Kota Malang, tahun 2018
Bulan Januari, masih awal tahun namun begitu menyesakkan, polusi udara mencemari semua lingkungan di setiap sisi nya. Awan begitu mendung, sudah seperti kota mati. Semua orang pasti akan berpikir, kenapa kota Malang jadi begitu tercemar seperti kota Jakarta?
Sialan... Seorang pria yang masih berusia 15 tahun itu berjalan dengan tubuh nya yang tinggi, namun kurus seperti lidi. Tinggi nya sekitar 170 an dan masih begitu kekanak kanak an. Kepala nya miring sedikit ke arah kanan, bahu sebelah kirinya juga sedikit terangkat. Cowok itu menangis dengan berjalan seperti anak kecil berusia 10 tahun.
Mendung dan menangis... Kombinasi yang luar biasa, di tangan kirinya dia memegang payung berwarna merah dengan tas ransel yang dia kenakan.
"Bukan salahku! Bukan salahku!" Kata nya dengan pelan. Seolah berkomat Kamit meminta sesuatu.
Dia berada dari keluarga yang kaya bahkan rumah nya berada di jajaran perumahan elit. Dirinya adalah seorang putra (tersembunyi) dari keluarga Wijaya. Pemilik perusahaan mobil terkenal yang menduduki puncak ke satu di Indonesia.
Jalanan sedikit menanjak dan dia mulai ngos-ngosan untuk mendaki.
"Ra-- Ra... Randy pulang!" Kata cowok itu dengan menghapus air mata nya.
Ibu nya tersenyum lebar seolah telah menanti anak nya yang lama sekali pulang nya. Melepaskan topi dan dasi anak nya lalu memberikan handuk untuk menyuruh nya segera mandi.
Rumah mewah dengan arsitektur yang elegan. Lampu lampu emas menggantung di atas, dan cat polesan putih ke abu abuan dan lantai marmer yang tentu saja mahal nya mencapai puncak nya.
Namun cowok itu malah menangis seolah olah begitu susah kehidupan nya. Dia memeluk ibu nya dan mengatakan apa yang baru saja terjadi hari in
"Ada apa?" Tanya ibu nya dengan suara yang begitu lembut, penuh kasih sayang.
"Bukan salah Randy! Sudah Randy bilang! Bukan salah Randy!" Ketus cowok itu yang seolah-olah sedang marah dengan seseorang.
Ini kakak nya, gadis yang satu tahun lebih tua dari Randy. Usia nya 16 tahun, rambut nya panjang sekali dengan ujung nya yang di semir. Datang dengan menatap adik nya penuh amarah.
"Jangan di manja! Anak kayak dia tuh! Ga usah di manja in Ma!" Ketus gadis itu dengan memakan buah apel yang ada di sana.
"Ada apa sih kak...." Kata mama nya dengan sabar dan menyuruh Randy untuk naik ke atas.
Randy hanya bisa menurut pada mama nya, dia naik ke atas menggunakan lift yang ada di rumah nya. Masuk ke dalam kamar dan mengunci nya dengan rapat agar Dahlia, kakak nya tidak bisa masuk.
Hanya tersisa Mama nya dan Dahlia di ruangan tamu.
"Apa yang terjadi di sekolah?" Tanya mama nya dengan sabar, senyuman di mata nya terlihat begitu tulus.
"Ga tau. Palingan juga sebentar lagi kepala sekolah akan telepon!" Ketus Dahlia yang langsung masuk ke dalam kamar nya.
Dia adalah Dahlia anak kedua dari keluarga Wijaya. Namanya Dahlia Wijaya, gadis berusia 16 tahun yang tidak satu sekolah dengan Randy. Namun pacar nya ada di sekolahan yang sama dengan adik nya. Selalu jadi ibu tiri bagi Randy, tatapan nya galak dan kalau ngomong kaya tong sampah kosong yang di pukul. Begitu nyaring dan terkadang hanyalah omong kosong. Sombong, dan sedikit cerdas dalam hal berpacaran. (Dia peringkat terkahir di sekolah nya).
Sedangkan itu adalah Ibu nya, namanya Sisca Wijaya. Dia telah mengganti namanya dengan nama Wijaya di belakang nya, ibu yang memiliki dua anak. Tentu nya begitu berbeda sekali dua anak nya ini. Penampilan nya elegan, memiliki sifat tersembunyi, tulus, dan penyayang.
Kring... Kring...
Telepon rumah berbunyi dan Bu Sisca segera berlari ke arah meja telepon. Mengangkat nya dan segera merespon.
"Iya? Ada apa? Ada yang bisa di bantu? Dengan keluarga Wijaya disini..." Kata Ibu nya dengan ramah dan sopan. Sedangkan Dahlia yang ada di dalam kamar tersenyum tipis.
...***...
Rany Wijaya kini turun dari mobil sedan berwarna hitam yang harga nya mahal, penampilan nya elegan, dan begitu mulus. Turun bersama dengan ibu nya, terlihat begitu takut untuk masuk ke dalam gerbang sekolah elit.
Ini adalah sekolahan SMA yang begitu luas dan indah sekali. Taman nya begitu indah dan semua orang yang tadinya ingin mengerjai Randy seketika juga terdiam. Membeku di tempatnya karena ada ibunya Randy di sana.
"Selamat pagi Bu, dengan Bu Sisca?" Tanya satpam sekolah, namanya pak Yanto.
"Iya pak."
"Baik Bu, ikut saya..." Ucap nya dengan ramah.
Mereka berdua, pasangan anak dan ibu itu masuk ke dalam ruangan yang begitu menyeramkan bagi para murid murid. Ruangan kepala sekolah. Di sana sudah ada wali murid dari anak pria yang tinggi besar, lebih pendek dari Randy, sekitar 169 cm namun tubuh nya kekar dan gagah.
"Baik Bu, karena Bu Sisca dan Pak Hadi sudah datang... Ada yang ingin saya sampaikan pada Bu Sisca yang terhormat." Kata Ibu kepala sekolah.
Bu Sisca mengangguk, dia menatap Pak Hadi yang terlihat begitu marah. Sedangkan Randy yang ada di sana merasa terintimidasi.
"Jadi begini Bu, kemarin saat ujian IPA, Randy marah hingga membuat keributan di sekolah. 2 bangku dia lempar dan kursi yang ada di sana juga dia lempar. Hingga mengenai kepala murid saya yang satu nya, Bian." Kata Bu Sulis yang selaku kepala sekolah nya.
Bu Sisca mengangguk dia tersenyum manis dan segera membuka lengan baju dan menatap kepala sekolah yang sekarang membuka mulut dengan lebar.
"Anak saya tidak akan melakukan hal itu, jika orang lain tidak melakukan nya terlebih dahulu. Mohon di teliti lebih lanjut lagi Bu..." Kata Bu Sisca dengan tersenyum manis.
Bu Sulis yang ada di sana tentu saja terkejut. Dia tidak menyangka hal ini akan terjadi. Menatap berbagai memar yang ada di seluruh tubuh nya. Pak Hadi yang terus memberontak jadinya marah besar dengan Bian setelah mengetahui luka yang begitu banyak melebihi Bian yang hanya tergores kepala nya.
1 jam berlalu dan Bu Sulis menyuruh dua murid nya untuk masuk ke kelas, sedangkan dia akan berbicara penting dengan Bu Sisca, ibu nya Randy.
"Mohon maaf dengan kesalahpahaman ini Bu... Ada yang ingin saya tanyakan...."
"Sebenarnya kenapa Randy tidak di sekolah kan ke sekolah yang khusus Bu? Karena saya lihat dia terlihat tertekan karena para anak anak disini. Ibu tau kan? Anak anak SMA bukan seperti anak anak SMA yang seperti Randy..." Kata Bu Sulis yang takut salah omong.
Lagi lagi Bu Sisca hanya tersenyum. Sebelumnya Randy adalah seorang anak yang mengidap penyakit Autisme, Autistic Disorder.
Randy saat usia nya mencapai 13 tahun dia di diagnosa mengidap autistic Disorder di mana, dia merupakan salah satu anak yang istimewa. Beda dari yang lain. Sulit memahami permasalahan dari sudut pandang orang lain yang hidup di sekitar nya, tidak dapat memahami peristiwa, dan sekitar nya.
Dia adalah anak berkebutuhan khusus yang sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar nya, terus terperangkap dalam dunia imajinasi nya.
"Saya pikir tidak mungkin untuk memikirkan hal itu. Tidak mungkin terjadi."