Hari itu saat sekelompok Johan menginjak kaki nya, Randy pulang dengan pincang. Dia naik angkutan umum karena ibu nya telah memberikan hukuman pada nya atas salah paham kemarin, yaitu dia di suruh untuk naik angkutan umum. Awalnya dia benar benar tidak menginginkan hal ini karena ya... Ini membuat nya lelah, dan harus hafal setiap pemberhentian nya.
Setelah perempatan yang ada di depan sana, Randy harus turun dan pergi berjalan kaki, itu perumahan elit jadi tidak ada angkutan umum yang bisa masuk dan menguasai wilayah sana.
"Kiri... Pak." Kata Randy dengan ragu ragu.
"Disini? Rumah mu di sini?" Tanya Pak Sopir itu.
Randy mengangguk memberikan uang lima puluh ribu nya pada Sopir itu. karena dia tidak tau berapa ongkos naik angkot dia segera berbalik badan dan pergi begitu saja. Hingga sopir angkot itu mengejar nya.
"Tunggu Mas! Mas!" Teriak Sopir itu yang malahan membuat Randy ketakutan, menutup telinga nya dan meringkuk ketakutan.
"Mas ini kembali nya. Makasih..."
Randy menerima uang itu meskipun tetap meringkuk ketakutan seperti ini. Pak Sopir menggelengkan kepala nya dan sadar jika dia bukanlah anak normal. Menyuruh Randy untuk pulang dengan jalan yang benar dan terus berhati hati.
10 menit dia jongkok ketakutan di sana, keringat dingin nya mulai mengucur dengan deras dan segera berdiri dengan sigap. Dia tampak sangat ketakutan, itu sudah jelas dia bahkan takut hanya dengan menatap kucing dengan gigi taring yang tajam itu. Mengeong dengan suara yang begitu nyaring.
"Aaaa'!!!" Teriak Randy dengan berlari kencang ke arah jalanan besar.
Dia begitu takut, terus berlari dan menghadap ke arah salah satu jalanan besar. Kucing itu terus mengejar nya entah karena apa hingga salah satu perempuan menabrak nya dengan sepeda motor matic nya.
Bruk!! Sepeda itu berbelok ke arah kanan hingga membuat wanita itu menabrak pohon besar. Bruk... Parah sekali luka luka nya, perempuan itu untung nya menggunakan helm dan kondisi nya baik baik saja meski terluka di beberapa bagian tubuh nya.
"Maa... Maa... Maafkan aku. Aku tidak sengaja." Kata Randy dengan menundukkan kepala nya, merasa bersalah.
"Hey! Napa diam aja hah?! Bantu in sini!" Ketus Gadis yang kelihatan nya seumuran dengan nya.
"Iya iya..."
Randy mengangkat tubuh nya dan membantu Wanita itu untuk berdiri. Kini gadis itu hanya bisa menatap Randy dengan sebal seolah tidak mengerti jika orang yang ada di depan nya ini tidak normal.
Randy terus terusan menggerutu seolah merasa bersalah dengan dirinya sendiri.
"Kenapa? Pulanglah aku tidak akan minta ganti rugi." Kata Gadis itu.
"Ini... Ganti rugi nya." Kata Randy dengan memberikan uang lima ratus ribu dari tas sekolah nya. Membuat Gadis yang menerima uang itu terkejut.
"Beneran? Baiklah ku terima. Makasih." Kata Gadis itu dengan mengangkat sepeda motor nya juga.
"Siapa nama mu? Nama ku---"
"Aku pulang!!" Teriak Randy.
Salah satu kelemahan nya adalah tidak bisa dan sulit untuk berkomunikasi bahkan berinteraksi dengan orang lain yang belum dia kenal bahkan dia cenderung merasa terintimidasi dengan semua orang itu. Apalagi saat ada seseorang yang mengajak nya untuk bersalaman, rasanya seperti monster yang tiba untuk mengejek dan melawan nya.
"Ada apa dengan nya... Dia seperti anak kecil." Kata gadis itu dengan suara nya yang pelan.
Mengatahui jika Randy jalan dengan kaki pincang nya itu membuat gadis ini segera menstater sepeda motor nya dan mengajak Randy untuk pulang bersama nya.
"Naiklah anggap saja sebagai minta maaf karena telah menabrak mu. Ayo!" Kata gadis itu.
Randy menurut saja, kaki mya pincang dia tidak bisa berjalan dengan kaki nya yang seperti ini, ini akan menyiksa nya.
"Rumah mu dimana? Aku akan mengantarkan mu." Kata gadis itu. Dengan cepat nya Randy menunjukkan arah yang tepat.
"Setelah belok kanan kita akan bertemu dengan kotak Telepon berwarna merah, setelah itu kita akan berbelok kiri dan ada jarak 2 rumah kecil, lurus terus dan sampai di rumah ku." Kata Randy tanpa jeda. Membuat gadis itu menelan ludah nya.
"Apa... Apa... Perlu ku ulang?" Tanya Randy dengan polos nya.
"Aah... Tidak. Tidak perlu." Balas gadis itu dengan tertawa kecil, dia terlalu bodoh untuk tau dan paham dengan sikap pria yang ada di depan nya ini.
Lima menit berkendara akhirnya mereka sampai di rumah besar milik Randy. Karena tidak yakin itu rumah nya Randy, gadis ini sengaja berputar satu komplek namun tidak ada rumah kecil yang cocok seperti pria ini.
"Kau telah melewati rumah ku sebanyak 5 kali. Ini rumah ku. Berhenti." Kata Randy dengan ragu.
"Oh? Maafkan aku. Aku tidak tau. Ini rumah mu? Benar?" Tanya gadis yang memiliki poni rapi dan kuncir satu dan tampak manis dengan pakaian yang warna nya colorful dan tampak begitu ceria.
Randy mengangguk dia tampak sedikit malu memperlihatkan rumah besar nya. Mengajak gadis itu untuk masuk ke dalam rumah nya. Dan bertemu dengan mama mya Randy di sana.
"Aku akan membawakan mu minuman." Kata Randy dengan tersenyum lebar.
"Baiklah. Tapi... Apakah ibu mu pembantu disini?" Tanya gadis itu dengan sembarangan. Dia tau jika pria ini tampak kumuh dan kusam karena itulah dia tidak yakin jika pria ini adalah pemilik rumah besar ini.
Setelah itu gadis ini duduk di sofa panjang yang tampak lebih bersih dari rambut nya. Dan lantai yang lebih mulus daripada wajah nya.
"Dia anak pembantu yang beruntung." Kata gadis ini yang masih tidak menyadari jika Randy adalah pemilik rumah ini.
"Ya! Kau siapa?! Kenapa ada disini?!" Tanya Dahlia dengan suara yang begitu lantang, membuat ibu nya yang tertidur di kamar segera keluar.
Gadis ini duduk dengan sopan sambil malu malu kucing karena di tatap oleh orang orang yang ada disini.
"Oh aku teman nya... Teman nya dia. Iya kan?!" Tanya gadis itu.
Namun Randy menggeleng dia bilang jika tidak mengenal sama sekali gadis ini.
"Dia orang yang hampir menabrak ku. Tapi membantu ku pulang, karena ka--- karena aku lupa jalan rumah." Kata Randy dengan terpatah patah.
"Oh ku kira pacar mu." Sahut kakak nya yang langsung naik ke atas.
Gadis ini canggung sekarang, dia tidak percaya jika pria yang ada didepan nya ini adalah anak dari pemilik perusahaan transportasi terkenal nomor 1 di Indonesia.
"Bu! Saya mengenal anda... Maafkan saya karna mengotori rumah anda!" Kata gadis ini dengan membersihkan alas sepatu nya. Membuat Bu Sisca tertawa, begitupun dengan Randy.
"Tidak apa apa. Duduklah. Randy!! Bawakan minuman nya!" Pinta Bu Sisca dengan sedikit berbincang bincang dengan gadis ini.