Chereads / Dunia Kita Berbeda / Chapter 4 - 4. Gadis Teh Oolong

Chapter 4 - 4. Gadis Teh Oolong

Randy kembali ke ruangan tengah dengan memberikan teh oolong yang harga nya sekitar 44 juta an. Dan tentu saja itu membuat gadis yang ada di sana terkejut.

"Wah?! Luar biasa! Kau bukan anak pembantu rupanya. Ini teh oolong yang harganya 40 juta kan?!" Tanya gadis itu dengan histeris nya.

"Ralat. Itu 44 juta." Sahut Dahlia yang berpamitan untuk pergi dengan teman laki laki nya.

Gadis yang histeris itu terdiam dan membungkuk sopan lagi, duduk dengan gaya elegan dan berusaha untuk tidak memperlihatkan rasa malu nya. Kini dia tampak serius dengan pria yang ada di depan nya. Penampilan nya sungguh... Tidak masuk akal, dia menggunakan pakaian SMA. Putih abu abu dengan sangat rapi. Seolah dia adalah murid teladan.

Serta dasi yang dia gunakan dengan amat baik. Kepala nya sedikit dia tundukkan hingga tubuh nya sedikit membungkuk, dan kepalanya miring di sebelah kanan. Bahu kiri nya terangkat sedikit.

Bu Sisca menyuruh Randy untuk pergi ke kamar nya, segera mandi dan mengganti pakaian nya.

"Bu... Saya pamit pulang dulu. Makasih minuman mahal nya." Kata gadis itu dengan tersenyum manis.

"Tunggu. Kalau boleh tahu siapa nama mu?" Tanya Bu Sisca.

Gadis itu memutar balik tubuh nya menjabat tangan Bu Sisca dan mengucapakan nama nya.

"Terimakasih karena telah membantu dan ingin berteman dengan anak saya. Makasih banyak." Kata Bu Sisca.

Gadis itu tersenyum mengangguk dengan sopan. Dia segera pergi keluar dari rumah bak istana mewah ini, menstater motor matic nya dan mulai melaju ke jalanan besar.

Bu Sisca tersenyum lebar. Dia akhirnya berhasil menemukan seseorang yang ingin berteman dengan Randy. Anak nya itu, selama 15 tahun tidak pernah bergaul dengan para anak anak seusia nya. Dia bahkan hanya berkomunikasi dengan kakak nya, Dahlia.

"Loh? Kemana gadis itu?" Tanya Randy dengan kaget, tidak ada orang lagi di sana selain ibu nya sendiri.

"Dia sudah pulang ada urusan di rumah nya. Mama pergi ke kamar dulu ya." Kata Bu Sisca dengan menepuk pundak Randy pelan.

---***---

Di hari Minggu pagi Randy hanya bisa diam saja di kursi meja belajar nya dan tersenyum menatap gadis yang di hari lampau lalu datang dan membantu nya.

Randy tersenyum senyum sendiri, entah apa yang dia rasakan namun rasanya menbuat hati nya berdetak cukup lama.

"Randy!! Kamu harus olahraga hari ini nak!!" Teriak Bu Sisca dengan suara nya yang lantang di lantai bawah.

Bu Sisca yang merasa tidak di dengarkan oleh anak laki laki nya itu langsung menghampiri ke arah kamar nya. Mengetuk nya sekali, tidak ada yang menjawab. Dua kali? Juga tidak ada yang menjawab. Hingga yang ketiga kali nya, Dahlia sendiri yang membuka nya.

Menendang pintu dengan kaki dengan alas hak tinggi nya. Brak! Membuat suara yang begitu keras namun dengan mudah nya pintu langsung terbuka dan mendapati Randy yang hanya tersenyum sambil menatap lukisan nya di kertas yang dia tempel di dinding.

"Yah! Kau senyum dengan siapa hah?!" Bentak Dahlia yang kaget karena adik nya Randy itu tiba tiba saja senyum senyum sendiri.

"Oh. Oh... Randy hanya sedang bicara dengan... Dengan... Imajinasi. Randy punya im im-- im---"

Bu Sisca tersenyum dan hanya bisa membelai rambut anak nya itu dengan hati yang lembut dan menyuruh Dahlia untuk pergi saja dari kamar itu.

"Aish! Selalu saja Dahlia yang di usir! Kau! Kau nonton film porno kan?!" Fitnah Dahlia.

"Tidak!" Kata Randy dengan suara nya yang parau.

"Dahlia... Ambil uang mama di ATM sana." Kata ibu nya dengan senyuman lembut.

Dahlia yang mendengarkan kata ATM langsung gercep pergi dan menuruni tangga (padahal ada lift) dengan semangat penuh dengan suka dan riang.

Sedangkan di kamar Randy ibu nya memandangi lukisan yang di buat oleh anak nya itu.

"Siapa nama nya?" Tanya ibu nya.

Randy yang ada di sana menggeleng mengatakan jika itu adalah rahasia nya. Karena rasa penasaran nya Bu Sisca membujuk Randy untuk mengatakan siapa yang dia gambar itu.

"Ayolah... Mama mu penasaran." Kata Bu Sisca dengan mengacak acak rambut anak nya.

Randy mengelap air liur nya yang menetes dan menatap Bu Sisca, ibu nya dengan senyuman manis. Dia telah berusaha menyembunyikan lukisan itu dari ibu nya selama seminggu. Mungkin sudah waktu nya dia beri tahu.

"Aku... Aku tidak tahu nama nya. Karena--- ka- ka- karena itu... Aku menamai nya Teh... teh Oo... Oolong." Kata Randy dengan terpatah patah.

"Siapa teh oolong?" Tanya Bu Sisca yang malahan membuat Randy salah tingkah.

Entah kemana pergi nya gadis teh oolong itu, Randy mengaku jika gadis itu lah, orang yang menatap nya dengan tulus. Bukan karena dia orang abnormal, namun gadis itu terlihat tidak membedakan antara dirinya dan gadis itu.

Randy berpamitan untuk membeli buku di rental buku yang tak jauh dari sana. Dengan mengayuh sepeda pancal nya dia bersenandung riang, pikiran nya terus mengkhyal jika dia akan bertemu dengan gadis oolong suatu saat nanti.

Teh oolong, gadis itu sama saja dengan uang 44 juta nya dan membuat dirinya tampak jadi begitu wanita elegan, semahal teh oolong.

"Randy!!" Teriak seseorang dengan suara yang sangat dia kenali.

Itu adalah kalanya sendiri, Dahlia. Mengatakan jika dia begitu cemas sekarang, membuat Randy harus membonceng kakaknya dengan kecepatan laju.

"Ada apa Kak?!" Tanya Randy yang panik dan berusaha untuk mengendarai sepeda nya dengan kencang dan benar.

Dahlia terus mengacau dia membenarkan pakaian seksi nya dan menyuruh Randy untuk bersembunyi di balik gubuk yang setengah nya hampir roboh.

"Ada apa kak?" Tanya Randy. Berusaha mengatur napas nya dan memberikan jaket nya pada kakaknya, pakaian itu di mata nya sungguh tidak layak sekali.

"Kakak hampir saja di palak oleh preman. Untung saja kamu datang tepat waktu. Astaga! Bodoh nya kakak ga bawa jaket." Kata Dahlia dengan panik, menyembunyikan kalung berlian dan emas di jari nya.

Randy menggeleng kan kepala nya tanda jika kakak nya sungguhan anak orang kaya yang begitu boros. Bahkan pakaian yang kurang kain itu harga nya berkali kali lipat dari harga kaus dalam.

Bentuk nya sama saja dengan kaus dalam tapi sungguh harga nya lebih mahal dibanding dengan mobil standard.

"Ya udah Kak Dahlia mau pergi kemana sekarang?" Tanya Randy dengan tersenyum lebar.

"Ke rumah Hans. Pacar kakak." Kata Dahlia.

"Udah ganti lagi... Ra... Ra... Ran---"

"Iya udah sana Randy pulang aja." Kata Dahlia dengan masuk ke dalam taxi.

Sedangkan Randy yang seperti anak kecil itu mengambil sepeda pancal nya dan pergi melesat ke jalanan.