Pukul setengah 2 siang tepat setelah ibu nya melambaikan tangan pada pria berusia 15 tahun, masuk ke sekolah SMA setelah seminggu berlalu. Sekarang jam istirahat kedua, kurang 15 menit lagi masuk tapi dia tidak ingin kembali ke kelas yang membuatnya muak.
Semua orang telah mengerti tentang keadaan nya, sedangkan Randy yang tidak tau apa apa hanya bisa terdiam, merenung, dan mencoba berpikir untuk baik baik saja. Salah satu seorang teman nya datang, itu tidak satu kelas hanya saja mereka kenal saat awal pengenalan sekolah, saat perkemahan.
Pria itu jauh lebih baik dari nya, tinggi besar, dada nya berbidang dan bahu nya lebar. Namanya Rio Febrianka. Ketua kelas dari kelas MIPA 2.
"Kau tidak masuk? Sebentar lagi bel." Kata nya dengan mengerjakan satu bungkus permen coklat manis.
Randy menggeleng. Masih ada banyak yang harus dia pikirkan tentang dunia nya sendiri. Yah, dia tidak memiliki teman selain Rio dan itu membuat nya kesepian. Jelas, tinggal di dunia yang tidak pernah di anggap oleh seseorang sangatlah berbeda dari dunia yang di buat dalam imajinasi nya.
Rio menyerahkan mainan bongkar pasang pesawat milik adik nya yang sudah meninggal. Dan menyuruh Rio untuk menebak, apa itu?
"Wah... Aku bisa menaiki nya. Hahahahaha..." Tawa Randy, dia berpikir dalam dunia imajinasi nya jika pesawat itu kini membawa nya terbang ke Amerika untuk bertemu dengan Ariana Grande, Idola nya.
"Randy! Jangan suka menghayal nanti kamu tidak bisa keluar. Ayo! Masuk..." Kata Rio dengan menggandeng tangan Randy dan membawa nya masuk ke dalam kelas MIPA 1 di mana Randy merupakan murid kelas itu.
Pak Joko masuk dengan langkah nya yang lumayan seram, membuat semua anak anak yang masih berkeliaran setelah bel jadi ketakutan, lari terbirit-birit menuju kelas masing-masing.
Rio membungkuk sopan dengan memberi salam, dia adalah murid kesayangan Pak Joko setelah di amati selama 1 Minggu.
Randy duduk di bangku tengah tengah kelas dan siswa lainnya sibuk mengejek ejek dirinya, dan bahkan melemparkan permen karet yang tampak menjijikkan.
"Kalau buang sampah... Jangan di kepala! Bodoh!" Ketus Pak Joko dengan melempar balik permen karet itu ke arah Johan yang merupakan murid paling nakal disini.
Johan, dia terkenal nakal bahkan saat baru masuk selama 1 Minggu ini, dia tidak setinggi Randy namun tengil, wajah nya sedikit tampan, namun kulit nya cenderung gelap.
"Randy! Sudah bapak bilang berkali kali, jangan lembek! Ayo! Buka buku halaman 20 di baca dan di kerjakan." Kata Pak Joko dengan meminta semua anak anak untuk mulai fokus belajar.
"Ada yang bisa jawab soal nomor 1? Ayo... Kita quiz saja sebentar." Kata Pak Joko.
Randy mengacungkan tangan nya dengan percaya diri.
"Iya Randy? Apa sistem persamaan nya?" Tanya Pak Joko dengan menunjuk Randy menggunakan penggaris kayu yang tampak menyeramkan.
"Sistem persamaan nya adalah, X sama dengan 1, dan Y sama dengan 1." Kata Randy dengan menjawab soal persamaan.
Pak Joko bertepuk tangan sedangkan teman teman lainnya menatap Randy dengan kagum, seolah tidak percaya. Karena selama satu minggu ini Randy hanya diam setiap kali ada pertanyaan quis seperti ini.
"Bagus sekali Randy! Ada yang bisa jawab nomor 2?" Tanya Pak Joko lagi.
Seisi ruangan itu menatap buku mereka, beberapa anak lainnya hanya pura pura membaca saja seolah olah sedang menghiraukan Pak Joko yang menyuruh mereka untuk menjawab.
Namun kali ini berbeda, lagi lagu Randy mengangkat tangan nya dan bilang jika dia tau jawaban nya.
"Jawaban nya, B. Dua." Kata Randy.
"Bagus! Kamu dapat nilai seratus dalam quis Randy, yang lainnya! Johan! Coba jawab soal nomor 3." Kata Pak Joko.
Randy mengepalkan tangan nya dan berjoget ria di bangku nya, menikmati nilai seratus di hari Senin ini.
Johan gugup, bingung harus menjawab apa pada Pak Joko. Sedangkan seisi kelas terus terusan menatap nya mengharap jika Johan tau jawaban nya agar mereka tidak di hukum mengerjakan latihan soal.
"Dua puluh lima pak..." Ucap nya dengan ragu ragu.
Itu soal pilihan ganda dia banga menebak nebak saja. Karena itu lah dia ragu sekali.
"Salah. Semua nya! Kerjakan latihan soal halaman 30, Minggu depan sudah harus di kumpul kan." Kata Pak Joko.
"Ya... Pak...." Semua nya mengeluh karena soal nya yang terdiri dari 50 latihan soal pilihan ganda matematika. Itu membingungkan sekali.
Randy lah yang hanya tersenyum karena tugas ini, menurut nya sama saja pelajaran tampak menyenangkan sekalipun itu begitu sulit.
Pelajaran kembali berlanjut dan kini Randy mulai mengantuk. Tapi mata nya tetap terjaga mencatat pelajaran sejarah, sudah 1 jam orang itu menerangkan tentang kerajaan di Indonesia dengan rangkuman video penjajahan di LCD.
Johan sudah tertidur sejak awal saat Pak Septi datang untuk mengajar. Yang lainnya menguap lebar berharap jika pelajaran segera berakhir.
"Baik anak anak... Pelajaran cukup sampai disini---"
KRING....
Bel sekolah berbunyi dan yang tadinya mengantuk langsung bersemangat kembali, bersorak riang padahal belum di suruh untuk pulang, namun mereka telah menyiapkan tas untuk mereka bawa pulang.
"Hahahaha... Baiklah semua nya... Boleh pulang. Jangan lupa rangkum video yang nanti bapak share ke grup kelas. Terimakasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..." Ucap Pak Septi dengan mengatakan salam.
"Waalaikumsalam...."
Dan kurang dari waktu 10 detik mereka langsung berlari keluar dari kelas, beberapa anak anak sibuk merencanakan ingin pergi ke mana untuk hari ini, dan yang lainnya sibuk menggosip Tentang hal yang terjadi hari ini (kebanyakan perempuan).
Hingga sampailah di mana Randy bertemu dengan Rio yang sudah menunggu nya. Namun kini berbeda dia tampak tergesa gesa.
"Ada... Ada... Ada apa?" Tanya Randy.
Kepala nya yang miring itu mendongak untuk menghitung ada berada kupu kupu yang hinggap di bunga bunga yang tumbuh mekar hingga menjulang tinggi ke atas.
"Aduh! Rio ya... Ada masalah serius di rumah ku. Hm... Kau hanya perlu naik angkutan umum jurusan LG untuk sampai ke rumah mu. Ya? Nanti aku akan menghubungi mu lagi. Bye!!!" Kata Rio.
Randy menerima uang 2000 rupiah dari Rio untuk pulang. Masih terdiam di tempat, mematung seperti orang bodoh. Dirinya sekarang tampak seperti anak kecil berusia 10 tahun yang terus terusan mengiler.
"Hey! Culun! Minggir! Kalau ga minggir kita tabrak nih!" Ancam Johan dengan sepeda kayuh nya. Dan banyaknya teman teman yang mengikuti nya di belakang.
Randy mengangguk. Dia mundur 2 langkah untuk minggir, setelah itu Johan berbelok tepat ke arah Randy.
"Gimana sih culun! Jangan ngehalangin gue! Minggir!" Bentak nya yang rupanya sedang menjahili Randy.
"Culun... Culun... Astaga bahkan adik ku tidak seburuk dia. Hahahahahaha...." Sahut lainnya yang juga sama mengejek dirinya.
"Aku sudah... Su... Su... Sudah Minggir tadi." Kata Randy yang gagap jika dia ada di kondisi panik seperti ini.
"Ga nyangka gue anak nya pemilik perusahaan transportasi yang kaya, punya anak kayak Lo. Culun!" Ketus Johan yang langsung melewati Randy dan bahkan tidak peduli melintasi kaki Randy.
Begitu pun dengan semua anak anak Genk nya. Menginjak kaki Randy dengan sepeda kayuh.
"Ah... Sakit..." Kata Randy yang langsung terjatuh. Terduduk di aspal dengan memegangi telapak kaki nya yang rasanya lebam karena Johan.