selai itu.
Ibu nya menggeleng-gelengkan kepala nya mendengarkan perkataan dari Randy, dia ingin menjelaskan nya namun dia tau akan kondisi anak nya.
Makanan yang dia makan sudah habis kini dia tinggal menunggu sopir nya untuk memanggil nya. Dia berdiri dan membawa buku cerita nya yang belum selesai dia baca. Itu adalah komik tentang Doraemon, dia sering sekali di ejek karena membaca cerita anak kecil, tapi siapa peduli? Randy juga tidak tau apa yang di maksud oleh mereka semua.
"Randy... Kamu ada pelajaran apa nanti?" Tanya mama nya dengan tersenyum lembut, manis.
"Randy?"
Tidak ada jawaban, bahkan anak nya tidak menatap dan tidak mencium tangan nya untuk pergi. Bu Sisca menghembuskan napas nya, seolah pasrah dengan keadaan anak nya. Mobil hitam Alpart itu akhirnya sudah berjalan ke arah jalanan.
Dan saat itu jugalah sebuah mobil putih mulus dan mewah datang, Bu Sisca tersenyum. Dia sengaja menggunakan pakaian bagus yang berkelas untuk menyambut kedatangan suami nya ini. Seorang pria berusia 40 tahun turun dengan jas berwarna hitam dan kacamata warna biru nya, tersenyum lebar ke arah istri nya. Bau parfum mewah tercium di leher nya. Membuat Bu Sisca langsung memeluk suami nya.
"Mas... Kamu sudah pulang? Bagaimana perjalanan mu?" Tanya Bu Sisca dengan memberikan kecupan bibir.
"Semua nya lancar. Di mana Randy? Bagaimana Dahlia juga?" Tanya Pak Ferry.
Pak Ferry adalah ayah nya Randy dan Dahlia, usia nya sudah mencapai 43 tahun kali ini, tubuh nya tinggi dan besar. Kulit nya sawo matang, mata nya sedikit kecil dan rambut nya yang dia tata seperti orang berkelas itu duduk di kursi.
Meluruskan kaki nya di meja dan menyuruh istri nya untuk membuatkan nya kopi.
"Papa!!" Teriak Dahlia dengan memeluk Papa nya dengan erat.
Pak Ferry tersenyum dia mengecup kening Dahlia dan bertanya tanya apa yang sudah terjadi selama dia pergi ke Amerika. Dia hanya pulang setahun sekali, dan itu pun hanya satu bulan an saja.
"Semua nya baik baik saja... Pa! Dahlia mau liburan ke Swiss... Boleh ga?" Tanya Dahlia dengan tersenyum lebar.
"Boleh boleh aja. Oh ya... Di mana pacar mu itu? Masih dengan kamu hm?"
Dahlia mengangguk dia tersipu malu, lalu Papa nya bertanya kenapa dia tidak sekolah hari ini.
"Dahlia mau datang bulan Pa... Nyeri Haid." Kata Dahlia dengan meremas perut nya.
Di lain sisi Pak Sopir yang merupakan sopir yang sedang mengendarai mobil Randy ini mengajak nya mengobrol, karena keadaan yang sepi dan tidak enak untuk di nikmati selagi perjalanan menuju sekolah.
"Mas Randy? Sekarang udah kelas berapa mas?" Tanya Pak Sopir.
"Dua." Kata Randy dengan mata nya yang masih fokus menatap lembaran yang penuh dengan gambar dan balon kata dari komik itu.
Hanya itu saja percakapan mereka, lalu lima menit kemudian Randy sudah sampai di kelas nya. Dia tidak bisa menggunakan sepeda nya karena kaki nya yang masih sedikit sakit. Dia membuka pintu mobil dan semua perhatian menuju pada nya.
Randy langsung masuk ke dalam gerbang tanpa mengucapkan sepatah dua kata untuk Pak Sopir yang sudah mengantarkan nya.
Kepala nya yang miring ke sebelah kanan dan bahu kiri nya yang sedikit terangkat. Serta jalan nya yang seperti pinguin itu justru menjadi bahan olokan bagi seluruh sekolah. Randy menundukkan kepala nya setiap melewati lapangan bola basket.
Di sana ada golongan Johan yang tangan nya masih ada yang di perban. Randy terus menunduk dan berlari kecil kecil di pinggiran Lapangan.
Bahkan saat Johan sedang menggoda nya dengan melemparkan bola basket, Randy tidak melawan dia hanya terus berlari dan terus berlari. Hingga dia terjatuh ke lantai dan kemeja nya kotor karena aspal.
"Ya! Kemarin... Astaga... Kau membuat kepala ku bocor dan tangan ku patah! Sialan! Mentang mentang kamu anak orang kaya! Jangan pikir aku tidak berani dengan mu! Dasar anak aneh!" Bentak Johan dengan mengeluarkan kata kata menyedihkan untuk Randy.
Pria itu hanya diam, terduduk karena jatuh. Sedangkan seluruh siswa dan siswi di sini hanyalah menatap nya seolah sedang menonton televisi.
Golongan Johan mulai meludahi nya, bahkan menyiramkan air Coca cola pada baju nya hingga basah dan membekas warna nya.
"Maafkan... Aku..." Kata Randy dengan terus menundukkan kepala nya.
Bruk! Tendangan melesat ke arah Johan. Rio datang dengan membantu Randy untuk berdiri, dan di sana lah Randy langsung merasa tidak takut lagi. Meski bibir nya terus bergetar karena gugup.
Rio langsung menarik tangan nya dan masuk ke dalam kantin. Dia memberikan kemeja cadangan untuk Randy dan menyuruh pria itu untuk berganti. Randy mengangguk, membuka baju nya dan memperlihatkan perut buncit nya.
Membuat Rio yang tadinya sebal jadi tertawa.
"Ya... Kau harus olahraga. Kau mau olahraga dengan ku? Besok? Besok tanggal merah." Kata Rio dengan melakukan tos.
Randy mengangguk dia langsung menurut jika itu adalah Rio. Lalu dia tertawa dan segera memakai kan dasi untuk Randy.
"Lain kali jika ada Johan, kau harus memukul nya juga. Jangan diam saja seperti itu. Ya?" Tanya Rio lagi.
Randy hanya mengangguk dengan terus menatap komik nya.